"hei bagaimana?" Sahut Mindarwati yang baru saja tiba dari pertempurannya dengan pengawal - pengawal Alexis. "sepertinya kita harus pergi ke wilayah Elang Hitam, ia pasti kesana untuk meminta bantuan jenderal Ahmad."
Lengkingan suara kuda Slamet menjadi pertanda untuk Sayap Kebebasan berangkat ke tempat yang Slamet sebutkan tadi. Wilayah Kelompok Alexis dengan Kediaman Jenderal Ahmad cukup dekat karena tempat itu berada di perbatasan wilayah Naga Emas dengan Elang Hitam. Jenderal Ahmad terkenal akan kelicikannya di medan perang, pernah ia membuat kebingungan satu kompi pasukan Naga Emas di wilayah pegunungan Wijaya, yaitu bagian selatan Elang Hitam. Jenderal Ahmad pun terkenal oleh strategi gerilya nya, terutama di wilayah pegunungan.
"Slamet apa kau yakin? Penjagaan Ahmad sangat ketat! Sama saja bunuh diri kita kesana" Tanya salah satu anggota Sayap Kebebasan.
" Tenang, aku punya sedikit rencana" Ucapan Slamet itu bisa cukup meyakinkan anggota yang lain."STOP!!" Slamet berhenti tiba - tiba di tengah perjalanan menuju kediaman Jenderal Ahmad. "ada apa? Kenapa tiba - tiba kau berhenti?" Jawab Iwan sembari mengontrol kudanya yang tiba - tiba berhenti.
"Lihat! Disana ada penjaga dari Elang Hitam, inilah batas wilayah mereka dengan Naga Emas, dengar aku ingin menyusun rencana dulu, kalian bisa menunggu sebentar kan?" Senyuman itu sangat dalam maknanya. Licik dan memberi harapan kepada anggota yang lain, itulah ciri khasnya dari dulu.Setelah lima belas menit ia terdiam, akhirnya ia angkat bicara. "oke begini rencana nya." Slamet pun menjelaskan kepada anggota Sayap Kebebasan yang lain. "apa semua mengerti?"
"oke aku mengerti"
Semua nya pun berangkat menuju koordinat yang telah ditentukan, dan semuanya pun dimulai.
"oke lumpuhkan" Terdengar suara Slamet dari transmisi radio. 'DEPP! DEPP' peluru melesat dari kejauhan yang tampaknya seperti senjata Mindarwati yang terkenal akan julukannya yaitu 'Elang Gurun'. Dua penjaga pun dilumpuhkannya dengan mudah. "Oke sekarang yang diatas" Masih di transimisi radio perintah Slamet terdengar. 'DEPP! DEPP!' dan sekali lagi dua penjaga yang ada di tower pun dilumpuhkan dengan mudahnya.
"baik, Hatta, Iwan! Kita maju sekarang" Lengkingan kuda - kuda mereka terdengar jelas dan melaju kencang menuju pintu depan Kediaman Jenderal Ahmad. Sesampainya disana, mereka meninggalkan kuda - kuda mereka dan masuk dengan cara mengendap - endap, itu memang rencana awal Slamet untuk menimalisir suara dan baku tembak. "baik kita langsung menuju gedung utama, sepertinya ia ada di ruangan jenderal" Ucap Slamet sembari menunjuk ke gedung utama yang terlihat dari celah gerbang yang tingginya tiga meter itu. Dengan penuh hati - hati mereka bertiga mengendap - endap sembari memasang perhatian kepada penjaga yang ada disana. Saat penjagaan lengah mereka dengan lihainya masuk ke gedung utama. Denah kediaman Jenderal Ahmad tidak begitu 'ramai' dengan bangunan - bangunan hanya terdapat dua bangunan yaitu gedung utama yang biasa Jenderal Ahmad gunakan untuk mengadakan pertemuan atau sesuatu hal yang berhubungan dengan pekerjaannya. Dan yang satu lagi adalah rumah pribadinya.
"Lumpuhkan!" terdengar perintah Slamet kepada mereka berdua dari transmisi radio. 'SRETT' gesekan besi tajam dengan leher penjaga itu sangat rapih.
"sial! Slamet kau lebih baik agak cepat, karena penjaga yang lain sudah menumukan mayat penjaga yang lain" Tranmisi Mindarwati seperti membawa mimpi buruk bagi mereka bertiga.
"Slamet cepat temukan ruangannya!" jawab Iwan dan Hatta yang sudah mencari - cari ruangan yang ada di gedung tersebut.
'DARRR' berondongan senjata mesin tiba - tiba menyambut mereka dari arah belakang. "SIAL! Iwan, Hatta apa kalian bisa mengurus mereka?". "baik, ayo kita sedikit bermain" jawab Hatta dengan ekspresi bahagia. Mereka berdua pun langsung mendekati pasukan tadi, dengan cepat Hatta mencabut katananya dan menebas beberapa pasukan yang ada di baris depan, 'SRETTT! TENG! SRETTT' gesekan pedang di pertempuran mereka sangat terdengar. Tak kalah, Iwan juga langsung menerobos jantung pertahanan pasukan tersebut dengan gerakan - gerakan yang lihai, caranya menghindari dan menangkis peluru dengan katananya sangat terlatih. 'JLEBB!' tusukan pedang Iwan tertancap di salah satu penjaga. Penjaga yang lain langsung berubah ekspresi menjadi ketakutan karena kelihaian mereka berdua dalam menguasai jalannya pertempuran.
"SIAL! Di mana mereka!?" ucap Slamet dalam hati sambil mencari pintu - pintu yang ada di lorong terakhir yang terdapat di gedung tersebut. Perhatiannya tertuju pada pintu besar di ujung lorong tersebut. Dengan cepat ia mendobrak pintu tersebut dan ternyata di dalam ruangan tersebut sudah ada lima penjaga dengan persenjataan lengkap melindungi Alexis dan Jenderal Ahmad. Suara tepuk tangan terdengar dari balik barisan penjaga tersebut. "Hebat sekali! Kau bisa menembus penjagaan ku ini, Kapten Slamet" Pujian dari Jenderal Ahmad itu membuat Slamet geram. "apa kau takut Ahmad? Sampai - sampai melindungi dirimu dibalik layar ini." Balas Slamet dengan sedikit senyuman hinaan. "mati kau Slamet! Kau tidak-" 'JLEBBB!' dengan sekejap mata Slamet langsung berada di depan penjaga yang paling tengah dengan pedangnya yang tertancap di Ulu Hatinya. Darah segar terpancar dari punggung penjaga tersebut dan mengotori wajah Jenderal Ahmad yang putih dan jenggotnya yang sedikit lebat. "SIAL!-" 'SRETTT' dengan cepat pula ia menebas leher penjaga yang ada di sebelah kanan. 'DORRR!' tembakan penjaga lain kepada Slamet langsung ditangkis sekaligus menjadi serangan kepada penjaga tersebut. 'SRETTTT!!' darah dimana - mana memenuhi ruangan tersebut. 'CEKK' baru saja menodongkan senjatanya kepada Slamet, ia pun langsung menunduk dan meng'uppercut' penjaga yang menodongkan senjata. ia pun mencabut pistol yang ada di paha sebelah kanannya dan menembak penjaga yang terakhir 'SETT!' 'DORR!. "apa Cuma segini permainan mu?" Sindir Slamet kepada Jenderal Ahmad. "tenang jenderal, aku tidak akan membunuhmu. Karena aku tau aku tidak ingin menciptakan peperangan dengan negaramu. Aku hanya memiliki urusan dengan temanmu itu" Ucap Slamet sambil menodongkan senjata kepada mereka berdua.
Slamet, Iwan, Hatta pun keluar dari gedung utama sembari menyandera Jenderal Ahmad dan Alexis. Saat mereka keluar, mereka sudah disambut oleh puluhan penjaga yang siap memberondong mereka dengan senjata mesin otomatis laras panjang. "kau harus bantu kami keluar dari sini!" bisik Slamet. "TURUNKAN SENJATA KALIAN!" perintah Jenderal. Mereka pun berjalan perlahan menuju pintu gerbang yang disana sudah ada Mindarwati dan kawan - kawan menunggu mereka. Slamet, Iwan, Hatta pun menaiki kuda masing - masing sembari membawa Alexis dan membiarkan Jenderal Ahmad hidup.
Sesampainya di kediaman Sayap Kebebasan, Slamet langsung mendudukan Alexis di kursi dengan ikatan yang kencang. "Sekarang katakan!, kenapa Pedang Kebenaran memburu kepalamu!" Ucap Slamet membuka pembicaraan.
"Huftttt. Karena aku-".
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Nusan Tara ( Book 1)
Action[R-BO] World has been divided into three parts of continent which is South Continent, Uni-North Continent, and Central Continent. In Central Continent has known a three big super power nations that is Naga Emas, Elang Hitam, and Teratai Putih. Elang...