"sebelumnya belajarlah bagaimana cara menggunakan nya bodoh!" sepertinya bandit - bandit itu memang hanyalah orang desa dan tak'mengerti apa - apa tentang senjata api. Ya sepertinya itulah yang ada di pikiran Mindarwati setelah 'aksi'nya yang baru saja selesai beberapa menit lalu.
"sepertinya ku ikatkan saja mereka berdua" pikirnya sembari mendekati dua korban yang tumbang akibat ulahnya. Dengan cekatan Mindarwati mengikatkan mereka berdua di tiang sama seperti yang mereka lakukan kepada Mindarwati. Hanya saja ikatan nya sedikit berbeda dari yang sebelumnya, karena ia juga mengikat kaki mereka berdua sehingga mobilitas kaki mereka tidak sebebas Mindarwati saat berada di posisi mereka sebelumnya.
Sebenarnya saat itu Mindarwati bisa saja dengan melumpuhkan bandit - bandit itu tanpa bantuan dari Alex untuk membukakan ikatannya. Tetapi ia hanya ingin menyadarkan Alex agar tidak terlalu jauh tenggelam dalam jurang orang - orang gagal. Ya seperti mereka.
"uhhh kenapa di sini gelap?" ucap si Pemimpin dengan nada suara seperti orang yang sedang 'fly'. Karena gelap maka dari itu ia tidak bisa melihat sesuatu di depannya. Hanya terlihat gumpalan berwarna oranye dan ada warna biru di tengah - tengahnya.
'PLETEK! PLETEK!' "sepertinya itu bunyi api unggun" pikirnya sejenak sembari menfokuskan pandangan nya kembali akibat suasana gelap di gua ini.
"ohh sudah bangun kau rupanya." Ucap seseorang yang datang sembari membawa obor. Semakin ia mendekat, semakin jelas wajah orang itu. Ya orang itu adalah Mindarwati.
"hei lepaskan aku mace!" mohon si Pemimpin sembari menggerak - gerakkan ikatannya itu.
"tenanglah sebentar....... oiya aku lupa menanyakan nama mu" jawab Mindarwati yang sepertinya sedikit sibuk dengan api unggun di dekat mereka berdua itu.
"Gerrard, namaku Gerrard" ucap Gerrard.
"hmm sepertinya aku pernah mendengarnya....... di mana itu ya????" pikirnya sembari mengerutkan kening dan menempelkan tangan kanannya menopang dagu. "ahh tidak penting!" lanjutnya sehingga melupakan apa yang ia sedang pikirkan tentang Gerrard itu.
"baik sudah bisa" 'BRURRRRR' ternyata Mindarwati sedang menyiapkan satu obor lagi yang tampakknya akan ia gunakan untuk menjadi penerangan di gua tersebut.
"sepertinya di sini dan di sini" gumamnya sendiri sembari membawa beberapa obor dan menempatkannya di sekeliling gua tersebut.
"huftt akhirnya selesai, sekarang semuanya terang" ucap Mindarwati sembari mendudukan badannya yang terlihat lelah.
"oiya apakah kalian memiliki air?" tanya Mindarwati kepada Gerrard yang sedari tadi hanya diam melihat Mindarwati bekerja.
"......"
"baiklah, akan kucek sendiri" balas Mindarwati akibat pertanyaannya yang diabaikan oleh Gerrard.
"hmm sepertinya di sini! Eh bukan. Apakah di sini" dengan semangat Mindarwati memindahkan barang - barang bandit - bandit itu satu persatu berharap mereka membawa air.
Setelah beberapa pengecekan, "ahh! Ketemu!" ucap Mindarwati lega karena menemukan sebotol air yang terlihat penuh karena dari beratnya menandakan perbedaan dengan botol kosong pada umumnya.
"wahh aku sudah lama tidak minum, sial kenapa juga aku harus dehidrasi di daerah seperti ini!?" ucapnya kepada diri sendiri.
"heii apakah kau dari kota?" akhirnya Gerrard membuka mulutnya.
"memangnya kenapa?" balas Mindarwati dengan nada datar.
"tidak" ucapnya lagi.
"......."
'GLEKK! GLEKK! GLEKK!' "ahhh!" itulah yang terucap dari mulut seseorang yang sedang dehidrasi dan berhasil menemukan air. 'BYURRRR!' karena Mindarwati menyisakan air yang ada di botol untuk ia pakai membasahi wajah dan tangannya bekas pertarungan tadi yang menyebabkan darah mengering di tanganya.
"ada apa dengan perempuan ini!? Pertama, ia berada di tengah gurun pasir sendiri dan jika kulihat ia hanya membawa mantel yang menandakan bahwa dia bukan warga lokal. Baik yang kedua, ia berlagak bodoh sebelumnya dan ikatannya pun dilepas, sangat baik sekali tipu muslihatnya. Dan yang terakhir, ia dengan mudah menghabisi tiga pria sekaligus bahkan ia membunuh mereka semua. Dan apabila ku perhatikan, sepertinya ia adalah korps khusus yang sudah sangat terlatih" pikir Gerrard dalam hati mempertegas keadaan.
"hei Gerrard, ada yang ingin kutanyakan padamu!" ucap Mindarwati yang mengakibatkan pikirannya kacau kembali.
"apa!?" dengan sombong ia menjawab.
"apa benar daerah di sini sedang dilanda paceklik?" tanya Mindarwati sembari mendekati Gerrard.
"ya benar" jawabnya kembali dengan kesan sombong.
"kenapa?" tanya Mindarwati kembali.
"sudah tiga bulan Purajaya dilanda paceklik. Yang asalnya petani memanen dengan banyak, sekarang sudah tidak. Tumbuhan pada layu - layu semua. Sumber penghasilan sebagian besar di sini terhambat. Aku pun tak' tau kenapa" jelasnya sembari memasang ekspresi sedih bin galau.
"apa kalian tidak mencari tahu penyebabnya?" tanya Mindarwati kembali yang sekarang posisinya terlihat duduk menyilangkan kakinya seperti sedang mendengarkan dongeng sebelum tidur.
"sudah, tetapi dugaan kami semua ini berasal dari sumber mata air di daerah Safa Marwah. Tapi kami takut untuk ke sana karena banyak sekali bahayanya." Jelas Gerrard kembali dengan ekspresi yang masih sama.
"hmmm" terlihat Mindarwati terdiam sesaat seperti memikirkan sesuatu.
"memangnya di mana letak Safa Marwah?" tanya Mindarwati.
"kau jalan saja ke arah selatan, sekitar delapan puluh mil lagi"
"okee, apa ada yang ingin kau sampaikan lagi?" ucap Mindarwati sambil berdiri dan membersihkan debu yang ada di celananya.
"Heii lepaskan aku oke?? Aku akan-" 'DARRRR'
"hufttt, terima kasih atas kerja samanya Gerrard" ucap Mindarwati sambil menyarungkan kembali pistolnya di pinggang belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nusan Tara ( Book 1)
Action[R-BO] World has been divided into three parts of continent which is South Continent, Uni-North Continent, and Central Continent. In Central Continent has known a three big super power nations that is Naga Emas, Elang Hitam, and Teratai Putih. Elang...