22 (Tentang Rasa)

6.4K 409 0
                                    

"Ketika hati tak beralaskan logika, ketika saat itu juga cinta dapat membuatmu terluka"

Siang ini Saga sedang makan siang bersama dengan keluarganya, jujur saja semenjak tadi malam Saga menjadi lebih bahagia, guratan senyum dibibirnya seakan tidak mau hilang.

"Mas Saga kenapa sih?" tanya Abel sembari menoleh heran ke arahnya

"kenapa memangnya?" tanya Rika

Abel menyimpan kembali sendok dan garpuh yang dia pegang "ini yah mamiii, dari tadi pagi Abel liat kak Saga itu senyum-senyum terus kaya waktu yang di kolam berenang itu loh"

Saga memperhatikan Abel yang menceritakan tentangnya lalu terkekeh pelan"memang kenapa kalo mas senyum? Abel gak suka?"

"yah suka sih mas, tapi jangan keseringan Abel jadi takut" gumamnya lucu

Saga dan kedua orang tuanya hanya tertawa melihat tingkah Abel.

"Saga...papi mau bicara sama kamu" gumam Pras

"Abel sayang, udah selesai makannya? Kamu kekamar gih" pinta Rika

Abel yang mendengar hal itu mengangguk dan bergegas ke kamarnya.

"kalo papi mau bicarain tentang usaha papa..."

"bukan itu yang papi mau bicarakan" tukasnya

"lalu?"

Pras menatap Saga dan mengepalkan tangannya "mama kamu meminta kamu untuk tinggal dengan dia"

Saga menghela nafasnya gusar "sampai kapanpun aku gak mau tinggal sama mama"

"Saga...." lirih Rika

"mami sama papi sangat ingin kamu tetap tinggal bersama kita, tapi kalau kamu tidak ingin tinggal bersama mama kamu, dia akan membawa permasalahan hak asuh kamu ke pengadilan"

"Pih, Saga udah besar sekarang kenapa baru sekarang mama meributkan hal ini?" tanya Saga dengan emosi

"Saga, tapi bagaimanapun dia adalah mama kamu"

"Sayang, walau kamu tinggal sama mama kamu, kamu bisa sering datang kesini. Kami Cuma tidak mau kalau masalah ini memanjang" kata Rika sembari mengenggam tangan Safa

Saga benar-benar emosi, dadanya terasa sesak dan dia mengepalkan tangannya lalu berdiri "apa papi dan mami merasa keberatan Saga ada disini? Apa kalian mau Saga pergi dari rumah ini?"

"Saga...." lirih Rika

"Saga minta maaf udah jadi beban papi dan mami" gumamnya lalu pergi meninggalkan mereka

Pras hanya diam dan memijat-mijat keningnya. Dia berfikir bahwa saat ini Saga sudah dewasa dan dia akan memilih jalannya sendiri. Namun, Amaris bukanlah wanita yang bisa diremehkan, dia akan berbuat hal apapun sampai keinginannya bisa terwujud.

Saga mencengkram stir mobil dengan sangat kuat, sekarang dia benar-benar emosi. Ketika seharusnya dia merasa sangat bahagia karna seseorang kenapa hal yang lain datang dan menghancurkan semua itu. Saga tidak ingin tinggal bersama mamanya dengan apa yang sudah mamanya perbuat dahulu, apa lagi jika dia tinggal bersama mamanya berarti dia juga akan tinggal bersama lelaki brengsek seperti Rico.

***

Entah sejak kapan Saga menyadari dirinya telah melajukan mobilnya ke arah rumah Aleena dan saat ini dia sudah berada di depan rumah Aleena.

Saga menghembuskan nafasnya saat ini hanya Aleena yang ada di pikirannya, mungkin bertemu dengannya akan lebih baik.

"duduk dulu yah Saga, Aleena nya lagi siap-siap tadi sudah tante bilang" ucap Kirana sembari membawa secangkir teh untuk Saga

Saga tersenyum lalu mengangguk

"Saga. Tante mau tanya sama kamu"

Saga menoleh heran "tanya? Silahkan tante"

"Saga, kalau kamu memang suka sama Aleena bahkan sayang sama dia. Tante pinta kamu berusaha untuk tidak melukai perasaan Aleena" kata Kirana menatap Saga

"maksud tante?"

"sudah lama Aleena tidak dekat dengan cowok yang bisa membuat dia bahagia, dan sepertinya saat ini Aleena bahagia dekat dengan kamu, Aleena itu sangat baik sama cowok apa lagi yang dia sayang. Tante, gak akan pernah tega kalau Aleena menangis lagi karna cowok. Karena sebelumnya Aleena benar-benar merasa telah tersakiti sehingga menutup dirinya untuk cowok lain. Dan kamu pun hadir, sepertinya itu sudah takdir?" kata Kirana panjang lebar yang membuat Saga tertegun

"tante, Saga sayang sama Aleena. Saga gak bisa janji untuk tidak melukai Aleena tapi Saga akan berusaha untuk itu. Jadi, Saga mau meminta izin sama tante... Saga mau melindungi dan menyayangi Aleena mulai saat ini, boleh?" kata Saga , entah apa yang ada difikirannya sehingga Saga bicara seperti ini.

Kirana tersenyum "boleh, sangat boleh"

***

Aleena dan Saga saat ini sudah duduk di atap studio foto Saga, mereka tampak sedang menikmati angin yang berhembus sore hari ini.

"kakak ngapain ngajak aku kesini?" tanya Aleena

Saga melirik Aleena tanpa menjawabnya

"oiya, tadi kakak ngobrol apa sih sama mama?"

"kepo"

Aleena pun berdecak kesal dan mencubit tangan Saga

"kok cubit-cubit?"

"biarin" kata Aleena cemberut

Saga mengubah posisi duduknya sehingga berhadapan dengan Aleena "Al"

Aleena pun menoleh ke arah Saga, saat itu juga Saga menatap mata Aleena

"kenapa sih suka ngeliatin aku kaya gitu"

"gue lebih tenang aja kalo lihat wajah lo"

Aleena yang mendengar hal itu pipinya merona, walaupun Saga sudah menjadi pacarnya tapi tetap saja, detak jantung Aleena belum bisa terkontrol jika berada didekat Saga

"Al, saat ini gue lagi bingung"

"bingung? Kenapa?"

Saga mendadak menunduk dan diam

Aleena menghela nafasnya "kalo kakak belum siap cerita, aku gak akan maksa. Tapi, tolong biarkan aku jadi bagian kesedihan kakak. Aku gak akan tenang kalo hanya ada aku di dalam kebahagiaan kakak, aku mau kesedihan kakak jangan kakak simpan sendiri"

Saga menyunggingkan senyumnya, Aleena sangat ingin mengerti Saga namun, Saga bukannya tidak mau cerita tapi Saga tidak ingin membebankan Aleena. Saga hanya ingin Aleena bahagia ada didekatnya.

Saga pun membawa Aleena dalam pelukannya dan saat itu pula Aleena kaget karna tiba-tiba Saga memeluknya.

"kak" gumam Aleena

Saga membenamkan kepalanya dipundak Aleena, sungguh ini terasa nyaman. Saga tidak akan pernah rela untuk melepaskan kenyamanan ini kepada siapapun.

Beberapa saat kemudian Saga melepaskan pelukannya "lo gak nafas Al?"

"hah? Apaan sih"

"jantung lo gak copot kan?"

Aleena membulatkan matanya dan menyentuh dadanya "demi apa? Kak Saga bisa denger detak jantung gue? Aaakkkkkk" gumamnya dalam hati

"pacar gue lucu" gumam Saga sembari mengacak-ngacak rambut Aleena dan menatap wajah menggemaskan pacarnya ini

Ketika rasa itu kembali hadir, kita tidak akan pernah menyangka bahwa rasa itu sebenarnya pernah kita rasakan dulu namun, saat ini sepertinya rasa itu adalah satu-satunya rasa yang selama ini Aleena rindukan. Namun, ketika Aleena memutuskan untuk memulai satu hubungan kembali, dia tidak hanya mengandalkan hatinya tapi juga logikanya. Ketika hati tak beralaskan logika, ketika saat itu juga cinta dapat membuatmu terluka.

Aleena with Sagara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang