22. Reuni sekolah

478 44 7
                                    

Hari reuni sekolah pun tiba. Camelia memilih memakai gamis motif etnik dan jilbab bella square yang berwarna senada. Sebelum Camelia keluar dari kamarnya, ia kembali memperhatikan penampilannya di cermin.


"Ini baru cocok," ujar Camelia kala mengingat betapa santainya ia dulu saat memilih pakaian untuk acara pelulusan sma-nya.

Mengingatnya membuat Camelia merasa sedih, bagaimana tidak? Itu adalah pertama kalinya ia mengetahui kalau Abra menyukai seseorang yang dekat dengannya juga.

"Udah Cam. Tidak usah memikirkan masa lalu lagi!" ucapnya memberi semangat.

Camelia pun keluar dari kamar menuju ruang tamu. Sambil menunggu Abra yang akan datang menjemputnya, Camelia mengirimkan pesan pada Kanaya dan Dilla

"Assalamualaikum Kanaya, Dilla. Kita ketemuan di acara reuni aja ya," tulisnya lewat pesan singkat grup chat mereka.

"Waalaikumsalam warrahamatullahi wabarakatuh, sipp lah. Kamu udah mau berangkat, Cam?" tanya Dilla yang lebih dahulu membaca pesan grup Camelia

"Iya nih, aku tinggal tunggu Abra aja," balas Camelia

"Abra? Sejak kapan kalian dekat kembali?" tanya Dilla penasaran.

Pasalnya, ia tau Camelia dan Abra belum ketemu juga setelah pertemuan terakhir mereka bertiga waktu itu.

"Baru-baru aja kok," balas Camelia

Tiba-tiba Kanaya yang baru aktif melihat dipesan grup dan berceletuk membalas, "huu dasar, kemana aja neng selama ini?"

"Beritahu dong, jangan buat aku penasaran," desak Dilla

"Udah jangan bahas ini lagi yuk," balas Camelia malu

"Tenang Dil, kan kita entar lagi ketemuan tuh. Nanti kamu bebas deh wawancara Camelia," balas Kanaya cengegesan

Tak berapa lama kemudian, deru mobil Abra sudah terdengar. Camelia pun menyudahi pesan grup mereka.

"Eh, aku udah dulu ya, Abra udah datang nih," balas Camelia.

Dilla dan Kanaya pun ikut menyudahi pesan grup mereka karena mereka juga akan segera berangkat ke acara reuni.

Abra yang tengah berdiri di depan pintu jadi terpukau saat ia melihat Camelia jalan kearahanya. Matanya seakan tak bisa tertutup melihat bidadari yang tinggalnya di bumi ini.

"Ab," panggil Camelia sambil mengibaskan tangannya didepan wajah Abra. Pasalnya Camelia sudah dari tadi berada didepan Abra, namun Abra seperti tidak menyadari kedekatannya.

"Abra! Kamu masih mau berdiri disini terus?" tanya Camelia sedikit menambah volume suaranya

"Eh, Cam. Kamu udah dari tadi sampe ternyata," ucap Abra se-santai mungkin agar Camelia tidak tau kalau ternyata Abra telah tersihir oleh pesonanya.

"Iya, yuk berangkat. Nanti kita telat."

"Baiklah, ayo."

Dari dalam rumah, Mama Lia datang menghampiri mereka seraya berujar, "Kalau pulangnya jangan kelamaan ya. Nak Abra, Tante titip Camelia."

"Iya Tan, Abra siap menjadi pangeran dari putri tante ini," ujar Abra seraya memberikan kedipan mata pada Camelia.

Sedangkan Camelia membalas Abra dengan melototkan matanya tak suka dengan gombalan Abra didepan mamanya. Mama Lia pun tersenyum mendengar candaan Abra ini.

"Iya Tante percaya. Hati-hati dijalan ya," ujar Mama Lia.

"Assalamualaikum," ucap Abra dan Camelia bersamaan.

Camelia RahmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang