part 11 anak perempuan

812 71 2
                                    

Camelia menunggu Abra pada keesokan harinya tapi Abra tak kunjung menampakkan dirinya juga. Entahlah dia sibuk atau tidak karena tidak ada kabar sedikitpun kabar dari Abra untuk Camelia. Walau hanya mengirimnya sms atau apalah untuk  mengatakan dia tak bisa datang.

Camelia bosan dan kesal menunggu Abra yang tidak kunjung datang. Sia-sia saja ia meluangkan waktunya. Jika tau begini, ia akan tetap berada di toko saja.

Untuk menghilangkan rasa kejenuhan dan kekesalannya, Camelia memilih bermain basket lagi. Tepat hari sore ini, untuk pertama kalinya, sejak tujuh tahun yang lalu Camelia baru bermain basket lagi. Walaupun sedikit kaku dan lupa bagaimana tekhnik bermain, Camelia tetap saja melanjutkan permainannya.

Bayangkan saja waktu tujuh tahun bukanlah waktu yang terbilang singkat. Jika waktu itu seperti melipat tujuh kertas saja pasti akan berdekatan. Biarlah dengan perlahan ia akan bermain dan sedikit-sedikit ia juga akan ingat tekhnik bermainnya. Mungkin juga dengan bermain basket Camelia dapat sedikit lupa akan kekesalannya dengan Abra.

Sangking bersemangatnya bermain, Camelia sampai tak sadar bahwa sudah dari tadi Papa Carel telah memperhatikannya. Papa Carel lantas mendekat anaknya.

"Butuh pemain lagi? Papa siap menjadi lawan anak gadis papa," Papa Carel mencoba menawarkan diri.

"Tentu pa, ayo," ajak Camelia menerima tantangan dari Papa Carel yang dulunya menjadi legenda pemain basket.

Papa Carel pun mulai masuk ke dalam arena lapangan basket. Papa berkata, "untung papa tidak merubah lapangan ini jadi taman. Kalau tidak, kita tidak akan bermain disini."

Camelia yang semula masih memantulkan bola ke lantai, jadi menangkap bolanya. Ia menoleh melihat Papa. "Papa beneran mau merubah lapangan ini jadi taman?" tanya Camelia tidak menyangka akan ucapan papanya.

"Beneran, papa dulu berencana merubahnya karena papa fikir tidak akan ada lagi yang memakai lapangan ini setelah kamu pergi nak, tapi setelah dipikir-pikir papa tidak tega buat merubah semua ini. Jadi, papa biarkan saja seperti ini. Nah bagaimana kalau kita mulai permainannya. Kalau kamu menang papa akan kabulkan satu permintaan buatmu."

"Baiklah pa. Nanti Camelia pikirkan apa permintaan Camelia. Tapi kalau papa menang ngga ada ya, yang kayak tadi," ucap Camelia cengegesan.

"Eh mana boleh gitu, itu ngga adil namanya sayang. Lagian kita sekarang seimbang. Papa juga sudah lama banget ngga main basket. Papa janji ngga akan yang macam-macam."

"Em baiklah, papa janji ya. Ya sudah Ayo kita mulai. Kali ini biar Cam yang mulainya," ucap Camelia yang sudah mulai bermain.

Papa dan anak itu pun bermain seakan tidak ada beban yang menghimpit mereka. Mama Lia yang juga menyaksikan pertandingan itu, tak lupa pula menyediakan cemilan untuk dirinya karena ia tahu pasti pertandingan ini akan lama berakhirnya. Apalagi yang bertanding tidak lain adalah antara papa dan anak yang mana mereka merupakan jagoan sekolah dulu.

Sangking bersemangatnya menonton pertandingan itu, Mama Lia bahkan tidak mendengar lagi suara ketukan yang sudah dari tadi berbunyi dipintu depan. Malahan Mama Lia sibuk memberikan mereka berdua semangat. Seperti yang terjadi saat ini.

"Ayo sayang, jangan kalah dengan papa kamu. Semangat semangat," teriak Mama Lia memberikan semangat buat Camelia.

"Iya ma, doakan aku supaya menang. Nanti kita yang janji papa bareng-bareng," ucap balik Camelia sambil terus memantulkan bolanya. Mencoba menembus pertahanan Papa Carel yang dari tadi sudah mencoba merebut bola dari tangan Camelia.

"Mama harusnya dukung papa juga dong. Suami Mama loh ini," ucap Papa Carel berpura-pura tidak terima kalau istrinya malah mendukung anak mereka.

"Iya ... iya, papa juga semangat, tapi Cam lebih semangat," ucap Mama Lia tersenyum melihat tingkah mereka.

"Kalau Papa menang, kita akan sama-sama menagih janji Cam," ucap Papa Carel.

"Ih papa curang, mama kan dukung Camelia. Papa cari lagi dong pendukung yang lain," ucap Camelia tidak terima.

"Ngga curang sayang cuma ambil kesempatan aja,"ucap Papa Carel tertawa kecil memperlihatkan lesung pipi yang sama dengan Camelia.

Papa Carel dan Camelia kembali serius bermain basket. Papa kembali berusaha keras untuk merebut kembali bola yang tadinya berada di pihaknya sebelum Camelia berhasil merebutnya kembali.

Mereka Berusaha menjadi pemenang dipermainan kali ini. Tidak ada saling mengalah. Mereka bagaikan dua orang yang saling berusaha menenangkan pertandingan. Namun meskipun begitu, di antara mereka tidak ada yang bermain curang ataupun kasar. Karena mereka menganggap ini hanyalah sebuah permainan yang membuat mereka semakin dekat dan kompak satu sama lain.

"Ayo pa, semangat. Jangan mau kalah sama anak sendiri," ucap Camelia memberikan semangat pada papanya yang terlihat mulai kelelahan

"Iya ... kamu juga sayang," balas Papa Carel.

Permainan kembali terasa seru saat poin kembali imbang dan waktu yang semakin menipis. Sesaat keduanya tertawa tatkala tahu bahwa mereka imbang dan pastinya tidak ada yang mau mengalah.

"Ayo semangat, sisa 1 menit lagi, sayang," teriak Mama Lia yang menjelma menjadi seorang wasit dadakan.

"Tenang ma, papa pasti akan menang," ucap Papa Carel saat bola basket itu berada di genggamannya.

"Belum pasti pa, belum juga waktunya usai " ucap Camelia optimis sambil terus berusaha merebut bola itu.

Hingga waktu yang tersisa tinggal duapuluh lima detik lagi, Camelia semakin gencar merebut bola dari tangan papanya dan usahanya itu sukses membuahkan hasil karena Camelia berhasil merebut bola dari papanya.

Camelia pun mengarahkan bolanya menuju ke ring untuk memasukkannya agar ia lah yang menjadi pemenang sekaligus mendapatkan janji Papa.

"Yeah ... alhamdulillah. Cam menang ... Cam menang. Aku menang," ucap Camelia saat berhasil memasukkan bola ke ring walaupun waktu yang tersisa tinggal beberapa detik lagi berakhir.

Papa tersenyum melihat putrinya begitu bahagia. Papa lantas mendekat dan merangkul pundak putrinya. "Selamat nak, kamu menang. Papa sangat bangga padamu," ucap Papa di sisa-sisa tenaganya.

"Terima kasih pa. Camelia juga bangga punya Papa," ucap Camelia seraya beralih memeluk papanya.

"Eh, tunggu kayaknya papa dengar pintu rumah diketuk. Apa kamu dengar juga?" tanya Papa Carel ingin memastikan kalau pendengarannya tidak salah.

"Iya pa. Camelia denger kok," jawab Camelia.

Camelia, Mama Lia dan Papa Carel bergegas menuju pintu depan. Mereka ingin melihat siapa yang telah mengetuk pintu rumah mereka dengan begitu kerasnya lagi.

Ketukan pintu semakin terdengar pasti. Sesaat Camelia membuka pintu, Camelia sontak kaget saat secara tiba-tiba seorang anak perempuan berlari memeluknya dengan boneka berbie yang ada ditangan.

"Assalamualaikum bunda," ucap seorang anak perempuan berjilbab merah jambu.

"Sayang!"

To be continued.

Jangan lupa vote & komennya ya....

By Peony_8298

Camelia RahmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang