Akhirnya mereka sampai di titik sudah direncakan sebelumnya semuanya pun berhenti perlahan - lahan karena daerah itu sudah memasuki daerah rawan bagi Operasi tersebut. "semuanya dengarkan! Kita bagi kelompok seperti yang sudah direncakan di markas, aku ingin Operasi ini berjalan lancar dan zero accident. Semuanya mengerti!?" penjelasan Slamet tersebut bertujuan untuk menumbuhkan mental para anggotanya agar Operasi kali ini sukses.
Kelompok dua dan tiga pun langsung mengambil ancang - ancang dan pada aba - aba ketiga mereka langsung menyergap pos penjagaan Mansion Alexis yang letaknya bisa dibilang terpencil untuk menjangkaunya dengan berjalan kaki tetapi jika menggunakan kuda bisa memakan waktu sekitar satu sampai dua jam dari Ibukota Naga Emas sehingga apabila terdapat adu tembak di tempat tersebut tidak akan terdengar jelas ke menara wilayah di sekitar Ibukota Naga Emas. 'Depp Depp' "pos 1 tumbang ganti" terdengar suara transmisi radio sebagai alat komunikasi antar kelompok di Operasi kali ini. "baik, kelompok empat dan lima bereskan semua yang ada di teras depan!" perintah Slamet.
"heii siapa kalian!?" tanpa basa basi pun kelompok empat dan lima langsung menodongkan senjata kepada pasukan pengaman Alexis yang sedang berjaga. Pasukan pengaman itu ada 10 orang dan tersebar ke seluruh sudut teras mansion Alexis yang terlihat seperti teras istana Dewa Zeus yang di tengah teras tersebut terdapat patung besar Alexis setinggi 3 meter dengan pose memamerkan otot - ototnya. Gemercik air yang terdapat di teras tersebut terresonansi dengan suara tembakan pasukan pengaman Alexis maupun dari kelompok empat dan lima. "Slamet! Keadaan disini semakin kacau! Pasukan mereka terus bertambah dan kondisi kami semakin tidak menguntungkan!" teriakan salah satu anggota Pedang Keadilan tersebut membuat Kelompok satu khawatir dan memaksa Slamet untuk mengambil keputusan segera. "baik dengarkan, kita akan berpencar sekarang aku dan Adam akan menyusup ke bangunan utama untuk mencari Alexis, Mindar kau dan Hatta-Iwan membantu kelompok empat dan lima untuk menahan mereka sedikit lama, apa kau bisa?" pertanyaan Slamet tersebut membuat dilema para pasukannya. Akhirnya Mindarwati mengiyakan permintaan Slamet tersebut. "baik laksanakan!" aba - aba Slamet tersebut sekaligus menjadi pergerakan kelompok satu.
Dari kejauhan terdengar suara tembakan senapan laras panjang 'DARR!!!!!!' tembakan tersebut terdengar secara berulang - ulang. "apa kalian ketakutan?" tanya Hatta sambil melompat dari kuda yang sedang berlari kencang. Ia dengan lincah melompat dan berlari langsung menuju medan pertempuran hanya bermodalkan pedang katana nya itu. 'SRENGG' terdengar melengking gesekan pedang Hatta saat dikeluarkan dari sarungnya. 'SRETTT' dengan lincah dan cepatnya Hatta menebas para pasukan tersebut tanpa terkena tembakan dari pasukan itu. Ia sangat cepat sampai - sampai pasukan itu kewalahan dan ada sebagian yang mundur kembali masuk kedalam bangunan itu. "huft... sungguh tidak mengasikan... hanya beberapa tebas saja mereka sudah kabur..." sambil menghela nafas Hatta pun kembali mengsarungkan pedangnya itu yang sedari tadi beraksi menebas lawan - lawannya. Percikan dari di tangan dan pedangnya lalu dibersihkan dengan bedak khusus yang memang difungsikan untuk mencegah karat pada besi. "sisanya kuserahkan padamu" Hatta bergumam sambil menundukan kepala nya sedikit karena merasa kecewa sekaligus lega.
"dasar monster!"
"ayoo kita tidak ingin mati konyol"
"dia bisa menghindari kecepatan peluru! Manusia macam apa dia itu!?"
