29. Mengukir Masa Depan

386 44 6
                                    

"Makanya kak, cepet lamar kak Cam. Nanti diambil orang loh! Baru kakak menyesal," ujar Bella membuat seseorang dari belakang mereka tersentak kaget.

Ia mematung dan berbalik hendak pergi meninggalkan keluarga kecil itu. Namun, belum juga ia sempat menghilang dari pandangan pemilik toko brownies ini, ia malah ketahuan.

"Delia," panggil Camelia. "sini," lanjutnya.

Wanita yang ternyata Delia itu pun berbalik, melihat secara bergantian  empat pasang mata yang sedang melihatnya. Ia tersenyum canggung. Diam-diam dalam hati ia berkata, "Semoga saja, mereka tidak mengetahui kalau aku sudah mendengar pembicaraan mereka tadi."

Delia pun melangkah mendekat, pergi kearah Camelia.

"Kamu belum tiba juga udah mau pulang," ujar Camelia.

"Oh itu, aku kelupaan dompet di mobil, jadi aku berbalik ingin mengambilnya. Aku ambil dulu ya."

Camelia mengangguk. Camelia pun membawakan pesanan Abra.

"Kenapa Delia pulang?" tanya Abra.

"Dia mau ambil dompetnya yang tertinggal di mobil. Nanti dia balik lagi kok. Kalau gitu aku pamit dulu," ujar  Camelia.

"Loh kak Cam, temani kita dulu disini," ujar Bella.

"Kakak mau buat pesanan pembeli dek," ujar Camelia.

"Tenang, nanti Bella bantu. Begini-begini Bella bisa diandalkan loh," ujar Bella yang tau sebenarnya Camelia ingin menghindari mereka.

"Ngga usah Bel, nanti juga ada yang bantuin Kakak," ujar Camelia.

Mau tak mau, Camelia pun mengurungkan niatnya itu. Ia tidak ingin menampilkan kecurigaan di hati mereka semua. Ia lantas duduk di kursi samping kanan Abra. Tidak lama kemudian, Delia pun tiba.

"Del, duduk disini," ajak Abra untuk duduk didekatnya. Lebih tepatnya disamping kirinya.

"Kamu mau beli brownies juga?" lanjut Abra.

"Iya,"

"Kamu, nak Delia, teman Abra juga masa Sma?" tanya Mama Rania.

"Iya Tante."

"Kok jarang tante lihat seperti Nak Camelia?"

"Dia emang murid pindahan waktu itu, Ma. Jadi ngga terlalu kenal sama Mama," jawab Abra.

"Iya tan, Delia juga suka dijemput sama Papanya jadi jarang pulang bareng sama kita," tambah Camelia.

Mama Rania manggut-manggut mendengar cerita Abra dan Camelia. Begitu pula dengan Bella. Pantasan ia jarang melihat Delia pulang bareng kakaknya.

Bella pun menahan kekesalannya satu meja dengan Delia. Bella jelas tau penyebab Camelia ingin menghindar. Tapi, ia tidak ingin sampai hal itu terjadi lagi. Apapun keadaannya, ia tidak ingin kakaknya dekat dengan wanita ini lagi.

"Kak Del, bisa temani Bella pergi beli minuman disana?" tunjuk Bella sebuah kedai kopi samping jalan.

Dalam hati, Bella tersenyum senang karena Delia mengikuti ajakannya. Dengan begitu, ia tidak perlu repot-repot membuat alasan lain agar Delia menjauh dari kakaknya.

"Ayo kak," ajak Bella.

Mereka berdua pun pergi ke kedai kopi yang tadi ditunjukan Bella.

"Ma, kapan Bella balik ke Jakarta?" tanya Abra.

"Entar sore, katanya adikmu mau numpang sama temennya. Jadi ngga usah diantar."

"Emang Bella udah semester berapa, Tan?" tanya Camelia.

Camelia RahmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang