"Gimana keadaan nya, dokter?" Tanya kakek dengan nada khawatir yang begitu kentara.
"Nona Lucy tidak apa-apa, tuan. Dia hanya kelelahan dan terlalu banyak fikiran. Nona Lucy hanya perlu istirahat dan makan yang teratur juga tak terlalu banyak fikiran" jelas sang dokter sambil membuka stetoskop dari telinga nya.
"Tapi kenapa dia terus mengigau, dokter?" Tanya Nenek cemas.
"Dia hanya stress. Mungkin ada suatu hal yang membuat nona banyak fikiran dan akhirnya demam. Saya jamin nona Lucy baik-baik saja, nyonya" jawab sang dokter tampan bernama Rezaldino itu ramah.
"Terimakasih, dokter"
"Sudah tugas saya, tuan. saya permisi" Rezal membungkuk kemudian keluar dari kamar rawat Lucy yang luas ini meninggalkan Nenek dan Kakek bersama Lucy di kamar itu.
Sejak mereka membawa Lucy kemari, Lucy belum juga bangun tapi sudah tidak mengigau lagi karena dokter memberinya obat penenang dan dokter menyarankan Lucy dirawat di rumah sakit ini untuk beberapa hari sampai keadaannya membaik.
"Kenapa Lucy terus mengigau nama Lucas?" Tanya Nenek sambil mengelus kepala Lucy yang tertidur dengan penuh kasih sayang.
"Entahlah. Mungkin dia lagi ada masalah sama Lucas" jawab Kakek sambil mengambil ponselnya.
"Trus gimana soal pertunangan Zoey dengan Bryan?" Tanyanya lagi sukses membuat Kakek tediam cukup lama.
"Akan tetap di laksanakan. Bagaimanapun juga ini sudah menjadi perjanjian"
.
.
.
Lucas memarkirkan mobilnya didekat Taman yang sepi, ia sengaja mencari tempat sepi dan menghindari tempat ramai agar otaknya jernih.Jujur saja, semenjak Lucas membentak dan memaki Lucy waktu di atap, ia jadi merasa pikirannya kusut dan dipenuhi oleh bayang-bayang sosok Lucy yang tersenyum, tertawa, merengek, merajuk, juga menangis.
Jika boleh jujur, Lucas rasanya ingin tersenyum mengingat semua ekspresi Lucy meski mereka tidak kenal dekat.
Jika saja ego Lucas tidak besar. Jika saja Lucas bisa membuka hatinya untuk Lucy, mungkin kejadian di atap tak akan pernah terjadi. Ia hanya enggan membuka hatinya untuk orang lain karena ia akui sampai saat ini dia masih mengharapkan Jeslyn meski gadis itu telah mencampakkannya.Lucas bersandar pada mobilnya dan menghadap ke arah taman dengan tatapan penuh arti.
Rasanya semua sudut di kota berlin selalu mengingatkan dirinya akan sosok Jeslyn yang selalu memenuhi setiap sel di otaknya. Tak ada tempat untuk orang lain maka dari itu ia memaki Lucy waktu itu padahal Lucy tak bersalah padanya.
Ia hanya tak ingin semuanya terulang kembali. Ia masih menganggap semua gadis itu penipu dan melihat seseorang dari material padahal Lucy sudah begitu tulus padanya meski Lucy tahu jika Lucas dijuluki 'Anak beasiswa miskin'
Lucas berbalik kemudian menatap sebuah banner besar yang ada di depan sebuah etalase minimarket.
Itu Jeslyn Denaya.Ya, itu foto Jeslyn. Gambar yang ada di banner itu adalah mantan pacarnya.
Lucas tahu dan semua tahu jika Jeslyn kini bekerja pada sebuah agensi terkenal di Jepang dan menjadi model. Jadi, Lucas dapat melihat foto Jeslyn dimanapun dan itulah yang membuatnya sulit melupakan sosok Jeslyn yang sudah menyakiti hatinya.
"Lucas, hari ini kita kemana?"
"Kita ke Taman, gimana?"
"Itu bagus, ayo. Tapi abis itu kita shopping ya. Aku pengen beli tas baru"
"Baiklah. Apapun untukmu sayang"Betapa bodohnya Lucas kala itu. Kenapa ia tak menyadari jika sejak awal Jeslyn hanya mengincar hartanya? Gadis itu silau akan harta Lucas sebagai pewaris sah Xavier Group.
Saat itu keluarganya hanya orang kaya biasa yang bahkan tidak masuk 10 jajaran orang terkaya se-asia timur tapi setelah mengalami keadaan hampir bangkrut dan kembali bangkit, keadaan ekonomi keluarganya semakin membuncah dan berakhir menjadi keluarga terkaya sedaratan Asia Timur.
