"are you sure you want to move, Nathan? You've lived in this school 2 years over" ujar seorang pria tua sambil menatap Nathan ragu.
"Yes, I'm sure. General alexander wanted me comeback to German." Jawab Nathan datar.
"What are you going move to military school?" Tanya pria tua itu sambil mengangkat sebelah alisnya.
"I don't know. Maybe just a regular
school" Nathan mengangkat bahu nya tak peduli toh jika memang ia dimasukan ke sekolah militer juga tidak masalah."Alright then. It is unfortunate because you move" desah pria tua itu sambil menurunkan bahunya.
"so when I can go to German?"
"I will take care of all the file and you can go tomorrow"
"Thank you, . Then, I said goodbye" Nathan berdiri dari duduknya kemudian membungkuk dan keluar dari ruangan kepala sekolah dengan wajah seperti biasa, angkuh.
.
.
.
"Zoey.. mana Lucy?" Tanya kakek yang hanya melihat Zoey saja yang baru turun dari lantai atas tanpa bersama dengan Lucy.Zoey terlihat manis sekali dengan dress selutut yang ia kenakan saat ini. Ditambah lagi rambutnya di sanggul longgar membuat kecantikan wajahnya terpancar. Dan jangan lupakan wajah nya yang hanya terdapat eyeliner saja tanpa make up lainnya lagi menjadi nilai plus untuk wajah cantiknya.
"Wah cantik banget cucu nenek" puji nenek membuat pipi Zoey merona.
Tak lama terdengar suara dentuman lantai marmer yang beradu dengan high heels dari arah anak tangga teratas membuat ketiga pasang mata yang berbeda itu langsung menatap ke arah yang sama.Lucy dengan wajah malasnya terus menuruni anak tangga tanpa sadar dengan tatapan terpana dari keluarganya.
Ia terlihat bak putri dari negeri dongeng dengan dress sepanjang mata kaki berwarna biru muda dengan tangan pendek yang dibuat dengan model menumpang seperti ombak kemudian rambutnya disanggul seperti Zoey membuat leher jenjangnya terekspos juga kaki mungilnya yang dibalut high heels putih yang terlihat sangat pas di kakinya.
"OMG.. Cantiknya dirimu" puji nenek dengan tatapan berbinar sementara Lucy hanya mendengus sebal karena penampilannya ini bukan keinginannya meski ia sudah sering berpakaian seperti ini.
"Emangnya kita mau apa sih? Kita kan cuma mau makan malam" gerutu Lucy sambil menyilangkan kedua tangannya di dada sementara Zoey hanya menatap Lucy tak mengerti karena sepertinya Lucy sangat tidak mood dengan acara ini.
"Benar kok cuma mau makan malam" jawab nenek lembut.
"Trus kenapa aku harus seheboh ini? Zoey aja biasa" dengus Lucy sebal.
"What? Lo bilang biasa? Gue udah berusaha memperbaiki diri gue, Lu!" Sangkal Zoey karena memang kesehariannya bukan seperti ini, ia agak-agak tomboy dan jarang memakai dress atau rok selain seragam sekolah.
"Nggak Zoey. Itu biasa" cibir Lucy.
"Ishh.. jangan begitu Lu.. Zoey kan memang tomboy. sudahlah jangan di permasalahkan. Ayo berangkat"
.
.
.
"Ini rumahnya?" Tanya Lucy melongok saat mereka tiba di mansion Xavier yang terlihat sangat megah meski dari luar. Luas mansion nya bahkan sekitar 5 hektar membuat Lucy semakin ternganga-nganga."Tuan alexander, tuan Xavier sudah menunggu kedatangan kalian" ucap seorang namja paruh baya dengan penuh rasa hormat.
Mereka pun berjalan memasuki mansion Xavier dan berjalan menuju ke belakang mansion.
Lucy maupun Zoey sangat terkagum-kagum dengan apa yang mereka lihat didalam mansion mewah ini.
Sangat fantastic..
Apalagi saat mereka sudah sampai dibelakang dan disana mereka melihat tuan Xavier tengah duduk di sebuah meja bersama seorang pria yang membelakangi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd Boy
Novela Juvenil[Beberapa part di private. Follow sebelum membaca] . . . Keinginannya untuk pindah ke Jerman membuat ia bertemu dengan si cowok 'beasiswa' yang selalu dibully oleh teman-temannya karena bersekolah di sekolah tempat orang-orang kaya. "Pergi gua gamau...