Riana yang baru sampai di depan toko, kembali masuk kedalam saat dirinya mengenali seorang lelaki yang sedang menuju ke toko Camelia.
"Mbak Cam, Mbak Cam!" panggil Riana sepanjang menuju dapur.
Camelia yang mendengar panggilan Riana, secepat mungkin menghampirinya. Ia begitu terkejut dengan suara panggilan Riana yang begitu tidak biasa.
"Ada apa Ri?"
"Itu ... itu Mbak Cam. Aduh gimana ya, Mbak Cam ikut aku ajalah!" ajak Riana sambil menarik tangan Camelia agar mengikutinya kedepan toko.
"Ada siapa diluar?"
"Mbak lihat sendiri ajalah," ujar Riana masih belum memberitahu siapa yang telah dilihatnya sampai menarik Camelia dengan tidak sabaran.
Sesampainya didepan toko, Camelia menoleh pada Riana dan memberikan lototan mata pada Riana.
"Hehehe, maaf Mbak Cam. Tapi, Riana ingin Mbak yang menyambut kedatangan Mas Abra," ujar Riana terkekeh.
Camelia berdecak pinggang melihat kelakuan karyawannya yang satu ini. Camelia pun menarik nafas panjang dan mengembuskannya sebelum pergi menghampiri Abra yang sedang berjalan ke tokonya.
"Ab! Kamu disini?"
"Oh, Cam. Aku datang ingin beli brownies mu."
"Mas Abra, beneran mau datang beli brownies atau ada maksud lain?" timpal Riana membuat Camelia berbalik belakang memberikan kode mata agar Riana diam saja.
"Aku kesini ...."
"Mas Abra mau beli berapa? Biar Riana ambilkan," ujar Riana mengalihkan pembicaraan.
"Dua kotak aja, Ri."
Setelahnya Riana pun pergi mengambilkan pesanan Abra. Sedangkan Camelia mengajak Abra untuk duduk dulu seraya menunggu pesanannya dibungkuskan.
"Cam, besok kamu sibuk ngga?" tanya Abra.
"Ngga terlalu sih, paling cuma bersih-bersih rumah. Rutinitas biasa kalau hari minggu."
"Gimana kalau besok pagi aku jemput kamu. Kita pergi jogging bareng. Aku juga mau ajakin kamu main basket. Udah lama banget ngga main basket sama kamu. Siapa tau kali ini aku menang lagi," ajak Abra.
"Yakin kamu bisa menang dari aku? Dulu juga selalu bilang gitu. Tapi selalu saja kalah," kekeh Camelia.
Abra tertawa, jika mengingat betapa seringnya ia mengajak Camelia untuk bertanding basket dan ujung-ujungnya ia selalu kalah pada wanita yang dulunya berwatak tomboy ini.
"Tapi ini beda, Cam. Aku yakin, kali ini aku pasti sudah bisa mengalahkanmu. Lagipula kamu telah berubah jadi lebih feminin-kan! Jadi aku pastikan sudah bisa mengalahkanmu."
"Ab, jangan mulai lagi yah! Jangan buat gara-gara sama aku. Emangnya jika aku udah berubah, kamu udah bisa mengalahkanku, jangan harap!"
"Ok ... Ok Cam yang ... yang ...," ujar Abra sengaja menggantungkan perkataannya.
Camelia memukul lengan Abra, ia kesal melihat Abra yang senyum-senyum tidak jelas. Memang apa masalahnya, ia tetap Camelia yang dulu, yang selalu energik. Hanya saja, penampilannya kini telah berubah ke arah yang lebih chic seperti para wanita pada umumnya.
"Ok ... Ok, maaf. Aku hanya bercanda. Sudah jangan marah, nanti cantiknya hilang loh!" bujuk Abra.
Riana yang memang berada tidak jauh dari mereka, mendengar saat Abra seperti tengah menggombal Camelia. Riana lantas menutup bibirnya yang hampir kelepasan tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Camelia Rahma
روحانياتCamelia Rahma dan Abraham Fauzi, dua orang yang berbeda watak itu telah dipertemukan oleh takdir secara unik digerbang sekolah. Mereka dipertemukan saat masa orientasi siswa baru dimasa putih abu-abu. Karena keterlambatan, membuat awal pertemuan me...