Chapter 19 | Masih Kendala Pulang

7 1 0
                                    

"hmm sepertinya di bawah rak ini bisa." Ucap Mindarwati dengan sedikit penerangan. Dengan sekuat tenaga ia memindahkan jenazah si penjaga botak tersebut ke bawah rak yang tertutupi oleh koper - koper penumpang yang lain. Gelap memang, apalagi waktu menunjukan pukul setengah tiga dini hari.

Setelah selesai, Mindarwati pun perlahan berjalan keluar meninggalkan ruangan itu. Sambil berjalan ia memikirkan rencana berikutnya untuk melenyapkan satu lagi penjaga yang menagihi tiket. "hmm sekarang bagaimana dengan yang satu lagi?" pikirnya dengan keras.

"huftt.." saat memelas tak sengaja di ujung gerbong yang saling beradu tatapan dengan si penjaga tiket.

"maaf nyonya, sedang apa di sini?" tanyanya dengan sopan.

"ohh tidak, aku hanya melupakan barang - barang ku" balas Mindarwati dengan raut yang seperti sedang terburu - buru.

"ohh baiklah, apa ada yang bisa saya bantu?" tawar penjaga itu.

"hmm sepertinya aku tidak melihat orang menjaga gerbong kargo"

"di mana nyonya?"

"itu di belakang"

"baiklah akan saya cek"

"oke"

Mereka berdua pun menuju gerbong belakang. Sesaat tiba di pintu ruangan kargo. Mindarwati menyiapkan mentalnya. 'CEKLEK' "gelap ya di sini" ucap si penjaga sembari menekan tombol lampunya. Terlihat sinar berwarna kuning menerangi ruangan tersebut. "baiklah, di mana koper anda nyon-" 'KREKK!'

"itu di akhirat"

Hal yang sama dilakukan Mindarwati yaitu menyembunyikannya di bawah rak. Setelah selesai, ia pun berjalan kembali ke tempat duduknya. Dan duduk sembari menikmati perjalanan pulang. Tak sadar Mindarwati melanjutkan tidurnya.

"Para penumpang, kita sudah sampai di stasiun Pajajaran" pengumuman itu membuat Mindarwati terbangun dan bergegas turun dari kereta. "akhirnya aku sampai juga." Gumam Mindarwati sembari merilekskan bagian - bagian tubuhnya.

"maaf nyonya, kau harus ikut kami" ucap salah seorang berpostur tegap dengan jas berwarna hitam menggunakan kacamata hitam menarik lengan Mindarwati.

"hei ada apa ini?" balas Mindarwati dengan kesal.

"sudahlah, kita selesaikan di kantor" jawab pria tersebut.

Mereka pun pergi menuju luar stasiun dan masuk ke dalam kereta kuda yang sudah disiapkan tepat di depan pintu stasiun.

"jadi apa mau kalian?!" ucap Mindarwati.

"kau memiliki sesuatu yang organisasi kami inginkan." Balas Pria tersebut. "sudahlah kau akan tau saat tiba di kantor"

Sontak Mindarwati memberontak dan memukul pria tersebut 'BUGGG!' terlihat dari luar kekacauan yang disebabkan oleh Mindarwati. Saat sedang memberontak, teman pria itu yang berada di depan Mindarwati langsung mensetrum Mindarwati dengan 'stun gun' yang cukup membuat Mindarwati jinak dalam tidurnya.

Perjalanan panjang ia lalui di dalam kereta, mungkin sekitar dua jam mereka berjalan dengan kereta kuda tanpa tahu tujuan. Setelah dua jam berlalu sampailah mereka di sebuah gudang tua yang tampak tertinggal di tengah hutan. Setelah sampai, Mindarwati langsung dipaksa turun oleh pria yang ia hajar perutnya. "cepat turun!" sambil menarik tangannya ia menyeret Mindarwati turun dari kereta kuda. Sungguh pemandangan yang tak disangka - sangka oleh Mindarwati bahwa di sekliling gudang tersebut adalah pohon - pohon besar dan banyak sekali orang - orang dengan jas hitam sama seperti yang dikenakan oleh pria tersebut, mungkin jumlahnya ada puluhan. Tak sadar ternyata lengan Mindarwati diborgol ke belakang sehingga menghentikan Mindarwati untuk berontak kedua kalinya.

"hei lepaskan aku!!" teriak Mindarwati sembari memberontak menggoyankan badannya dengan keras.

"diam!" balas pria itu sembari menarik lengan Mindarwati membawanya masuk ke dalam gedung tersebut. "di mana kita" ucap Mindarwati saat memasuki gedung tersebut. "kantor! Boss ingin bertemu denganmu" balas Pria itu yang menyeret Mindarwati ke ujung gedung tersebut. Dari kejauhan tampak kursi sofa tersusun rapih layaknya ruang tamu dengan meja kecil di tengahnya. Di sampingnya terdapat vas bunga yang isinya bunga plastik. Memang gedung tersebut sangat luas. Di bagian dekat pintu masuk, sebelah kanan terdapat banyak sekali senjata api laras panjang maupun pendek terbaris rapih layaknya dagangan di pasar. Di samping kiri terdapat banyak sekali monitor yang sedang dioperasikan oleh orang - orang yang sama menggunakan jaket berwarna hitam. Sesampainya mereka di tempat yang ada sofa tersebut. Mindarwati langsung didudukan di sofa itu dengan paksa oleh pria tersebut. Sembari menodongkan pistol di kepalanya Mindarwati diancam untuk tidak melakukan hal bodoh, tentu saja masih dalam keadaan tangan diborgol ke belakang.

Beberapa Menit kemudian seseorang muncul dari ujung gedung tersebut. Tampaknya seperti orang tua dengan rambut berwarna putih dan tongkat yang membantu menopannya berjalan. Perlahan pria tua itu mendekati Mindarwati. Dengan pengawalnya yang begitu banyak sudah dapat di pastikan bahwa orang ini memiliki jabatan yang penting

"jadii maaf sudah memabawmu kemari dengan hal yang tidak menyenangkan, Subanglarang." Ucap si pria tua itu "ohh atau bisa kupanggil Mindarwati" lanjutnya dengan sedikit senyuman.

"siapa kau!? Mau apa kau denganku!??" dengan nada keras Mindarwati membentaknya.

"oiya aku lupa memperkenalkan diri, kenalkan namaku Mario pemimpin organisasi pembunuh bayaran. Sama sepertimu" dengan kedipan mata Mario melanjutkan. "dan ini.... ini adalah tempat perkumpulan kami bersarang. Namanya Gudang KP13"

Nusan Tara ( Book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang