part 2. Camelia rahma dan Abraham Fauzi

2.6K 226 10
                                    

Alhamdulilla udah part 2 ternyata, terima kasih buat para reader's yang telah Setia membaca cerita ini, memberikan votenya, komen dan mau menunggu cerita ini di update.

Sekali lagi terima kasih banyak 😍😍😘

***

Waktu telah menunjukkan jam tiga sore bertepatan dengan terdengarnya suara adzan yang kian memanggil dirinya untuk segera menghadap Sang Maha Pencipta.

Camelia pun menyudahi membaca buku hariannya dan memilih pergi mengambil air wudhu untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslimah.

Ia sholat dengan begitu khusya-nya hingga salam terakhir. Setelah beristigfar dan berzikir sebentar, kini tangannya telah menengadah, meminta pada Allah, Sang Pengabul doa.

Saat berdoa, ia benar-benar meminta, memohon dan merendah pada Allah. Karena hanya Dia-lah tempatnya meminta, mengadu dan berharap. Ia bahkan sudah tidak sadar lagi dengan air mata yang telah mengalir di pipinya sedari tadi. Ia hanya tau, Dia-lah yang Maha Pengabul doa-doanya selama ini.

Setelah berdoa, ia menyeka air matanya yang masih membekas di pipi dan membenahi mukena dan sejadah yang telah dipakainya. 

Selesai dengan kewajibannya, Camelia memilih pergi membantu Mama Lia yang sedang memasak didapur untuk makan malam mereka nanti. Sambil membantu mamanya, Camelia membuka percakapan tentang nama seorang yang berada didalam diarynya.

"Ma, saat Camelia pergi apa ada orang yang mencariku?" tanya Camelia.

"Em ... ada. Itu, teman kamu yang cowok, yang suka main basket sama kamu, nak. Siapa ya namanya. A ... Abra kalau tidak salah," jawab Mama Lia sambil terus mengaduk masakannya.

"Abra, Ma? Kapan dia datang?" tanya Camelia.

"Seminggu setelah kamu pergi ke Turki, sayang. Setelah itu ngga ada kabar lagi," terang Mama Lia.

"Em ... gitu, ada lagi ngga Ma?"

"Ada, teman kamu yang perempuan sering main kesini juga kalau hari minggu. Mama lupa namanya," ucap Mama Lia yang hanya menyebutkan kebiasaan teman perempuan Camelia.

"Adelia, ya ma?" tebak Camelia tepat sasaran.

"Iya itu Nak Adelia. Pertama dia datang bersama Abra. Kedua sendiri. Sama mencarimu lagi," terang Mama Lia lagi.

"Tapi mama beritahu mereka kalau aku ke Turki?" tanya Camelia cemas pasalnya, ia tidak ingin teman-temannya tau kepergiannya kesana.

"Tidak sayang. Mama tidak memberitahu mereka."

"Terima Kasih, Ma. Oh iya, Ma. Camelia berencana ingin buka toko brownies. Bagaimana menurut mama?"

"Mama setuju dengan usulanmu, nak. Apapun itu, Mama akan selalu mendukungmu," ujar Mama Lia seraya memegang kedua tangan putrinya ini.

"Kalau begitu, nanti Cam pergi belanja bahan-bahan buat brownies. Lalu Cam akan membuatnya. Kalau udah jadi, coba berikan pendapat Mama, ya. Kalau Mama suka berarti Cam udah bisa buka usaha kecil-kecilan dulu."

"Baiklah, Mama akan menjadi pengkritik terbaik untuk usaha terbaik kamu, nak."

Camelia terkekeh mendengar respon Mama. Ia pun lantas memeluk sang Mama karena telah mendukungnya untuk tumbuh menjadi sosok yang mandiri.

"Terima kasih Ma."

"Apapun Mama akan lakukan untukmu. Ngomong-ngomong berapa biaya yang kamu butuhkan? Biar Mama beri."

"Ngga usah Ma. Cam punya tabungan kok. Biar pake tabunganku aja. Lagipula Cam ingin usaha Cam ini benar-benar modal dari Cam sendiri," ujar Camelia.

Camelia RahmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang