46. Kesedihan Camelia

252 20 1
                                    

Jangan lupa like, vote dan komen ya, sebagai timbal balik dari yang kalian baca. 🤗🤗🤗

***


"Bella ngga setuju."

"Ngga setuju? Tentang perjodohan kakak?"

"Iya kak. Kakak gimana sih!"

Abra manggut-manggut, seketika ide muncul di kepalanya. Ia pun menoleh dan memanggil Bella pelan.

"Bel, kamu mau bantu kakak ngga?"

"Bantu apa kak?"

"Kakak mau kamu bantu rahasiakan perjodohan ini sama kak Cam. Biar bagaimana pun kalau kakak tidak salah nebak, pasti mama nanti akan datang ke toko brownies Camelia. Membeli brownies untuk pertemuan nanti."

"Kalau itu serahin sama Bella, kak!" ujar Bella sambil mengacungkan jempolnya.

"Baiklah. Urusan mama, kakak serahin sama kamu. Lainnya, biar kakak tangani sendiri," ujar Abra penuh keyakinan.

"Ok. Biar bagaimana pun Bella ngga ikhlas kalau kakak sama yang lain."

"Iya tau," ujar Abra kembali ke kebiasaan lamanya yaitu mengacak jilbab yang dikenakan Bella.

"Uh kakak. Kebiasaan buruk belum di ubah-ubah juga," keluh Bella. Ia pun memperbaiki jilbabnya yang sedikit teracak itu.

"Susah dek, kalau mau diubah. Udah terima aja."

Abra pun kembali fokus menyetir mobilnya agar cepat sampai di rumah. Mengistirahatkan diri dan pikiran yang sedikit lelah. Jujur saja ia ingin cepat-cepat beristirahat.

Setelah lama berkendara, akhirnya mobil yang dikendarai dua adik kakak itu pun terparkir manis di garasi mobil. Bella keluar duluan, meninggalkan Abra yang mengambil barang bawaannya.

"Assalamualaikum, ma ... kami sampai," ucap Bella saat memasuki rumah.

"Waalaikumsalam, sayang. Sini, duduk dekat mama."

Bella berjalan mendekati mama yang lagi menonton sebuah sinetron yang tayang di stasiun tv swasta. Lagi-lagi Bella tersenyum kala melihat mama kembali menonton sinetron kesukaannya.

"Masih sinetron yang sama ma?" tanya Bella.

"Iya, ceritanya tambah seru loh, Bel," ujar Mama Rania seperti anak remaja.

"Seru mama bilang? Malah tambah banyak masalah disana sini. Mana penjahatnya ada terus," ujar Bella yang memang tidak terlau menyukai sinetron yang banyak musuh didalam ceritanya.

"Mama nonton gini bukan karena apanya nak. Hanya saja, mama bisa ambil pelajaran didalamnya. Jangan asal nonton saja tanpa bisa mengambil hikmah yang terkandung didalamnya."

Bella manggut-manggut mendengar penjelasan mama yang benar adanya. Jujur saja, selama ini ia hanya asal nonton saja. Jika ceritanya menarik, ia akan ikuti terus. Kalau tidak, boro-boro nonton sampai habis, pertengahan saja sudah ia tinggalkan.

"Oh iya, mana kakakmu?"

"Mungkin terus ke kamar ma. Mungkin lagi siap-siap mau ke kantor."

"Bentar temani mama ke toko brownies nak Camelia, ya. Mama mau pesan browniesnya untuk acara kakak kamu."

Bella tentu saja tidak terkejut, ia santai dalam menanggapinya karena sudah lebih dahulu kakaknya memberitahu dirinya. "Ok ma. Siap! Kapan kita pergi?

"Ini abis tontonan mama. Kamu istirahat aja dulu, pasti capek habis perjalanan jauh."

"Iya ma. Kalau gitu Bella ke kamar dulu." Bella pun pergi meninggalkan Mama yang masih asik dengan tontonan sehari-harinya.

***

Camelia RahmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang