Lucas mengerang frustasi sambil rebahan di sofa yang ada di kamarnya, pasalnya saat ini Lucy tak menghiraukan dirinya, ia sudah coba mengirim pesan dan telepon namun Lucy sama sekali tak merespon.
Lucas mengerti jika Lucy marah padanya tapi rasanya Lucas tak rela Lucy menjauh. Ia rindu dan ia akui itu.
Lucas memijat batang hidung mancungnya sambil menampakan wajah lelah. Lalu ia terfikir untuk membuat video dan mengirimnya pada Lucy.
Lucas mengambil ponselnya dan meletakkan ponselnya jauh di depan wajahnya. Ia menekan tombol rekam kemudian setelah menyala, Lucas tersenyum ke arah camera depan ponselnya sambil melambai kecil.
"Hai Lucy" sapa Lucas dengan senyum manisnya membuat siapa saja akan jatuh hati padanya.
"Kenapa gak bales pesan gue? Kenapa gak angkat telpon gue? Lo menghindar dari gue? Lo bilang kita teman" Lucas menarik nafasnya dalam.
"Lucy. Gue tau lo pasti kecewa. Tapi, tolong. Jangan cuekin gue. Gue kangen lo, jelek" ujar Lucas sambil tersenyum mengejek.
"Gue harap Lo mau hubungin gue lagi. Karena kita teman" ujar Lucas kemudian melambai singkat pada arah camera dan mematikan tombol rekam sehingga video nya berhenti.
"Huhh.. apa gue konyol?" Gumam Lucas sambil menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
Lucas kemudian menggedikan bahunya tak peduli lalu mengirimkan video yang baru saja ia buat lewan aplikasi Line.
"Gue harap lo mau liat"
.
.
.
Sudah 2 hari sejak kejadian Lucas yang tertangkap basah di arena balap saat itu, Lucy tak lagi bertukar pesan dengan pria itu.Ia merasa masih kecewa. Mereka memang baru 1 hari menyatakan jika mereka teman jadi terasa wajar saja jika dilihat dari aspek umum namun Lucy merasa ia ditipu selama ini.
Dengan alasan apa dia menyembunyikan ini semua? Tak tahukah dia jika Lucy begitu menerima Lucas bagaimanapun keadaannya?
Lucy duduk di sofa single yang terletak di sebelah pintu kaca menuju balkon yang sengaja ia buka untuk menikmati angin malam yang berhembus tanpa harus menyalakan AC dan malah menyalakan perapian otomatis di kamarnya.
Tiba-tiba handphone Lucy berbunyi nyaring pertanda ada pemberitahuan Line. Dengan enggan, Lucy pun mengambil ponsel itu dan melihat isi pesannya.
Sejak tadi dia memang membaca semua pesan dari Lucas dan tahu jika Lucas beberapa kali mencoba menghubungi nya namun ia seakan tak peduli.
Lucy mengerutkan keningnya ketika yang ia terima adalah sebuah video pendek dari akun Lucas.
"Hai Lucy. Kenapa gak balas pesan gue? Kenapa gak angkat telpon gue? Lo ngehindar dari gue? Lo bilang kita teman. Lucy, gue tahu lo pasti kecewa. Tapi, tolong. Jangan cuekin gue. Gue kangen lo, jelek" ujar Lucas sambil tersenyum mengejek membuat Lucy mau tak mau ikut tersenyum. Ia baru tahu jika ternyata Lucas itu konyol.
"Gue harap lo mau hubungin gue lagi. Karena kita teman"
Video nya pun berakhir dan Lucy begitu termenung saat mendengar ucapan Lucas di akhir. Lucas sudah mengakuinya sebagai teman. Tapi, apakah hanya sebatas itu?
Lucy juga merasa terpesona dengan hair style Lucad yang berwarna putih dengan kedua sisi rambutnya hitam dan di cukur tipis plus tanpa poni.
"Lucas bodohh" ujar Lucy sambil tersenyum dan tanpa sadar setetes cairan bening jatuh dari matanya.
"Gue juga kangen lo, bodoh"
.
.
.
"Jadi lo bohong waktu itu sama gue?" Tanya Lucas tak terima sambil memelototi Bryan yang tetap berusaha merebut ponselnya dari tangan Lucas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd Boy
Teen Fiction[Beberapa part di private. Follow sebelum membaca] . . . Keinginannya untuk pindah ke Jerman membuat ia bertemu dengan si cowok 'beasiswa' yang selalu dibully oleh teman-temannya karena bersekolah di sekolah tempat orang-orang kaya. "Pergi gua gamau...