Setelah mencari-cari lokasi yang tepat untuk membangun usahanya, Camelia pun akhirnya akan memulai usahanya membuka toko brownies seminggu lagi untuk melengkapi semua peralatan dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat brownies nya nanti.
Selain sudah mencari lokasi yang sudah ada bangunanya, Camelia juga sudah mencari para karyawan yang akan membantunya nanti dalam kemajuan tokonya. Meskipun hanya toko kecil, tak lantas Camelia sembarangan memilih karyawan.
Pemilihan karyawan-nya pun butuh seleksi yang ketat karena ia ingin betul-betul mencari seseorang yang mau bekerja, jujur dan dapat dipercaya. Apalagi ia baru memulai usaha yang seperti ini, tentu ia tidak akan sembarangan memilih karyawan yang akan membantunya dimasa depan.
Baik dalam mencari lokasi maupun karyawan, semua itu tak lepas dari bantuan dari Mama Lia. Camelia tentu bersyukur karenanya. untuk itu, perkerjaannya bisa sedikit berkurang dan ia juga bisa mempunyai banyak waktu untuk keluarganya dan juga beberapa teman yang ingin bertemu dengannya. Memikirkannya, membuat Camelia tersenyum senang.
Camelia pun bergegas ke tempat dimana ia telah membuat janji temu dengan para sahabatnya. Sesampainya di Cafe Cof, Camelia celigak-celiguk mencari keberadaan kedua temannya itu. Camelia menyinggungkan senyuman saat melihat temannya bernama Kanaya melambaikan tangan padanya.
"Maaf aku kelamaan," ujar Camelia setelah duduk.
"Ngga papa kok, kami juga baru tiba," ujar Kanaya.
"Kalian mau pesan apa? Hari ini biar aku yang traktir," ujar Camelia.
"Wah dapat anugerah lagi dong, pelayan," panggil Dilla pada salah satu pelayan cafe.
Setibanya pelayan cafe didekat mereka, mereka pun memesan makanan. Tidak tanggung-tanggung, Kanaya yang memang mempunyai selera makan yang besar, tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia bahkan memesan makan lebih dari porsi biasanya.
"Hehehe, hari ini aku akan buat kamu jadi miskin, Cam," ujar Kanaya menahan tawanya yang hampir meledak.
"Mau beli semua yang ada disini pun, Cam ngga akan jatuh miskin," ujar Dilla.
"Udah, udah, makan yuk. Makannya udah tiba nih!" sela Camelia.
Mereka pun makan dengan lahap. Apalagi Kanaya, ia bahkan sangat menikmati anugerah ini. Disela makannya, Camelia memperhatikan dua sahabatnya ini. Ia tersenyum, melihat sahabatnya makan dengan lahap.
"Udah lihatin kita, Cam. Nanti kamu terpesona," ujar Dilla dengan pedenya.
Camelia terkekeh mendengar candaan Dilla. "Ngga mungkinlah, masa jeruk makan jeruk."
Seketika Kanaya tertawa dengan makanan yang kepenuhan didalam mulutnya.
"Jangan buat aku ketawa dong. Ngga seru tau kalau aku tiba-tiba muncrat," ujar Kanaya.
Mereka pun kembali memakan makanan mereka sampai tandas. Setelah makan, mereka tidak lantas pergi dari sana karena mereka ingin melepas rindu lebih lama.
Dipertemuan dengan teman semasa smanya ini, membuat Camelia sedikit tersipu sekaligus malu. Bagaimana tidak? Sepanjang pertemuan itu, topik utama pembicaraan teman-temannya adalah dirinya sendiri. Kanaya dan Dilla mengatakan ia telah banyak berubah. Dari si tomboy Camelia menjadi princess Camelia.
"Eh, menurutmu princess Camelia lebih cocok dari pada si tomboy Camelia, kan!" celetuk Dilla tiba-tiba.
"Iya nih, aku baru perhatikan kamu berubah banget. Coba aja dari dulu gini pasti banyak yang naksir," tambah Kanaya
"Iya aku setuju banget dengan katamu Kay. em .... bagaimana ya kalau si Abra lihat kamu kayak gini sekarang? Lagian kalian kan selalu bersama, lengket kayak permen karet," ujar Dilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Camelia Rahma
EspiritualCamelia Rahma dan Abraham Fauzi, dua orang yang berbeda watak itu telah dipertemukan oleh takdir secara unik digerbang sekolah. Mereka dipertemukan saat masa orientasi siswa baru dimasa putih abu-abu. Karena keterlambatan, membuat awal pertemuan me...