Saat dulu saja Jeslyn sangat silau akan hartanya. Apalagi sekarang setelah keluarga nya menjadi keluarga terkaya se-Asia Timur? Mungkin saja Jeslyn akan meminta mobil atau rumah bahkan mungkin jet pribadi jika saat ini mereka masih berhubungan.
Dan Lucas sadar, selama 2 tahun hubungan mereka dulu Jeslyn sudah banyak meminta ini itu kepada Lucas membuat Lucas harus menghamburkan uangnya dan di cap boros oleh sang ayah.
Lucas menggeram tertahan. Ia tak bisa terus seperti ini, ia tak bisa terus terjebak dalam masa lalu. Ia harus bangkit bagaimana pun caranya.
Lucas kembali memasuki mobilnya dan mengendarainya dengan cepat meninggalkan kawasan itu tanpa sadar jika tadi seseorang tengah memperhatikannya dan memastikan jika dirinya tak salah lihat.
"Apa tadi itu Lucas? Tapi... yang benar aja. Dia kan anak beasiswa miskin. Trus.. kenapa dia pake mobil yang selalu di pake master LX? Gue gak mungkin salah, mobil itu mobil kebanggaan nya si setan jalanan. Apa jangan-jangan... LX.. Lucas Xav..." pria yang tengah menenteng keranjang belanjaannya itu melotot kaget begitu menyimpulkan sesuatu yang kemungkinan 99% benar.
Ia tadi habis belanja dari mini market yang ada di dekat taman dan saat keluar ia melihat seseorang yang sepertinya ia kenal. Dan ia yakin ia tak salah lihat. Ia yakin jika pria barusan adalah Lucas, Kakak kelas beasiswa yang selalu dibully di sekolahnya. Ia tak mungkin salah kali ini.
.
.
.
Lucy sudah bangun sejak siang tadi tapi tak berkata apapun meski Kakek atau Neneknya bertanya padanya, ia hanya mengangguk atau pun menggeleng seadanya. Mereka pun tidak memaksa dan mengerti jika Lucy tidak mau dulu bicara, mungkin ia masih lelah.Lucy sempat makan 1 kali sore tadi tapi saat ini ia tak mau makan lagi. Setiap mengingat Lucas, Lucy rasanya ingin menangis meraung-raung.
Tapi rasanya aneh ia sampai masuk rumah sakit gara-gara memikirkan Lucas? Rasanya ia kekanak-kanakan dan Lebay.
"Gue benci lihat wajah sok polos lo itu Lucy. Gue pengen lo pergi dari hidup gue"
Lucas ingin dia pergi dari hidupnya. Dan Lucy akan lakukan itu jika Lucas yang menginginkannya. Ia tak berhak memaksa Lucas.
Kenapa disaat dia mencintai seseorang, seseorang itu malah menyuruhnya pergi dari kehidupannya? Ini tidak adil. Lucy ingin Lucas tahu bahwa ia mencintai Anak beasiswa itu apa adanya. Tak pernah terbesit sedikitpun di kepalanya tentang latar belakang Lucas yang 'katanya' adalah orang miskin. Lucy tak peduli. Baginya Lucas tetaplah Lucas dan Lucy akan terima siapapun itu Lucas.
Ia bertekad besok ia harus sembuh dan keluar dari rumah sakit ini. Ia akan melupakan Lucas. Harus!
"Nenek.. Aku mau makan" ujar Lucy dengan suara serak nya. Ini pertama kalinya Lucy bersuara sejak ia bangun dan Nenek sangat senang mendengarnya apalagi Lucy bilang jika ia ingin makan.
"Baiklah sayang, Nenek akan menyuapimu" jawab Nenek semangat kemudian mulai menyuapkan bubur pada mulut kecil Lucy.
"Dimana Zoey?" Tanya Lucy setelah menelan buburnya.
"katanya dia tadi mau mencari makan" jawab Nenek kembali menyuapkan buburnya.
🌸🌸🌸
.
Haii gaes, thanks buat yang udah comment. Gue seneng banget deh comment nya bagus² gue jadi termotivasi
.
Jangan lupa vomment gaes. I lope you❤@tinaajwta
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd Boy
Teen Fiction[Beberapa part di private. Follow sebelum membaca] . . . Keinginannya untuk pindah ke Jerman membuat ia bertemu dengan si cowok 'beasiswa' yang selalu dibully oleh teman-temannya karena bersekolah di sekolah tempat orang-orang kaya. "Pergi gua gamau...