19. Aku sebenarnya Cemburu

603 48 9
                                    

Keesokan harinya, Abra mengantar adiknya balik ke Jakarta. Namun, sebelum berangkat, Bella meminta kakaknya untuk singgah di toko brownies Camelia untuk membelikan pesanan teman-teman kuliahnya.

Abra tentu senang karena sebelum ia pergi, ia bisa melihat wajah wanita yang harus ia perjuangkan sampai titik darah penghabisan. Memikirkannya saja membuat bibir Abra melengkung.

"Kak, kenapa kakak senyum-senyum  begitu? Hayo lagi mikirin kak Camelia lagi kan!" tebak Bella.

"Anak kecil tau apa"

"Ya tau lah, aku kan adiknya kakak. Bella dukung kok kakak sama kak Camelia, seratus persen." Bella tersenyum cengegesan memperlihatkan gigi kelincinya.

"Udah, kamu cukup duduk, diam dan santai, ok!"

Setelah beberapa menit berkendara, akhirnya mereka tiba didepan toko brownies Camelia. Mereka masih berada didalam mobil saat melihat Camelia tertawa begitu lepasnya dengan seorang lelaki yang membelakangi mereka. Mereka tidak tau siapa lelaki itu. Namun, Abra sepertinya mengenal hanya dengan melihat gestur tubuhnya.

Bella bergegas ke luar dari mobil. Ia tak terima kalau calon kakak iparnya tertawa begitu lepasnya dengan seorang lelaki. Ia kesal! Apalagi melihat kakaknya tak kunjung-kunjung keluar dari mobil. Ia bertambah kesal karena tindakannya kali ini untuk membela kakaknya.

Dari balik kaca, Bella mengibas-ngibaskan tangannya berharap Abra segera keluar, namun sampai semenit kemudian, Abra tidak memiliki tanda-tanda keluar dari mobil. Bella lantas balik memutar ke pintu sebelah.

"Sini kak, cepat keluar," ucap Bella setelah membuka pintu kemudi.

Sangking kesalnya, Bella menarik tangan kakaknya mendekati Camelia dan si lelaki berbaju biru itu.

"Assalamualaikum kak Cam," ucap Bella.

"Waalaikumsalam. Bella, Abra," ucap Camelia yang tidak menyangka akan bertemu Abra lagi dengan waktu yang terbilang singkat.

"Abra!" ucap lelaki tadi yang tak lain adalah Rafa.

"O, hai Raf."

"Kalian mau beli Brownies?" Tanya Camelia.

"Iya kak."

"Gimana ya, browniesnya udah dibeli semua sama Rafa." Camelia tersenyum canggung sedangkan Bella lagi-lagi kesal karena semuanya ulah Rafa.

"Kalau Bella mau, ini bisa ambil sebahagian milik kakak," ucap Rafa menawarkan.

"Ngga kak, terima kasih. Kayaknya kakak lebih butuh dari pada aku."

"Poin kita seimbang." Batin Bella tersenyum kemenangan.

"Oh iya, silahkan duduk gih," Ajak Camelia.

"Ngga kak, kami mau langsung ke Jakarta. Aku kira brownies kakak masih ada. Jadi Bella hampir dulu deh." 

"Wah udah abis Bel. Lain kali pesan dulu sama kaka ya. Biar kakak buatin."

Bella mengangguk sedangkan Abra balik duluan ke mobil tanpa mengatakan sepatah kata pun. Ia tidak mau menunjukkan rasa cemburunya melihat Camelia dan Rafa si musuh bebuyutannya tertawa lepas.

"Kak Cam. Kami pergi dulu. Assalamualaikum," pamit Bella.

"Waalaikumsalam warrahamatullahi wabarakatuh. Hati-hati dijalan ya."

Bella pun kembali ke mobil. Bella heran sedari tadi kakaknya hanya diam sepanjang perjalanan mereka.

"Kak," panggil Bella

"Hem."

"Kakak tidak apa-apa?" tanya Bella.

"Kakak sedang tidak baik-baik saja." Jujur Abra

Camelia RahmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang