Bagian 36

94 12 0
                                    


Seremonial pertunangan Rosemita telah dimulai, tapi Kumala tidak juga kembali ke ruang tamu. Cilla sudah tertidur lelap di pangkuan Diarga.

"Mana Kumala?" Bisik Mamanya Cilla yang berhasil keluar dari dapur.

Diarga menggeleng, "Mungkin ke kamar mandi, Kak," Jawab Diarga sekenanya.

"Tolong tidurkan Cilla di kamar ya! Aku harus segera kembali ke dapur. Lihat Oma sudah melirikku!" Ujar Mama Cilla diakhiri cekikikan tawa.

Diarga mengangguk kemudian bergegas membawa Cilla ke kamar. Diarga hapal dimana letak kamar Cilla jika menginap di rumah ini. Cukup kehilangan banyak energy, sebab Diarga harus menaiki tangga sambil menggendong Cilla.

Di tengah panjatannya pada anak tangga, Diarga teringat langkah pelarian Kumala beberapa menit yang lalu. Ya, Kumala naik ke lantai ini.

Diarga agak sulit membuka pintu kamar sedang Cilla ada di gendongannya. Beberapa kali dia berusaha sehingga begitu leganya saat pintu kamar telah berhasil ia buka. Namun, rasa lega itu dalam sekejap berubah saat di sisi seberang ranjang kamar itu Diarga melihat seorang perempuan sedang terduduk dilantai sambil memeluk kedua lututnya. Wajahnya terbenam dengan isak tangis yang membuncah. Temaram lampu kamar sama sekali tak ada, nuansanya sangat mencekam.

Diarga mengucap salam, namun yang terjadi adalah suara tangis tak tertahankan. Dengan pelan Cilla dijatuhkan ke ranjang oleh Diarga. Tubuhnya yang mungil kini telah terselimuti dengan hangat. Sangat lelap tidurnya hingga suara tangis Kumala tidak menganggunya sama sekali.

Diarga dengan ragu mengeluarkan tanya, "Are you okey, Kumala?"

Kumala semakin menangis tersedu-sedu. Dia masih membenamkan wajahnya tanpa melihat Diarga.

"Tenangkan dirimu!" Pinta Diarga dengan pelan, khawatir membangunkan Cilla. Segera ia melangkah untuk menyalakan lampu.

Kini Diarga bisa menyaksikan betapa tubuh kurus Kumala terguncang oleh isak tangisnya. "Apa yang terjadi?" Gumam Diarga sangat pelan.

"La, ada apa?" Tanya Diarga sekali lagi.

Tapi Kumala masih terus menangis. Akhirnya Diarga memutuskan untuk diam. Dia memilih duduk di sebuah kursi yang dekat dengan pintu. Dia memutuskan untuk tetap disini sampai Kumala berhenti menangis.

Menit semakin bertambah, Cilla masih terlelap dalam tidurnya. Suara alunan ayat suci Al-Qur'an mulai dikumandangkan, pembukaan acara telah berlangsung, dia berharap Oma tidak mencarinya atau mencari Kumala.

Sepertinya memang semua orang sedang fokus dalam acara pertunangan Rosemita, sehingga lantai dua rumah ini begitu lengang menyisakan tangis Kumala yang mulai rendah frekuensi suaranya.

Kumala telah mencoba menenangkan dirinya saat lantunan ayat suci dia dengar, perlahan dia mengangkat kepalanya dan tangannya sibuk merapikan jilbabnya. Wajah kusust itu beberapa kali ia usap dengan sesenggukan sisa tangisnya yang masih ada. Dirinya benar-benar kalut kali ini.

Bahkan Kumala masih memunggungi Diarga saat mengucapkan sebuah kalimat, "Lupakan apa yang kamu lihat!"

Diarga masih membisu, dia ingin memastikan Kumala baik-baik saja.

"Anggap kamu tidak melihat apa-apa!" Kata Kumala lagi sambil menahan tangis.

"Mau pergi sebentar? Mengganti suasana? Aku antar, kita bisa lewat pintu belakang rumah ini," Diarga akhirnya menawarkan solusi agar Kumala tenang.

"Tolong tinggalkan kamar ini, aku ingin istirahat sebentar!" Pinta Kumala.

Diarga mengangguk mengerti, tanpa nego kata dia mengucap salam dan meninggalkan kamar itu.

Kunang-Kunang SederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang