Chapter 22 | Kebenaran

1 0 0
                                    

Kedatangan Mindarwati disambut hangat oleh Slamet dan Winardi yang terlihat sedang mengobrol di teras depan. Garis - garis wajah lelah Mindarwati seketika terhapuskan oleh pulangnya dirinya setelah melakukan perjalanan selama beberapa hari ke belakang. "hei Mindar apa kau baik - baik saja?" sambut Slamet. "ahh yaa aku baik - baik saja, ini aku membawakan cindera mata untukmu" jawab Mindarwati. "hei lupakan dulu soal itu, leher dan pipi mengalami pendarahan apa kau baik - baik saja?" balas Slamet yang terlihat khawatir setelah melihat keadaan Mindarwati. "tidak apa - apa Slamet, ini hanya luka ringan" jawab Mindarwati dengan nada santai. "tapi kau membutuhkan pengobatan segera" balas Slamet lagi yang menarik Mindarwati untuk masuk ke dalam dan mendapatkan pengobatan.

"ini aku akan mengoleskan obatnya dan mengganti perbanmu" ucap Slamet sembari mencelupkan kapas ke sebuah mangkuk yang berisikan air berwarna kecoklatan yang tampak seperti kuah bakso jika ditambahkan saus sambal dan kecap. 'aduhh' "maaf aku akan sedikit pelan" jawab Slamet setelah mendapatkan rintihan dari Mindarwati setelah ia mengoleskan kapas yang sudah tercampur dengan cairan obat itu. "oiya, btw bagaimana kalian bisa mengetahui keberadaan ku?" ucap Mindarwati memulai topik obrolan. "kau ingat dengan kartu pengenal yang kuberikan padamu?" jawab Slamet sembari mengoleskan sedikit demi sedikit kapas itu ke luka bakar Mindarwati yang ada di pipinya. "iya aku ingat"
"iya, di kartu itu terdapat semacam sinyal GPS sehingga aku tahu letak kau berada."
"tetapi kau kan tidak menyadari bahwa aku sedang disiksa di sana?" tanya Mindarwati sedikit heran. "dari awal aku sudah mencurigai pergerakan kelompok itu, dimulai dari keberadaan mereka saat kita menyergap Alexis dan yang semakin menguatkannya lagi adalah ucapan Alexis yang membuatku semakin yakin bahwa ada yang tidak beres dengan kasus yang kita tangani ini" penjelasan Slamet membuat Mindarwati mengerti maksud dan tujuan Slamet mengirimkan Mindarwati ke gurun tersebut dan maksud ucapannya kepada Winardi malam itu yang menyebutkan bahwa ia akan segera memulai pergerakan.

"yapp sudah selesai sekarang kau tidak akan terinfeksi lagi" ucap Slamet membuyarkan pikiran Mindarwati yang sedang memikirkan apa maksud penjelasan Slamet tadi. "oiya Mindar apa kau bisa menceritakan siksaan apa yang kau terima?"

"ahh itu siksaan yang standar" jawab Mindarwati dengan gestur meremehkan.

"baiklah yang penting kau tidak apa - apa" ucap Slamet dengan sedikit senyuman lega. "okeyy sekarang ayoo kita bedah apa yang kau bawa untukku setelah perjalananmu" lanjut Slamet .

Langsung Mindarwati pergi ke kamarnya dan beberapa saat kemudian kembali dengan membawa map berwarna hijau. "ini Slamet di dalamnya terdapat rahasia - rahasia tentang penambangan yang ada di Purajaya" ucap Mindarwati sembari memperlihatkan beberapa dokumen yang sebelumnya sempat ia pelajari saat menunggu kereta waktu itu.

"coba lihat ini Slamet, berdasarkan dokumen - dokumen ini bahwa penambangan itu bukan hanya ada di satu tempat tetapi terdapat empat titik penambangan lagi di daerah itu"

"tetapi mengapa mereka memiliki lokasi penambangan yang begitu banyak terlebih yang mereka tambang ada daerah yang sedikit kandungan gas buminya"

"entahlah aku tidak tahu"

Slamet pun akhirnya membuka satu per satu, lembar per lembar, halaman per halaman demi mempelajari tentang proyek itu. Dan setelah menghabiskan waktu yang lama timbul lagi pertanyaan di pikirannya. Yang pertama apa yang sebenarnya mereka incar, kedua apa benefit untuk perusahaan itu, dan yang terakhir adalah mengapa Pedang Kebenaran ikut peran dalam proyek tersebut.

'apa jawabannya untuk pertanyaan ku ini' "Mindar, menurutmu mengapa mereka mengincar wilayah yang tidak menguntungkan bagi mereka?" tanya Slamet kepada Mindarwati yang terlihat sedang menikmati sebatang rokok di ruang tamu itu. "hmm entahlah Slamet mungkin kita harus mengetahui dahulu tentang sejarah Kota Purabaya" jawab Mindarwati.

"sepertinya kita harus ke perpustakaan kota-" "untuk apa? Kalian lupa akan kehadiranku?" jawab seseorang dari luar memotong pembicaraan mereka berdua "aku akan membantu kalian" ucap Winardi.

Nusan Tara ( Book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang