Terlihat Abra sedang berada ditaman yang biasa ia kunjungi bersama Camelia saat mereka masih berada di sekolah menengah atas.
Setelah Camelia pergi, Abra sering pergi ke taman itu sebelum ia berangkat ke singapura untuk melanjutkan study dan mengurus anak perusahaan disana. Ia Berharap saat ia kesana, Camelia akan datang tapi harapan tetaplah harapan.
Saat ini pun juga Abra berharap Camelia ada, ada didekatnya untuk memberikannya semangat tapi lagi dan lagi harapannya tak menjadi nyata.
"Camelia, kamu dimana? Apa kamu tidak merindukanku? Kamu tahu, aku sangat merindukanmu, sangat. Maaf aku tidak peka terhadap perasaanmu saat itu. Maaf telah mengabaikanmu, maaf. Bila kita bertemu, maukah kamu memberiku satu kesempatan untuk menebus semua kesalahanku?" batin Abra menatap sekeliling taman.
Abra menghela napas panjang sebelum ia beranjak meninggalkan Taman itu.
Disaat Abra meninggalkan taman, disaat itu pula Camelia hendak masuk ke dalam Taman. Namun, meski sama-sama berada digerbang yang sama, baik Abra maupun Camelia tidak saling bertemu. Entahlah apa penyebabnya. Mungkin karena takdir belum berpihak pada mereka untuk dipertemukan satu sama lain.
Atau karena Camelia yang saat itu sibuk mengecek notifikasi ponselnya, sedang Abra yang tidak lagi terlalu mengenali Camelia yang sudah berubah total, dulunya terlihat tomboy sekarang anggun dengan hijab yang menghiasi kepalanya.
"Camelia!" ucap Abra spontan saat ia merasa kalau Camelia ada didekatnya.
Meskipun tidak mengenali Camelia lagi, tapi Abra masih hafal betul rasa ini. Begitu pula dengan Camelia. Ia dapat merasakan kalau Abra berada disekitar sini, tapi dimana?
Saling mencari, itulah yang mereka lakukan, tapi hasilnya nihil. Tak ada satupun diantara mereka saling bertemu karena banyaknya pengunjung taman sore itu.
"Kamu kah itu Camelia?" batin Abra bertanya-tanya.
"Abra, apakah apa yang kurasakan kalau kamu disini itu salah?" batin Camelia.
Setelah merasa perasaan mereka salah lagi, baik Abra maupun Camelia kembali ketujuan mereka masing-masing.
Camelia sedang bersantai saat ada seorang wanita yang sedang menuju kearahnya. Dengan rasa penasaran yang nampak jelas diwajah wanita itu, ia pergi menghampiri Camelia walaupun Camelia belum tahu betul siapa dia.
Camelia terus memperhatikannya hingga wanita itu semakin mendekat kearahanya.
"Delia?" ucap Camelia saat tahu siapa wanita itu.
Yah, dia adalah Delia, teman smanya dulu bersama Abra.Delia yang pernah dekat dengan Abra. Menggantikan posisinya sebagai sahabat Abra dan mungkin lebih dari sahabat waktu itu.
"Kamu, Camelia kan?" tanya Delia rada-rada tidak percaya akan apa yang dilihatnya saat ini dengan penampilan Camelia yang sudah berubah total. Karena penampilan Camelia dulu seperti tomboy, sekarang berpenampilan chic mempesona.
"Iya ini aku, Camelia. Lama tak bertemu. Apa kabar?" tanya Camelia membuka percakapan yang terkesan akrab.
"Alhamdulillah baik, kamu sendiri?" tanya Delia balik.
"Alhamdulillah baik juga. Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Camelia.
"Oh itu, aku hanya ingin bersantai saja. Kamu?" tanyanya balik.
"Sama."
Terjadi cukup lama keheningan di antara mereka sebelum Delia kembali membuka percakapan.
"Kamu kemana aja selama ini?" tanya Delia, padahal ia sudah tau kemana Camelia pergi. Hanya saja, ia ingin mendengar kata dari Camelia sendiri.
"Aku? Aku tidak kemana-mana," ucap Camelia
"Tidak, maksudku setelah acara perpisahan sekolah, kamu kemana? Aku dan Abra abis kerumahmu tapi kamu tidak ada dan aku juga tanya ke mamamu, beliau tidak memberitahu kami," ucap Delia.
"Emm soal itu, aku melanjutkan pendidikanku ke Turki. Maaf tidak memberitahu kalian. Maaf juga karena itu semua permintaanku pada mama agar tidak memberitahu aku kemana waktu itu."
"Waktu itu Abra masih tetap mencari keberadaanmu. Sampai-sampai dia jatuh sakit dan harus dirawat inap di rumah sakit selama beberapa hari. Tidak sampai situ, sepulangnya dari rumah sakit, dia kembali mencarimu walaupun saat itu dia tak mungkin menemukanmu karena sudah beberapa hari setelah mencarimu, kamu tak kunjung ditemukan," terang Delia betapa Abra sekuat tenaga dan pikirkan mencari keberadaan Camelia.
"Maaf sudah membuat kalian repot. Tapi walaupun saat itu aku bertemu kalian, aku juga tidak akan memberitahu kepergianku. Karena kamu pasti tahu sendiri," ucap Camelia.
"Tapi Abra membutuhkanmu."
"Tidak Delia, tidak. Karena yang Abra butuhkan adalah kamu bukan aku."
"Tapi ...," ucap Delia terhenti
"Dengan adanya kamu, aku bersyukur karena ada seseorang yang lebih memperhatikannya. Untuk itu buat apa memberitahu kalian kalau aku akan pergi, tidak ada gunanya juga kan!" ucap Camelia
"Walau begitu dia sahabatmu."
"Hei, Aku dan Dia pun hanya bersahabat tidak lebih. Kalau aku memberitahunya apa dia bisa melarangku pergi. Ngga kan?"
"Maaf. Semua ini gara-gara aku."
Camelia kaget saat tiba-tiba Delia meminta maaf padanya. Ia tidak menyangka Delia akan mengatakan empat huruf tersebut.
"Kenapa kamu minta maaf. Kamu tidak salah apapun."
"Semua karena aku kan?" ucap Delia.
Camelia tidak berjawab tidak pula memberi respon. Hingga semenit telah berlalu berulah ia bersuara.
"Tidak ini bukan karenamu tapi ini karena aku. Karena aku myang terlalu merasa memiliki dia. Hingga seseorang datang dikehidupannya selain aku, aku merasa, yah kau tahu. Begitulah," ucap Camelia sesantai mungkin namun didalam hatinya bergejolak tak karuan.
Awalnya Camelia ingin bersikap santai, tapi kenapa semakin lama percakapan mereka semakin canggung saja. Ia tentu heran mau menanggapinya seperti apa lagi. Jadi ia memutuskan untuk pulang saja. Lagi pula ia juga sudah lama berada di taman ini.
"Oh iya, aku pergi dulu ya. Nanti insya Allah kita ketemuan lagi. Kalau urusan tempat terserah kamu. Assalamualaikum," ucap Camelia menyudahi pembicaraan mereka
"Baiklah, waalaikumsalam. Hati-hati dijalan," balas Delia yang masih ingin berada di taman. Menikmati kesan santainya saat ini.
Camelia pun pergi dari sana dengan penjelasan yang tertunda tentang dirinya. Ia tidak mungkin secara gamblang membuka semua rahasianya dulu. Tentu ia tidak seceroboh itu.
Memikirnya, membuat Camelia menggelengkan kepala pelan. Ingin menghilangkan pikiran-pikiran yang tengah yang mengganggunya.
Camelia yang telah sampai mobilnya pun cepat masuk kedalam. Agar ia tidak bertemu dengan seseorang yang akan menanyakan hal yang sama seperti Delia tadi.
Setelah memasang sabuk pengaman, Camelia melajukan mobilnya menuju toko brownies. Ia ingin mengecek keadaan toko yang telah ia tinggal lama.
To be continued.
Jangan lupa like sama komen ya.
By Siska C
KAMU SEDANG MEMBACA
Camelia Rahma
SpiritualCamelia Rahma dan Abraham Fauzi, dua orang yang berbeda watak itu telah dipertemukan oleh takdir secara unik digerbang sekolah. Mereka dipertemukan saat masa orientasi siswa baru dimasa putih abu-abu. Karena keterlambatan, membuat awal pertemuan me...