Sesampainya mereka disana, Camelia dan papanya masuk ke dalam ruangan tempat acara diselenggarakan. Saat Camelia dan papanya baru saja berpisah karena Papa Carel hendak pergi bertemu teman bisnis yang lain, seseorang dari belakang memanggil Camelia yang membuat Camelia menjadi tegang.
"Camelia ...," panggil seseorang pelan.
Camelia perlahan membalikan dirinya, melihat siapa lelaki yang telah memanggilnya. Lelaki yang memanggil Camelia pun mendekat. Ia tersenyum karena dengan waktu yang sangat lama, ia bisa bertemu dengannya lagi.
"Kamu Camelia kan?" tanya lelaki berjas navy.
"Iya, aku Camelia. Tapi maaf Anda siapa?" tanya Camelia yang memang tidak mengetahui sosok lelaki didepannya ini.
"Masih ingat si pembuat onar yang sok kegantengan itu?" ucap lelaki itu mengingatkan.
Seketika Camelia tersenyum, ia takjub saat tau siapa yang telah menegurnya duluan. "Rafa! Maaf aku tidak mengenalimu. Apa kabar, Raf?"
"Alhamdulillah baik Camelia. kamu sendiri?" tanya Rafa balik.
"Alhamdulillah baik juga. Seperti yang kamu lihat."
"Lama tidak bertemu, kamu semakin, em ... wow saja. Aku kira kamu ngga akan berubah sampai kapan pun, tapi, akhirnya kamu berubah juga ya. oh iya kamu sudah bertemu Abra belum? Dia ada disini juga loh! Apalagi dia juga yang mengadakan pesta ini," ucap Rafa langsung mengubah arah pembicaraannya dengan Camelia saat tahu kalau dirinya ikut terpesona akan perubahan penampilan Camelia.
"Em ... belum," ucap Camelia tersenyum tipis hendak menyembunyikan perasaan gugupnya saat Rafa menyebutkan nama lelaki yang ingin Camelia hindari di pesta ini.
"Kebetulan aku sudah bertemu dengannya. Dia ada di sebelah sana. Delia juga ada bersamanya. Kamu tau, mereka semakin serasi saja sama seperti dulu."
"Iya sepertinya. Em ... Rar, terima Kasih infonya. Kalau gitu aku kesana dulu," ucap Camelia menunjuk ke arah luar.
"Iya, kapan-kapan semoga kita punya waktu untuk berbincang lebih," ucap Rafa.
Rafa mengira Camelia akan pergi ke Abra. Namun, nyatanya Camelia lebih memilih pergi ke luar ruangan mencari udara segar. Ia pun tidak ingin menyanggahnya, karena ia berfikir mungkin Camelia butuh waktu sendiri juga. Ia pun berlalu dari sana juga, mencari temannya yang lain.
Sedangkan Camelia yang melihat ada taman serta bangku santai disana, lantas pergi ke taman sekitar gedung dan duduk santai disana. Ia benar-benar menikmati kesendiriannya saat ini. Udara sejuk yang menghembus di wajahnya, membuat ia memejamkan matanya, meresapi hawa sejuk disana.
Ia kini beralih menatap binatang di langit. Ia tersenyum melihatnya. Saat Camelia sedang serius melihat bintang-bintang dilangit, tiba-tiba ada seseorang dari belakangnya melampirkan jas yang sudah di lepaskannya ke pundak Camelia.
"Pakailah jas ini agar kamu tidak kedinginan. Kamu pasti merasakan kalau udara disini dingin. Jika seperti ini terus, nanti kamu sakit dan aku tidak ingin itu terjadi," ucapnya tulus.
"Eh, tidak terima ka ... Abra!" ucap Camelia terhenti. Ia terkejut setelah membalikkan badannya, melihat siapa yang telah berani memasangkannya jas.
Ia tidak menyangka akan bertemu dengan Abra secepat ini. Padahal ia sengaja pergi ke luar, agar ia bisa sedikit mengulur waktu untuk bertemu dengannya. Tapi apa ini? Ini tidak sesuai perkiraannya. Apalagi bukannya membuat ia dapat terhindar, malah sekarang ia terkurung disini bersama lelaki yang telah membuatnya menjadi gugup seketika.
"Apa kabar, Cam? Sudah lama ya, kita tidak bertemu," ucap orang yang melampirkan jasnya yang tak lain adalah Abra.
"Bagaimana bisa? ...," ucap Camelia tertahan karena secara tiba-tiba ia tak tahu apa yang ingin di katakannya. Seakan untuk satu kalimat saja sangat susah ia katakan.
"Maaf baru bisa menemuimu sekarang. Sebenarnya, aku sudah dari tadi melihatmu, tapi ku lihat kamu berbincang dengan Rafa. Yah, jadi setelah melihat kamu dan dia berpisah aku mengikutimu sampai disini," ucap Abra panjang lebar. Ia senangnya bukan main saat takdir berpihak padanya.
"Oh itu ...," dan lagi-lagi Camelia tidak tahu apa yang ingin dikatakannya
"Sudah, ayo duduk lagi," ajak Abra mencoba mencairkan suasana.
Terjadi keheningan cukup lama sebelum Abra kembali melanjutkan ucapannya. Ia ingin menemukan waktu tepat agar dapat berbincang lama dengan sosok wanita yang telah membuatnya kembali terpesona.
"Kenapa kamu pergi tidak bilang-bilang padaku? Apa aku tidak begitu penting bagimu? Cam, jika semua ini karena hal dimasa lalu, aku minta maaf karena telah menghiraukanmu. Maaf karena tidak mengerti bagaimana perasaanmu," ujar Abra mengeluarkan semua hal yang mengganjal dihatinya selama ini.
"Mengapa kamu minta maaf? Kamu tidak salah apapun. Aku yang seharusnya minta maaf karena tidak memberitahumu kemana aku pergi. Sudahlah, lagi pula itu sudah berlalu juga kan! Aku harap, kita tidak akan membicarakannya lagi," ucap Camelia
"Iya benar, semuanya sudah berlalu tapi ...," ucap Abra terhenti karena ponsel Camelia berdering.
Camelia lantas mengangkat telpon dari Papa Carel yang mengatakan mereka harus segera pulang kerumah.
"Emm maaf, Ab. Aku harus segera pergi karena papaku sudah menungguku di parkiran. Oh iya, terima Kasih jasmu. Ini ku kembalikan," ucap Camelia seraya membuka jas Abra yang tersampir dipudaknya dan memberikannya kembali pada Abra, si pemilik jas yang telah membuatnya merasa hangat walau sesaat.
"Kapan kita bisa ketemu lagi?" tanya Abra penuh harap.
"Kalau aku punya waktu luang. Baiklah aku pergi, jaga kesehatan," ucap Camelia tanpa sadar telah memperhatikan Abra kembali.
Ia sangat suka Camelia kembali memperhatikannya. Walaupun jika Camelia telah tersadar dan akan mengatakan kalau perhatian ini bukanlah apa-apa, ia malah akan tetap menganggapnya sebagai perhatian yang lebih.
"Kamu juga," balas Abra tersenyum.
"Aku harap kamu tidak salah paham akan perkataanku yang terakhir."
"Salah paham seperti ini pun tidak apa-apa. Malah aku suka," ujar Abra membuat Camelia kembali salah tingkah.
"A ... aku pergi dulu, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Se-perginya Camelia, Abra kembali masuk ke dalam ruangan dan menyapa para tamu yang baru sempat ia temui. Sedang Camelia sendiri, sejak pertemuannya dengan Abra, ia terlihat pendiam dari waktu pulangnya sampai pada keesokan harinya pun ia masih menjadi pendiam bagi seorang Camelia yang biasanya terlihat ceria.
"Sayang, diluar ada yang orang yang cariin kamu. Gih sana, dia di ruang tamu," ucap Mama Lia pada Camelia yang masih asik dengan lamunanya di beranda kamar.
Camelia menoleh, ia bertanya, "siapa ma?"
"Katanya teman sma kamu," ucap Mama Lia membuat jantung Camelia berdetak tak karuan.
"Cam akan menemuinya," ujar Camelia bergegas ke ruangan tamu melihat siapa yang telah mencarinya.
Sesampainya disana, Camelia kaget bukan main setelah tahu siapa yang mencarinya.
"Ka ... kalian!" ucap Camelia saat melihat siapa tamu yang dimaksudkan mamanya.
Camelia mengira kalau tamu yang dimaksudkan mamanya sama dengan tamu yang ia maksudkan dan ia tunggu dari tadi kedatangannya, tapi ternyata dugaannya itu berbeda dari apa yang telah ia maksudkan.
"Assalamualaikum, Camelia!"
Tbc...
Jangan lupa vote & komentarnya ya....
By Peony_8298
KAMU SEDANG MEMBACA
Camelia Rahma
EspiritualCamelia Rahma dan Abraham Fauzi, dua orang yang berbeda watak itu telah dipertemukan oleh takdir secara unik digerbang sekolah. Mereka dipertemukan saat masa orientasi siswa baru dimasa putih abu-abu. Karena keterlambatan, membuat awal pertemuan me...