Terik matahari sangat menyengat di kulit, seakan inilah neraka dunia. Persediaan air yang dibawa Mindarwati sangat minim karena kasus pencurian saat di Pajajaran tadi pagi. Meskipun terlihat sudah sore tetapi matahari tampak belum puas unjuk gigi dengan sinar ultravioletnya yang terasa berkali - kali lipat di daerah Purajaya terutama di gurun pasirnya.
"sial! Kalau saja aku ikatkan kudanya terlebih dahulu" kesal Mindarwati sembari menyelusuri luasnya gurun pasir itu. Sepertinya ia sedang beruntung karena dari jauh mata memandang ia belum diterpa badai pasir ataupun berhadapan dengan binatang buas. Sudah dua jam berlalu ia lalui dengan berjalan di dataran pasir tersebut tapi belum sama sekali menemukan sumber air ataupun tempat berteduh.
'BLUKKKK!' tanpa sadar ia sudah kelelahan dan sudah tak' kuat lagi berjalan sehingga membuat tubuhnya dehidrasi karena minimnya asupan air.
"sial!" ucap Mindarwati sembari menidurkan tubuhnya di dataran pasir dan sembari menutup wajahnya karena sengatan terik matahari. "sepertinya aku harus istirahat dulu disini" ucapnya kembali dengan tampang kelelahan.
Setelah sepuluh menit berlalu, sepertinya tenaganya sudah sedikit terisi kembali oleh tidur koboy nya itu.
"sepertinya sekarang sudah dekat ke malam, lebih baik kucari tempat berteduh." Sembari membangunkan badannya perlahan Mindarwati melihat sekelilingnya berharap menemukan gua - gua kosong.
"Ahhhh Ketemu!"
Langsung saja ia menuju ke arah selatan yang sepertinya terdapat gua kosong di sana. Dengan cepat ia berlari melawan pasir karena sangat sulit berjalan di dataran pasir apalagi sudah terkena dehidrasi.
Setelah sampai di mulut gua. 'BLUKKK!' ia pun langsung tersungkur ke dalam gua tersebut dengan posisi terlentang dan nafasnya yang terengah - engah. Karena kelelahan ia langsung tertidur tidak mengingat apa - apa.
'hei!, bangun cantik!.......hei!' 'plok!' tamparan kecil itu cukup untuk membangunkan Mindarwati. Dengan penglihatan yang sedikit buram, ia berusaha memfokuskan pandangannya kembali.
'hahh!' setelah pandangannya fokus ia melihat terdapat lima orang laki laki di depannya. Yang satu di depannya adalah yang menamparnya tadi untuk membangunkannya. Di belakangnya si penampar ini terdapat tiga orang yang berdiri mengelilingi Mindarwati. Dan yang satu lagi berjaga di mulut gua.
"SIAPA KALIAN!??" ucap Mindarwati dengan tatapan tajamnya.
"tenanglah mace kita hanya ingin sedikit uang mu" ucap salah satu dari ketiga orang yang mengelilingi mereka. Karena di dalam sana gelap dan hanya sedikit cahaya yang menerangi maka sulit untuk melihat dengan jelas keberadaan mereka. Yang terlihat hanyalah siluet nya saja.
'EUHHHHH!' tanpa sadar ternyata Mindarwati sedang diikat dengan kedua tangannya dibelakang dan ia di dudukan di depan tiang batu di dalam gua tersebut.
"Bro periksa jaketnya barang kali ia memiliki sesuatu yang berharga." Ucap orang yang tadi dan tampaknya ia adalah pemimpin mereka.
"siap!" balas orang yang diperintahkan tadi.
Setelah memeriksa mulai dari atas hingga bawah "boss sepertinya ada sesuatu"
"apa itu?" tanyanya keheranan dan perlahan mendekat.
"ini" ia memberikan sesuatu yang ia dapat setelah memeriksa bagian belakang Mindarwati.
"hmm, ternyata kau mace yang nakal yaa" ucap si Pemimpin sambil memegang sesuatu yang tadi diberikan. Ternyata itu adalah Pistol otomatis sembilan milimeter dengan amunisi lima belas peluru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nusan Tara ( Book 1)
Action[R-BO] World has been divided into three parts of continent which is South Continent, Uni-North Continent, and Central Continent. In Central Continent has known a three big super power nations that is Naga Emas, Elang Hitam, and Teratai Putih. Elang...