Chapter 6 | Kehidupan Pajajaran (Bag.2)

7 0 0
                                    

Winardi pun berangkat jalan kaki, ia memang tidak berniat menggunakan kuda, agar lebih nyaman jalan-jalannya menurutnya.

Sesampainya di pertangahan Kota Pajajaran, ia langsung menjajahi satu persatu toko yang ada di situ. Mulai dari toko souvenir sampai toko ramal sekalipun tak' lepas dari pandangannya.

"hufttt... tidak ada yang menarik di kota hari ini" gumamnya dalam hati yang menandakan sedikit kekecewaan. Saat sedang bergumam sendiri, tiba-tiba pandanganya menangkap sesuatu di ekor matanya. Sesuatu tersebut adalah tempat penginapan seperti hotel tetapi bangungnan tersebut hanya memiliki tiga lantai tingkat. Ia pun langsung menghampiri toko tersebut.

Sesampainya disana, ia langsung melihat-lihat sekitar toko tersebut. Ternyata itu adalah 'Hotel Cinta'. 'Hotel Cinta' adalah salah satu tempat prostitusi yang terdapat di Kota Pajajaran. Kota Pajajaran adalah salah satu kota metropolitan, maka dari itu wajar saja tempat seperti itu ada di sana. Dalam pikirannya muncul hal yang aneh-aneh saat ada di depan tempat itu. Apakah aku masuk atau tidak. Dilema itu terus menghantui Winardi sampai beberapa menit ia memutuskan untuk masuk.

'Cleenggg' bunyi pintu itu karena diatas pintunya dipasangkan bel kecil. "Selamat datang tuann" sambut salah satu pelayan di sana yang mengenakan celana 'hot pants' dan penutup payudara yang terlihat unik.

Ia pun langsung menyelidiki isi tempat tersebut. Yang ia temui hanyalah toko tersebut mungkin belum mulai melakukan aktifitas rutinannya. Langsung saja ia menuju ke meja bar yang terletak di sebelah kanan tempat itu. Winardi langsung dijamu oleh seorang pelayan atau bisa saja disebut 'bartender' yang mengenakan pakaian 'butler' dan rambu yang tersisir 'slide back' dengan rapih. "mau minum apa tuan?" tanya 'bartender' tersebut. "Remy Martin satu" jawab Winardi sambil mengeluarkan sebatang rokok dari dalam saku kemejanya. Tak' lama kemudian pesananya pun datang, ia disuguhkan segelas sloki oleh bartender nya. Dengan cepat Winardi menenggak minuman itu hanya dengan satu tegukan "ahhh mantap" ucapnya. Lalu winardi menyalakan rokoknya yang tadi ia keluarkan. 'Ceklek' "huft, ahh.." asap nya pun memenuhi ruangan bar itu.

"heii, sepertinya aku mengenalmu" ucap 'bartender' tersebut sambil mengelap gelas sloki yang Winardi pakai. "memangnya kita pernah bertemu?" tanya Winardi dengan heran. "kau kan salah satu jenderal dari kelima jantung naga di militer negara ini bukan?" jawab 'bartender' tersebut

"bagaimana kau bisa tahu?"

"aku sedikit familiar dengan wajahmu, kau sulit dikenali jika tidak membawa pedang dan memakai baju perangmu"

"aku ingin meminta tolong padamu, apakah kau bisa menutup mulutmu agar semua orang di sini tidak mengetahui identitas ku"

"baiklah, lagi pula aku pun mantan militer Naga Emas"

"ohiya? Berarti kau ini veteran perang dulunya"

"ya begitulah"

"di mana kesatuan mu pak?"

"ahhh tidak usah memanggilku 'pak', Jenderal"

"baik baik"

"aku sempat di tempatkan di kesatuan 'Stoor'"

"berarti kau yang ditempatkan di garis depan?"

"ya begitulah, tetapi aku berhenti setelah peperangan di pengunungan Wijaya dengan pasukan Elang Hitam."

"....." Winardi pun terdiam sesaat memikirkan sesuatu yang diucapkan Slamet kemarin malam tentang Proyek Jenderal Ahmad.

"akupun 'tak tahu mengapa negara kita memilih untuk berperang di wilayah sedingin itu, tetapi aku berhenti karena aku sudah terlalu tua untuk itu"

Winardi pun langsung berdiri dan memberikan 'tips' untuk 'bartender' tersebut dan dengan sedikit senyuman ia pun langsung keluar dari tempat tersebut.
"apakah ini semua ada hubungannya?" gumamnya yang sesaat berdiri terdiam di depan tempat tersebut yang diketahui bernama 'Gogo Club'

Malam pun mulai datang dan Winardi segera bergegas kembali ke rumah karena ia tidak ingin tertinggal makan malam bersama yang lainnya.

Nusan Tara ( Book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang