Chapter 8 | Investigasi (Bag.2)

7 0 0
                                    

"tuan.... sudah jam setengah delapan.... tuan...... sud...... jam.........." begitu pulasnya Winardi tertidur sehingga bunyi alarm pun dianggap seperti alunan musik 'mozart' dalam mimpinya. "tuann cepat bangun!!" begitu dari tadi Dinda membangunkan majikan sekaligus sahabatnya karena Winardi tidak ingin terlalu membangun hubungan pelayan-majikan dengan 'maid - maid'nya di rumah.

'BYUURRRR!' dengan cepat Winardi langsung terbangun karena segayung air yang dihamburkan tepat di wajahnya membuat Winardi terkejut seakan malaikat maut datang menjemput. "APAA!? ADA APA!???" terlihat Winardi setengah sadar dari tidurnya bertanya aneh. "tuan, lihat sekarang sudah jam berapa? Kan anda ingin ada pertemuan dengan Jenderal Sakya sekarang? Bagaimana kalau sampai telat?" bentak Dinda yang sudah rapih karena ia terbiasa bangun pagi untuk melakukan pekerjaan rumah.

"baik - baik, tapi kalau bisa lain kali jangan kau siram wajahku yang sedang tidur, saat aku tidur aku bermimpi kau menjadi permaisuri ku dan juga Ninda tapi seketika datang banjir besar yang menghanyutkan kita" gombal Winardi yang sambil membenarkan posisi duduknya. "aduh tuan ini ada - ada saja, cepat mandi! Saya sudah siapkan airnya" ucap Dinda sambil menggelengkan kepala tetapi di dalam hatinya tersipu karena gombalan seorang Jenderal bintang satu itu. Langsung Winardi dengan cekatan mengambil handuk dan mandi. Hanya butuh waktu lima menit saja ia mandi dan sudah langsung berpakaian rapih. Kali ini ia mengenakan pakaian dinasnya yang berbentuk seperti 'tuxedo' yang berwarna hijau tua. Di bahu kanan dan kirinya terdapat seperti 'pin' yang sudah menyatu dengan pakaiannya oleh benang jahit, 'pin' tersebut berbentuk bintang berwarna emas 'metalic'. Di dada kanannya terdapat 'name tag' berwarna hitam dengan tulisannya berwarna putih ke abu-abuan dengan tulisan 'WINARDI PRATIGNYO' dan dibawah tulisan tersebut terdapat tulisan "JEND.KULKULAN HRIDAYA ANAGA". Di dada sebelah kiri terdapat semacam 'Dragon's Medal' yang menandakan bahwa kesatuan yang ia pimpin itu adalah kesatuan angkatan darat Naga Emas. "baik sudah rapih yah" gumamnya sendiri sambil bercermin merapikan rambutnya. Ia pun langsung mengambil katananya yang berwarna merah darah di sarungnya dan ia pasang di kedua pinggangnya. "Dinda, Ninda aku berangkat dulu" ucapnya sambil berjalan keluar. "hati-hati di jalan tuan" balas mereka berdua.

Winardi kali ini keluar dengan pengawalan, tetapi pengawal hanya berjumlah dua orang karena ia tidak suka dengan penjagaan yang ketat karena ia merasa terlalu 'formal' jika banyak sekali pengawalan dan masyarakat akan memiliki paradigma apabila terlalu banyak pengawalan berarti musuhnya pun banyak.

Sesampainya di kediaman Jenderal Sakyawirya, Winardi pun langsung turun dan melihat jam di tangan kirinya. Terlihat jam delapan kurang sepuluh menit. "ahh masih sempat" gumamnya lagi sambil tersenyum dan terlihat berjalan menuju pintu utama kediaman tersebut.

"silahkan isi buku tamu dahulu pak..... Winardi" ucap salah satu 'resepsionist' yang terlihat sambil memperhatikan 'name tag' Winardi meskipun hanya sesaat untuk mengetahui namanya. "silahkan tunggu di sana pak, nanti akan saya panggil" ucap 'resepsionist' tersebut. Setelah menunggu beberapa menit, Winardi pun dipersilahkan masuk ke ruangan pribadi sang Jenderal. "ketat sekali peraturan di sini" gumamnya dalam hati. 'TOK TOK' "silahkan masuk".

"Ahh Winardi, silahkan duduk."

"Terima kasih Jenderal."

"ahh 'tak perlu sungkan, jadi ada apa kau ingin mengadakan pertemuan denganku?"

"begini Jenderal, kau 'kan dulu salah satu Komandan yang memimpin peperangan di Pegunungan Wijaya dua tahun lalu"

"Ahh ya, aku dan Jenderal Puragabaya yang memimpin penyerangan tersebut. Memangnya ada apa?"

"aku hanya sedikit tertarik dengan cerita mu Jenderal"

"......" (diam dan menyipitkan kedua matanya)

"ahh maafkan aku Jenderal, aku tau itu adalah hal pribadi yang tidak sepatutnya diungkit."

"tidak apa-apa Winardi, baik akan aku ceritakan"

"silahkan"

"pada saat itu pukul dua pagi aku mendapat panggilan dari Prabu Siliwangi yang menyuruhku pergi ke Istana sekarang juga. Ternyata terdapat laporan bahwa pasukan Elang Hitam terlihat bergerak ke arah selatan Naga Emas yaitu pengunungan Wijaya. Prabu akhirnya memerintahkan kami untuk membawa lima ribu pasukan dan berkemah di hutan Ericaceious. Akhirnya kami, aku dan Jenderal Puragabaya berangkat dengan membawa lima ribu pasukan. Tetapi saat kami memasuki hutan tersebut, kami sudah di sambut oleh berondongan senapan mesin milik Elang Hitam. Akhirnya kami pun berpencar dan salah satu dari kami berusaha untuk mengkontak pusat tetapi jawabannya adalah tetap lanjutkan misi. Akhirnya aku dan Jenderal Puragabaya memutar otak dan kami mengambil keputusan untuk melakukan serangan gerilya. Peperangan tersebut hanya berlangsung dua hari dan akhirnya kami dapat memukul mundur seratus pasukan Elang Hitam."

"ohh begitu, baiklah terima kasih Jenderal" Ucap Winardi sambil bersalaman dengan Jenderal Sakya.

"memangnya kenapa kau tertarik dengan cerita itu?"

"aku hanya ingin menambahkan senyawa-senyawa nasionalis di dalam tubuhku Jenderal" Ucap Winardi sambil tersenyum dan begegas keluar.

"hmm sepertinya sedikit demi sedikit kasus ini mulai terlihat" gumamnya kembali sambil berjalan dan pergi entah ke suatu tempat yang hanya Winardi yang tahu.

Nusan Tara ( Book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang