cklek ~
"hh?! Bryan? Kenapa?" Lucas yang tengah tiduran di ranjang King Size nya lantas mendudukan dirinya ketika melihat saudara tirinya itu memasuki kamar bergaya classic nya ini.
"Kita harus bicara" ucap Bryan rendah namun tatapan nya sungguh mengintimidasi.
Tiba-tiba saja Lucas merasa atmosfer di sekitarnya menjadi gelap karena aura kelam yang di pancarkan oleh Bryansaat ini.
Bryan duduk di kursi meja belajar yang tak jauh dari ranjang King Size Lucas lalu menatap pria yang sama dinginnya dengan dirinya itu dengan lekat.
"Apa gak bisa lo ngelawan?" Tanya Bryan dengan rahang mengeras dibalas dengan wajah datar Lucas.
"Buat apa? Mereka malah bakal lebih nyiksa gue" jawab Lucas datar.
"Lo fikir gue suka ngeliat sodara gue dibully di depan mata gue sendiri?" Tanya Bryan mulai emosi.
"..."
"Gua rasanya pengen ngehajar orang-orang yang selalu nertawain lo! Mereka gak berhak berbuat seenaknya sama lo! Lo itu adalahㅡ"
"Apa yang lo peduliin? Kita bahkan gak punya hubungan darah setetespun!"
JDEEEER
Bagaikan tersambar petir di siang bolong, Bryan merasa semua isi dunia ini runtuh dan menimpa dirinya.
"Lo..." ucap Bryan tak percaya dengan nada menggantung.
"kenapa? Gue benar kan?" Tanya Lucas dingin.
"Walaupun kita bukan sodara kandung tapi kita tetap sodara Lucas Xavier! Kita udah bareng sejak umur kita 10 tahun!" Hardik Bryan sambil bangkit dari tempat duduknya dan menatap Lucas nyalang sambil jari telunjuknya menunjuk-nunjuk wajah Lucas dengan emosi.
"Mau gimana pun juga kita akan tetap jadi sodara tiri. Walaupun kita bareng 100 tahun pun kenyataan itu gak berubah kan?!"
.
.
.Sarapan pagi ini terasa sangat mencekam dan canggung apalagi dengan 2 tuan muda yang dari tadi gerak geriknya sangat geradak-geruduk seakan sedang emosi atau sebagainya membuat adik bungsu mereka dan tuan besar di rumah itu menatap mereka risih juga heran.
"Kalian kenapa?" Tanya tuan Xavier tenang sambil tetap menyantap sarapannya.
"Nggk" jawab mereka berdua ketus.
"Kak bryan. Kakak kenapa? Ketularan kak Lucas ya? Kenapa muka kakak jadi ikutan masam begitu?" Tanya Luna polos.
"Aku selesai" ucap lucas dingin sambil meletakkan pisau dan garpu secara kasar di meja.
"Aataga" desah tuan Xavier lelah saat melihat Lucas berjalan keluar dan membuka pintu garasi dengan kasar untuk mengambil sepeda kesayangannya.
"Sebenarnya ada apa, Bryan?" Tanya Tuan Xavier menatap Bryan yang sedang melahap roti nya dengan tatapan nyalang.
"Nggk ada apa-apa" jawab Bryan dingin kemudian mengambil tasnya dan beranjak pergi.
"KAK BRYAN! ANTARIN AKU!" pekik Luna heboh kemudian berdiri lalu mencium pipi ayah kesayangannya sebelum akhirnya melesat pergi mengikuti Bryan yang berada di garasi untuk mengambil mobilnya.
"Hhh.. anak-anak cepat dewasa" gumam Tuan Xavier sambil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi makan.
"Presdir." Tuan Xavier menoleh dan mendapati asistennya yang ia suruh untuk mengawasi Lucas dan Bryan sudah berdiri di belakangnya.
"Ya, tuan Hilton. Ada apa?" Tanya Tuan Xavier.
"Kemarin tuan muda Lucas pulang dengan keadaan seragam yang kotor dan penampilan yang acak-acakan" lapor tuan hilton sopan.
"Apa? Ada apa dengannya? Apa anak-anak disekolah membully nya lagi?" Tanya tuan Xavier sedikit geram.
"Sepertinya begitu, Presdir" jawab tuan hilton pelan.
"Lalu... apa kau tahu apa yang terjadi dengan Lucas dan Bryan?" Tanya Tuan Xavier tanpa menatap asistennya itu.
"Saya tidak tahu Presdir. Tapi, kemarin saya lihat tuan muda Bryan memasuki kamar tuan muda Lucas dengan wajah kalem namun beberapa menit kemudian saya melihat tuan Bryan keluar dari kamar tuan Lucas dengan wajah merah dan ia membanting pintu kamar tuan muda Lucas dengan cukup keras" jelas tuan hilton panjang lebar membuat tuan Xavier sedikit-sedikit mengerti akar dari permasalahan kedua putra nya itu.
"Sepertinya mereka bertengkar" gumam tuan Xavier sambil memijat pelipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd Boy
Teen Fiction[Beberapa part di private. Follow sebelum membaca] . . . Keinginannya untuk pindah ke Jerman membuat ia bertemu dengan si cowok 'beasiswa' yang selalu dibully oleh teman-temannya karena bersekolah di sekolah tempat orang-orang kaya. "Pergi gua gamau...