"Sayang," panggil Camelia dengan pandangan terarah pada lapangan basket.
Sontak, lelaki yang tengah berdiri ditengah lapangan basket itu menoleh pada Camelia. Camelia yang baru sadar kalau Carissa tidak ada disana menjadi terkejut saat melihat lelaki berkemeja doker yang juga ikut melihatnya saat ini.
Tentu saja ia terkejut. Siapa coba yang tidak kaget saat panggilan 'sayang' yang ditujukan bukan pada orang yang diharapkan? Terlebih lagi hubungan diantara mereka saat ini sedikit merenggang karena perjodohan itu. Mau balik kembali, pasti akan membuat Camelia malu. Mau tidak mau, hal itu sukses membuat Camelia terus saja berjalan mendekat dan berusaha bersikap biasa saja meski jantung telah berdebat dari tadi.
"Kamu disini," ujar Camelia setelah sampai didekat Abra.
"Iya."
"Emm, panggilan tadi aku tujukan pada Carissa. Aku mengira dia ada dilapangan basket."
"Tidak apa," ujarnya sambil tersenyum. "Oh iya, Carissa ada disana," tunjuknya pada Carissa yang malah asik menikmati macaroon.
Camelia mengangguk. Ia lalu pergi menghampiri Carissa dengan diikuti oleh Abra dibelakangnya. Sesampainya mereka disana, Abra pura-pura berdecak pinggang saat melihat bibir Carissa yang sudah belepotan akibat memakan macaroon yang tadi dibawanya.
"Hem, katanya tadi ingin menaruh tas saja. Tapi sepertinya ada yang kelupaan disini."
Carissa yang tau kalau ucapan Abra barusan ditujukan padanya jadi senyum-senyum sendiri. Apalagi macaroon di mulutnya belum tertelan semua membuatnya harus membekap mulut agar macaroon itu tidak tersembur keluar.
"Maaf uncle, abis Carissa suka dengan kue ini jadi Carissa makan dulu sedikit."
"Sedikit?" Abra memicingkan matanya saat melihat macaroon di kotak itu sudah hampir melewati setengahnya.
"Iya uncle, sedikit."
"Kalau gitu makan dulu gih, baru bunda ajarin main basket."
"Eh, tidak bunda. Carissa udah selesai kok," ujar Carissa cepat seraya menutup kotak macaroon-nya, lalu turun dari tempat duduknya.
"Biar aku yang ajarin aja Cam," tawar Abra.
"Tidak usah, kamu disini aja."
Camelia menoleh pada Abra dan memandangnya dengan pandangan sebal. Pasalnya, ia sudah berganti pakaian training dan memiliki semangat yang tinggi, malah Abra dengan seenak jidatnya mau menggantikannya. Lagipula hal ini merupakan momen pertama dirinya dan Carissa.
"Ngga, kamu disini aja dan jangan menolak," ujar Camelia seraya mengacungkan jari telunjuknya pada Abra seperti memberi maksud kalau dirinya tidak ingin di bantah.
"Aaa bunda. Carissa pengen uncle Abra ajarin Carissa juga main basket," rengek Carissa.
"Lihat, Carissa mau kok di ajarin sama aku," kekuh Abra.
Camelia sekali lagi menolah. Jika saja tidak ada Carissa disini, sekali lagi Camelia akan mencari alasan agar Abra bisa pulang cepat dari rumahnya. Apa nanti kata keluarganya dan bahkan kata Delia kalau Abra habis pulang kerja, malah terus kerumahnya? Apa Camelia tidak akan di cap sebagai seorang wanita perebut jodoh orang!
KAMU SEDANG MEMBACA
Camelia Rahma
EspiritualCamelia Rahma dan Abraham Fauzi, dua orang yang berbeda watak itu telah dipertemukan oleh takdir secara unik digerbang sekolah. Mereka dipertemukan saat masa orientasi siswa baru dimasa putih abu-abu. Karena keterlambatan, membuat awal pertemuan me...