Semua pasukan tersebut berlarian menujur ruangan Alexis berada untuk meminta pertolongan. Tetapi saat mereka tiba di suatu lorong, dikejauhan terlihat seorang manusia mengenakan jubah hitam panjang sampai lututnya, ia berdiri di ujung lorong sambil melihat dengan tatapan tajam dan tangan kananya diarahkan ke pundak atasnya untuk mengambil sebuah gagang berwarna hitam. 'SRENGGG' ternyata itu adalah sebuah pedang lurus yang terlihat lentur tetapi sisi tajamnya berwarna hitam sehingga membuat pedang tersebut terlihat seperti Dewa Kematian bagi siapa saja yang akan menjadi mangsanya. "hmm... permisi apakah kalian tau di mana Alexis berada? Daritadi aku kebingungan mencari ruangannya" ucap orang itu. Tanpa basa basi pasukan tersebut karena sudah terjebak dalam kondisi yang di ujung tanduk, akhirnya mereka semua maju tanpa ragu kearah orang itu dengan berharap agar selamat dari orang itu. 'DEPPP DEPPP DEPPP' terdengar hentakan kaki para pasukan tersebut berlari menuju kearah orang tersebut hanya bermodalkan pisau kombat dan ada beberapa yang menggunakan pedang ninja atau yang dikenal dengan pedang berukuran pendek. "pilihan yang salah" orang tersebut bergumam dalam hatinya. 'WUSHHHH' dalam sekelibat mata orang tersebut tiba - tiba berada tepat di depan orang yang paling depan pasukan itu. "apa!???? Tidakk!!". 'JLEBBB' pedangnya pun langsung ditancapkan kepada dada orang yang paling depan tersebut. Darah pun berceceran keluar dari mulutnya, raut wajahnya pun seperti orang yang menahan sakit tetapi tidak bisa diungkapkan karena ajalnya sudah datang menjemput. Seketika pasukan tersebut yang tadi lari pun terdiam dan memilih untuk mundur perlahan - lahan. "mau kemana kalian?" ucap seseorang dari belakang sambil menodongkan pedang katananya, orang itu adalah Iwan. Iwan memang ternyata sudah masuk ke bangunan itu untuk mencegah pasukan yang kabur dari amukan Hatta dan kawan - kawan. Tanpa basa basi juga Iwan langsung menebas orang yang paling belakang. 'SREDDDD' seketika darah pun membanjiri lantai tersebut, tebasan di perutnya yang rapih itu cukup untuk mengeluarkan isi perut orang tersebut. Pasukan tersebut akhirnya dibantai habis - habisan oleh Iwan dan seseorang yang memakai jubah hitam tersebut. "sekali lagi aku bertanya, apakah kalian bisa menunjukan dimana ruangan Alexis berada?" ucap orang tersebut kepada salah satu pasukan pengaman Alexis. "disana" ia lalu menunjukan kearah lorong yang ada di belakang orang berjubah hitam tersebut sambil dilanjutkan dengan pertanyaan sederhana "siapa namamu?". "namaku Slamet" jawab Slamet dengan suara dalam seperti iblis yang diturunkan ke bumi.
Mereka berdua lalu menuju ruangan yang ditunjukan orang tadi. Saat sampai di depan pintu. Slamet langsung mendobrak pintu itu 'BRAKKK' tetapi tidak ada orang satupun di ruangan tersebut, yang ada hanya jendela yang terbuka lebar dengan hordeng yang bergoyang - goyang tertiup angin serta sinar bulan yang putih menusuk kaca jendela itu lalu membiaskan nya ke seluruh ruangan tersebut. Di ruangan tersebut hanya ada meja kerja kecil dan di sisi kanan dan kiri terdapat sofa tamu yang di tengahnya ada meja tamu kecil yang alasnya terbuat dari kaca. Di belakang meja kerja tersebut jendela yang terbuka itu menghembuskan angin. Setelah menyelidiki ruangan itu, Iwan menemukan sebuah pesan kecil yang ditulis di sobekan kertas lalu ditempel di laci meja kerja sebelah kanan. "hei Slamet lihat ini! Aku menemukan sebuah pesan". Slamet pun menghampiri Iwan dan surat tersebut bertuliskan 'Dasar bodoh kalian semua memang sampah!' kejar aku kalau kalian bisa. TTD Alexis' membaca pesan tersebut Slamet mengepalkan tangan nya sehingga meremukan kertas tersebut 'KRESSS'. "ayoo kita kejar dia sampai dapat!". Ucap Slamet dengan suara rendah tetapi sangat dalam atmosfir kemarahan nya yang tergambarkan dari raut wajah serta intonasi yang ia keluarkan barusan. "tunggu apa kau tau kemana ia pergi?". Tanya Iwan. "tenang saja, aku tau ia hanya akan pergi ke tempat itu bila sedang dalam kondisi terdesak". Mereka berdua pun langsung menuju kuda dan bersiap untuk berangkat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Nusan Tara ( Book 1)
Action[R-BO] World has been divided into three parts of continent which is South Continent, Uni-North Continent, and Central Continent. In Central Continent has known a three big super power nations that is Naga Emas, Elang Hitam, and Teratai Putih. Elang...