Benar saja, keesokan harinya Abra terus terbaring ditempat tidur. Ia mengalami demam dan flu saat membantu Camelia memperbaiki mobilnya yang mogok kemarin. Sedari tadi ia sudah bersin-bersin sampai-sampai ujung hidungnya sudah memerah dan sakit.
Dokter keluarga Abra pun sudah datang memeriksanya. Namun flu Abra tak kunjung mereda juga. Bahkan ia bertambah sakit setelah satu hari berlalu. Memang jauh sebelumnya Abra sudah menduga hal ini akan terjadi padanya. Itu adalah resiko untuknya yang tetap melanggar aturan kesehatan dirinya.
Tak banyak yang tau tentang penyakit Abra yang satu ini, kecuali keluarganya dan Camelia. Oh Abra lupa, pasti Camelia sudah sadar saat ia bersin kemarin. Saat ia ingin kembali ke mobilnya.
Saat itu Camelia baru mau menjalankan mobilnya, ia mendengar Abra bersin. Camelia tersentak kaget. Ia baru ingat kalau Abra tidak tahan akan dinginnya air hujan.
"Astagfirullah, kenapa aku sampai lupa." Camelia pun bergegas keluar dari mobilnya untuk menghampiri Abra.
Camelia berjalan pelan dibawah rintik hujan yang mulai mereda. Langkah demi langkah ia lewati untuk menghindari air yang akan membasahi kakinya. Abra yang melihat Camelia mendekat lantas tak jadi memasuki mobilnya dan malah mendekati Camelia kembali.
"Cam. Ada apa?" tanya Abra dengan bibir yang mulai membiru.
"Maaf," sesal Camelia, jujur ia lupa akan riwayat kesehatan Abra yang satu ini.
"Untuk?" tanya Abra memicingkan matanya ia tak mengerti arah pembicaraan Camelia.
"Aku baru ingat kamu tidak tahan akan dinginnya hujan. Maaf," ulang Camelia sekali lagi. Ia tertunduk menyesal kejadian yang baru ia sadari.
"Tak apa. Bagaimana kalau sebelum kita pulang, kita singgah di kost adikku dulu. Aku mau ganti baju," ucap Abra.
"Baiklah, ayo. Aku ikut dimobilmu saja dan biar aku yang menyetir kali ini," ujar Camelia seraya mengambil kunci mobil ditangan Abra yang sangat pucat. Namun sebelumnya ia mengunci mobilnya terlebih dahulu.
Mereka berdua pun menuju kost Bella dengan Abra sebagai petunjuk jalan. Diperjalanan, Abra sering melihat Camelia. Ia tersenyum lucu melihat wajah khawatir Camelia.
Merasa diperhatikan, Camelia balik melihat Abra. Ia heran bukannya Abra merasa sakit malah Abra senyum-senyum sendiri melihatnya.
"Ada apa?" tanya Camelia merasa aneh.
"Tidak ada, hanya saja ekspresimu lucu sekali. Akhirnya setelah sekian lama, aku bisa melihat ekspresimu yang satu ini. Aku ingat saat kamu baru tau kalau aku tidak bisa terkena dingin karena hujan. Ekspresimu sama dengan waktu itu. Ingin membuatku tertawa."
"Jangan bercanda Abra, ini tuh masalah serius. Sekarang jalan mana lagi?" tanya Camelia saat melihat perempatan jalan didepannya.
"Belok kanan, setelah melihat ada mini market kecil didepan, kamu tinggal belok kiri dan kita sampai setelah melihat rumah kost biru berjejeran," terang Abra.
Camelia pun mengikuti instruksi Abra. Tak lama kemudian, akhirnya mereka sampai depan kost Bella.
"Kamu duluan aja, aku mau ambil baju ganti dulu."
Bersamaan dengan Camelia keluar dari mobil, saat itu pula Bella keluar dari kostnya. Bella terkejut, ia pun menghampiri Camelia.
"Kak Camelia? Kakak datang sama siapa?" tanya Bella tidak memperhatikan keadaan sekitar.
"Ini sama kakak kamu, Bel," ucap Camelia sambil menunjuk Abra yang baru keluar dari mobil.
"Kak Abra, kok basah kuyup gitu. Nanti kakak sakit lagi gimana!" Bella khawatir melihat keadaan kakaknya yang begitu miris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Camelia Rahma
SpiritualCamelia Rahma dan Abraham Fauzi, dua orang yang berbeda watak itu telah dipertemukan oleh takdir secara unik digerbang sekolah. Mereka dipertemukan saat masa orientasi siswa baru dimasa putih abu-abu. Karena keterlambatan, membuat awal pertemuan me...