Chapter 7 | Investigasi (Bag.1)

7 0 0
                                    

                  "Selamat datang tuan" Ucap ninda yang sedang memakai 'clemek' berwarna merah muda dan terlihat sedang menuangkan makanan di ruang tengah. "hmm makan apa kita malam ini?" jawab Winardi sambil mengendus makanan yang sepertinya baru saja diangkat dari kompor dan masih terlihat hangat. "sepertinya daging semur tuan" jawab Ninda lagi. "baiklah aku mandi dulu yaa, jangan tinggalkan aku." Ucap Winardi sambil pergi menuju kamar mandi di kediamannya. Denah kediaman Winardi cukup sederhana. Dimulai dari pintu masuk yang terbuat dari kayu sederhana dan langsung disambut oleh ruang tamu sederhana, di situ terletak meja tamu pendek berbentuk persegi panjang yang kira - kira tingginya sekitar tiga puluh sampai empat puluh 'centimeter'. Desain 'interior'nya pun cukup sederhana, hanya ada vas bunga sintesis di tengah - tengah meja tamu dan kursi tamu yang terlihat tidak begitu mahal. Sedangkan untuk hiasan dinding, di sana hanya ada lukisan ibu kota Naga Emas. Ruang Tamunya hanya berukuran dua kali empat 'meter' persegi. Setelah Ruang Tamu, terdapat Ruang Tengah atau Ruang Makan yang hanya disekat oleh sebuah tembok antara Ruang Tamu dan Ruang Tengah. Di Ruang Tengahnya pun hanya terdapat meja makan berbentuk lingkaran dan terdapat lima buah kursi yang biasa mereka gunakan untuk makan malam.

"oiya tuan, air hangat sudah saya siapkan, silahkan." Ucap Ninda yang secara spontan karena Winardi yang langsung masuk ke Kamar Mandi tanpa sepatah kata pun. "oke terima kasih."

Selesai mandi, Winardi pun yang terlihat sudah berpakaian rapih tetapi santai karena di dalam rumah pun keluar dari Kamarnya dan langsung menuju Ruang Tengah.

"wahh wangi sekali, nafsu makanku langsung bangkit. Ayo Ninda kita makan. Sekalian ajak Dinda." Ucap Winardi yang langsung mengambil kursi. "Dindaaa! Cepat turun! Tuan Winardi sudah siap makan malam!"­
"iyaa" terdengar suara Dinda dari teras belakang yang sepertinya sedang mengangkat jemuran. 'tak lama kemudian Dinda pun datang dan langsung duduk bergabung dengan mereka berdua. "selamat datang tuan, maaf saya telat mengucapkannya" ucap Dinda membuka pembicaraan. "ahh tidak apa - apa, ayoo kita makan sekarang" Jawab Winardi yang langsung mengambil piring serta makanan yang ada di Meja Makan. Begitu pula dengan Dinda dan Ninda yang menyusul Winardi dalam pengambilan makanan.

"sebelum kita makan mari kita berdoa, berdoa mulai!..... Berdoa cukup! Selamat makan!" pimpin Winardi yang seperti biasa sebelum makan. Mereka pun makan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. "oiya, bagaimana tadi? Apa ada yang mencari aku?" ucap Winardi memecah suasana keheningan dalam makan malam malam ini. "sepertinya tidak tuan, tetapi hanya ada seorang pria yang memeberikan anda surat, tetapi saat kutanya tentang dia, dia langsung pergi. Suratnya saya taruh di meja kerja anda tuan." jawab Dinda. "baiklah akan aku baca setelah makan" jawab Winardi

Setelah makan Winardi pun langsung meninggalkan Ruang Tengah dan menuju Ruang Kerjanya. 'CEKLEKK' "hmm gelap juga kalau malam hari disini" gumamnya. 'TLEKK' cahaya lampu pun langsung menerangi seisi ruangannya. Ruangannya penuh diisi oleh rak - rak buku yang tersusun rapih dan dikemas oleh kaca. Ruangannya berbentuk persegi panjang dengan jendela berukuran besar terpampang di ujung ruangan. Meja kerja dengan tinggi sekitar satu 'meter' dan panjang dua meter itu terlihat memenuhi ujung ruangan. "ahh disana rupanya" ucap Winardi yang langsung menuju meja kerjanya kemudian dilanjutkan dengan duduk santai sambil membuka isi surat yang terbungkus rapih oleh amplop warna putih yang di ujung bawah surat tersebut nama pengirimnya, 'SB.Cpt' tulisannya. Winardi pun langsung tersenyum dan membuka surat tersebut. 'Assalam, aku sudah menyelidiki beberapa bukti tentang proyek Ahmad. Sepertinya kau pun juga harus melakukan investigasi segera, karena dari beberapa orang di kota, aku mendengar bahwa kawasan tersebut sedang ditutup karena katanya ada proyek pembangunan dari pemerintah sehingga jalur perdagangan ke Elang Hitam terhambat. Salam SB'

Setelah membaca surat tersebut Winardi langsung meraih telepon dan terlihat ia menelpon nomor 'Assisten' pribadi Jenderal Sakyawirya. 'TUTTT, nomor yang anda tuju sedang sibuk silahkan tinggalkan pesan' "eeee.... maaf mengganggumu malam - malam, tetapi aku ingin bertemu dengan Jenderal besok pagi pukul delapan. Terima kasih Jenderal Winardi." 'TUT.. TUT.. TUT..'.

Nusan Tara ( Book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang