21. Tanggung Jawab

563 55 10
                                    

Halo aku mau datang lagi nih! Kali ini aku mau berterima kasih banyak kepada ArZahraDewiRaytama, Windyari0, ErwinSyah863, MamahAfi, Watisekarnethakarien, DaminiMinie, Ninhsih, YulianySiswanto, EkaMoe, FriskaYuniarti, Emadiani, Ernawati335, Devinopianti, HalijahAwi, HeruPujayani, KurniaWati010398, RitaSarah899, indahfirdayenti, ReniMarlina3, DwiAgustina393, nagpesisir, 85rosi, asihupin, IndahMelvia, NenneyAfrianiSyaefull, HermienSuparmo, niladwiyunia23, Yusrotun1076.

karena sudah memberikan vote-nya dan waktunya untuk membaca ceritaku ini.

Terima kasih kepada MamahAfi, indahfirdayenti dan ReniMarlina3 karena udah komen juga cerita aku.

Terima kasih untuk semuanya juga yang baca ceritaku tp ngga vote dan komen. Karena tanpa kalian juga cerita ini bukalah apa-apa.

Baiklah, kita lanjut baca ya! Selamat membaca semua 🤗🤗

*÷*÷*÷*÷*÷*÷*÷*÷*÷*÷*÷*÷*÷*

Kejadian dirumah Abra sudah tiga hari telah berlalu, tapi kata-kata Abra saat itu masih tersimpan jelas diingatan Camelia. Bagaimana ia bisa lupa saat hal yang menyangkut masa depannya diusik oleh seseorang yang masih ada didalam ingatannya selama bertahun-tahun.

"Gimana kalau kamu aja yang aku lamar"

Memikirkannya membuat Camelia tak fokus membuat browniesnya. Ia menggeleng saat tersadar dari lamunan sesaatnya itu.

"Astagfirullah, kok ke inget kata-kata itu terus," ujar Camelia.

"Ingat apaan, kepo nih. Coba kamu ceritakan," ujar kanaya yang baru tiba di dapur toko Camelia.

"Ka ... kanaya, kapan kamu tiba?" tanya Camelia gugup.

"Baru saja."

"Kamu duduk dulu ya, aku selesaikan ini dulu. Tinggal di oven kok."

"Hem."

Setelah pekerjaan Camelia selesai, Camelia mengajak Kanaya duduk depan tokonya. Mereka duduk ditempat biasa.

"Aku kepo nih sama cerita kamu saat didalam!"

"Kamu salah denger kali," ucap Camelia malu untuk mengatakan apa yang tadi ada di pikirannya.

"Oh iya, kamu udah denger belum kalau angkatan sekolah kita mau ngadain reunian besar-besar loh di sekolah, sma kita dulu," ucap Kanaya antusias.

"Iya aku udah denger, waktu itu aku ada dirumah Abra saat Abra mendapat telepon dari Reno."

"Jadi ini yang kamu sembunyiin!" Respon Kanaya

Camelia menghela nafas panjang, akhirnya ia ketahuan juga. Padahal sebisa mungkin ia berusaha  menyembunyikannya. Pada akhirnya ia mengakuinya.

"Iya." Camelia tertunduk menempelkan dagunya di meja. Jujur saja ia malu.

"Apa yang dia bilang sampai kamu se-galau ini? Kalau biasa-biasa aja mah, pasti respon kamu biasa juga dan ngga buat kamu uring-uringan kayak gini," ungkap Kanaya yang mengenal betul sifat Camelia ini. Ia tau jika gaya Camelia sudah sepeti anak kecil yang seperti ketahuan salah, pasti ini bukanlah cerita yang mudah.

"Apa dari wajahku ini terlihat dengan jelas, apa yang ada di hatiku?" ujar Camelia malah memalingkan wajahnya kesamping, tapi masih menyandarkan kepalanya pada mejanya.

"Pake banget. Wajah kamu tuh lusuh kek kertas kusut," ujar Kanaya

"Hua ... aku bisa apa. Kata-kata itu terus saja mengusikku," ucap Camelia akhirnya tak bisa menahan sesuatu yang bergejolak didalam hatinya.

Camelia RahmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang