Bagian 40

93 11 0
                                    

Banyak orang mungkin sepakat jika Senin adalah hari yang sibuk. Diarga masih di kantor hingga maghrib berkumandang. Bahkan jam 20.00 dia masih harus menemui koleganya. Beberapa stafnya membantu untuk menyiapkan berkas-berkas rapat. Petugas catering dari restoran ternama juga mulai sibuk mengatur makanan di aula kantor.

Pertemuan kolega kali ini bahkan berlangsung cukup lama dari dugaan Diarga. Awalnya dia ingin acara digelar di kantor agar Diarga tidak berpindah tempat dari kantor ke resto atau gedung pertemuan di luar, tapi ternyata pertemuan kolega di kantor malah berbuntut panjang di acara ramah-tamahnya.

"Kantor yang sangat indah!" Ucap salah seorang koleganya.

Semua tamu mengangguk sepakat.

Diarga sempat mencari-cari, diantara tamu yang hadir ternyata Kumala tidak tampak membersamai Bos Turki itu. Bahkan pengusaha garmen itu datang seorang diri.

"Kumala sakit, jadi saya sendiri kesini," Ujarnya saat Diarga basa-basi bertanya, "Datang dengan siapa?"

Hingga larut pukul 11.30 barulah Diarga melepas semua tamunya. Seluruh staf tampak lelah, dan Diarga menjadi sangat bersalah.

"Maafkan saya, benar-benar di luar perkiraan!"

"Sepertinya mereka sangat betah di kantor kita, Pak," Ucap salah seorang stafnya dan semua tertawa.

"Good job, All. Thank you very much!"

Semua pamit undur diri meninggalkan kantor dan pulang ke keluarganya masing-masing. Tersisa bagian kebersihan yang masih melaksanakan tugasnya.

Diarga sendiri beranjak menuju ruang kerjanya. Dia memilih untuk menghabiskan istirahat malamnya di kantor, tidur di sofa. Lelah membuatnya tidak yakin dapat megendarai mobil untuk pulang, dan kantor sudha menjadi rumah kedua baginya. Tidak masalah jika dia harus tidur disini.

Keesokan harinya, dia memutuskan untuk menelpon Kumala di tengah-tengah aktivitasnya sarapan. Kantor masih sangat lengang saat Diarga menerima sarapannya yang dipesan online. Dari hasil dialog melalui telepon, Kumala sudah sehat dan hari ini dia kerja seperti biasnaya. Dia membuat janji dengan Kumala untuk bertemu di jam istirahat siang, di kantor Kumala.

Selayaknya saat Fairus datang, Kumala pun mengajaknya ke kantin. Mereka telah memesan makan siang yang sama, favorit Kumala, gado-gado.

"Sengaja sama?" Tanya Diarga mencoba mencairkan suasana.

Kumala menggeleng.

"Kali ini kamu yang traktir kan?" Tanya Diarga lagi.

Kumala tersenyum mendengar tanya itu, kemudian mengangguk, "Siap!"

Keduanya tertawa ringan kemudian mulai menyantap makan siang masing-masing.

"Ada perlu apa Pak Diarga mencari saya?" Tanya Kumala setelah menghabiskan gado-gadonya.

Diarga tampak mengelap mulutnya sebelum kemudian berkata, "Ini bukan meeting, La!" Serunya geram.

Kumala tersenyum ringan. Dia selalu terbawa nuansa kerja setiap dengan Diarga.

"Aku mau klarifikasi," Ujar Diarga.

Kumala masih diam menyimak.

"Aku belum bilang apapun tentang hubungan Pak Mahmud dengan Ibu."

Kumala memilih untuk menundukkan pandangannya.

"Aku sendiri sangat kaget saat mereka bilang kemarin."

Kumala mengangguk, "Ibu sudah menjelaskan semuanya."

Kali ini Diarga yang mengangguk kemudian mengucap hamdalah.

Kunang-Kunang SederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang