'CEKLEK!' "Sial!" gumam Mindarwati sesaat setelah mengetahui bahwa aksinya ini gagal.
"HEI! SIAPA KAU!? APA YANG KAU LAKUKAN!?" teriak penjaga tersebut setelah mengetahui tindakan Mindarwati dengan bukti pak Ali dan 'bodyguard'nya terkapar di lantai ruang kerjanya.
'WUSSSSSS!' "Semua Unit! Ada penyusup! Kuulangi! Semua Unit! Ada-" 'DUKKKKK!'
"sial dia sudah memanggil komplotannya"
Saat Mindarwati akan keluar dari ruangan tersebut, terlihat delapan orang penjaga sedang menaiki tangga yang sepertinya memenuhi panggilan penjaga yang tadi.
"Sial" ucap Mindarwati. Sepertinya memang Mindarwati tidak bisa keluar dengan cara yang mulus dari penambangan itu. Dan sepertinya ruangan utama tersebut sebentar lagi akan menjadi medan pertempuran. Dan benar saja 'HEI BUKA PINTUNYA' teriak salah seorang penjaga dari luar. Tak lama kemudian ' DORR! DORR! DORRR!' rentetan senjata otomatis tak henti - hentinya memberondong pintu kayu ruangan pak Ali. Mindarwati yang tampak sedang bersembunyi tak memiliki pilihan lain selain melawan mereka semua, di sini.
Setelah beberapa detik berondongan senjata dilancarkan, akhirnya mereka berhenti. Perlahan dari luar ruangan seorang penjaga dengan hati - hati membuka pintu yang sudah dilibas oleh peluru. 'CEKLEK' "hei di mana penyusup itu?!" tanya penjaga yang membuka pintu. Terlihat mereka mengenakan seragam berwarna biru muda dan celana katun yang hitam. Jelas itu adalah aparat keamanan Elang Hitam. "coba periksa bagian dalam dahulu" balas salah seorang dari delapan penjaga tersebut. Akhirnya mereka berdelapan pun memasuki ruangan tersebut. Tampak seperti kapal pecah pasca rentetan senjata dari balik pintu tadi. Tak lama kemudian 'DARR! DARR! DARR! DARR!' dari arah belakang terdengar ledakan kecil selama empat kali dan berakibat menewaskan empat penjaga yang ada di dalam ruangan. Mengapa hanya empat? Karena yang empat lagi sudah langsung bersembunyi setelah mendengar tembakan senjata api dari arah belakang.
Mereka berempat bersembunyi di balik meja kerja pak Ali. Ternyata Mindarwati sembunyi di sudut ruangan tetapi posisi nya berada di langit - langit. 'DEPP' 'DORR! DORR! DORR! DORR!' tak henti - hentinya Mindarwati melancarkan tembakan ke arah meja pak Ali sembari mendekati meja tersebut selangkah demi selangkah. Sampai akhirnya 'CLEKKK!' amunisi pistol tersebut habis. Mengetahui hal tersebut, empat penjaga yang bersembunyi langsung keluar. Akan tetapi ternyata mereka tidak membawa senjata sama sekali. Hanya pemukul berwarna hitam saja. Mereka semua dengan wajah marah berniat menyerang Mindarwati secara bersamaan. Tetapi saat mereka baru saja mengumpulkan niat. Mindarwati langsung membalikkan badannya sehingga posisi nya sedikit berlutut membelakangi empat penjaga tadi. Mantelnya yang mengapung membuat tubuh Mindarwati tertutupi. Ternyata sesaat kemudian ia langsung membalikkan badannya lagi dan 'DRETTTTTTTTTT!!!!!!!!!' berondongan senjata otomatis laras panjang tanpa belas kasihan ia lancarkan. Darah - darah pun berceceran di lantai. Ada yang sempat muntah darah tetapi hal itu tak membuat Mindarwati berbelas kasihan akan tetapi malah semakin memberondong empat orang penjaga tersebut dengan menjadi - jadi. Sampai akhirnya empat orang itu ada yang langsung berlutut dan terkapar ke lantai. Ada juga yang sempat mundur beberapa langkah dan ada juga yang langsung terpental karena dorongan dari senjata itu membuat ia keluar jendela dan terjatuh dari lantai dua. 'PRANKK!!' saat memastikan mereka semua mati. Mindarwati langsung keluar ruangan tersebut dengan membawa pak Ali sebagai sandera. Ternyata rencana tersebut berhasil. Dengan mudahnya Mindarwati keluar dengan alternatif menjadikan pak Ali yang sedang pingsan sebagai sandera. Perlahan - lahan ia keluar dari ruangan, menuruni tangga, keluar gedung dan berjalan sampai pintu gerbang. Saat perjalanan nya dari gedung utama sampai gerbang tak luput ia ditodongkan senjata oleh para penjaga, mungkin bisa sampai ratusan jumlahnya mengingat wilayah tersebut cukup luas. Sesampainya di pintu gerbang, Mindarwati melihat seekor kuda terparkir asal di luar wilayah itu. Dengan cepat Mindarwati berteriak "TERIMA KASIH ATAS JAMUAN KALIAN SEMUA! SEMOGA KALIAN SEMUA DIBERKATI!" setelah itu ia langsung melempar pak Ali ke tanah dan menembakkan tangki bensin 'DUARRRRRR!' ledakan yang dahsyat membuat semua orang di sana berlutut tetapi tidak dengan Mindarwati, karena ia langsung melarikan diri menggunakan kuda yang terparkir tadi. Para penjaga yang berniat mengejarnya tak bisa karena pintu gerbang yang dijadikan satu -satunya akses keluar masuk runtuh akibat ledakkan yang barusan.
Saat itu sudah sore hari. Dan pikir Mindarwati tak akan sempat bila ia harus bermalam lagi di gurun. Maka dari itu ia paksakan untuk bisa mencapai stasiun kereta di kota Purajaya dan langsung mengambil perjalanan ke Stasiun Pajajaran.
Beratus- ratus mil ia lewati, Bermilyar - milyar butir pasir ia belah, berpuluh - puluh tanaman khas gurun pasir ia jumpai, dan angin malam yang menusuk ke tulang ia hadapi demi mengejar waktu agar ia bisa dengan cepat kembali ke Pajajaran. Karena sebelumnya ia sudah melewati jalur tersebut kemarin maka tak membutuhkan waktu berhari - hari menempuhnya. Ternyata hanya butuh waktu enam jam. Ya enam jam nonstop ia berkendara kuda. Ternyata kuda itu memang sudah terlatih sehingga membantu pelarian Mindarwati semakin efisien.
Akhirnya sampailah Mindarwati ke stasiun Purajaya. Di sana sunyi karena saat melihat jam, menunjukkan pukul dua belas lebih dua puluh menit. Langsung ia menuju loket dan memesan tiket ke Pajajaran. "tolong satu tiket ke Pajajaran" ternyata memang keberangkatan terakhir ke Pajajaran yaitu pukul satu dini hari. Alhasil Mindarwati pun menunggu selama empat puluh menit. Ia duduk di bangku menunggu penjemputnya datang. Dengan sabar ia menunggu sembari menghisap sebatang rokok dan mempelajari berkas - berkas hasil rampasannya tadi. Sampai di lima belas menit terakhir ia menunggu. Ia merasakan hal janggal dari stasiun tersebut. Bergegas ia langsung membereskan berkas - berkas itu dan memasukkannya ke dalam kantung dalam mantelnya.
"hmm sepertinya aku merasa ada yang sedang memperhatikan ku..." pikir Mindarwati waspada. 'DORRR!' ternyata benar dugaannya. Sebuah peluru melesat dengan kencang ke arah kursi Mindarwati, akan tetapi meleset. Sontak Mindarwati langsung rolling ke depan dan menjatuhkan diri ke rel kereta sebagai perlindungan dari tembakkan tak jelas arah itu. "sial! Ternyata mereka mengejar sampai sini!" keluh Mindarwati yang langsung menyiapkan pistolnya.
Langsung saja Mindarwati bangun dan menodongkan senjatanya ke arah yang ia rasa datang dari tembakkan tadi. Dengan tangan yang menjulur ke depan dan kepala yang sedikit mendongkak ia mencari - cari sumber tembakkan tadi. 'DRETTTT! DRETTTT! DRETTT!' tanpa basa basi rentetan senjata datang dari jarak yang kurang lebih lima belas meter dari kegelapan. Sontak Mindarwati langsung kembali berlindung ke ruang rel kereta dengan posisi sedikit jongkok menempel ke dinding. Setelah berhenti, ia langsung membalas rentetan peluru yang ia dapat tadi dengan membabi buta. Setelah berhenti dengan tembakkannya, ia langsung melihat jam. Lima menit lagi kereta nya akan datang dan ia harus bisa menahan mereka selama lima menit. "OKEEE! AKU MENYERAH!!" ucap Mindarwati menyerahkan diri dan langsung keluar dari tempat persembunyiannya dengan kedua tangan di angkat ke atas Mindarwati berjalan perlahan mencari - cari orang - orang yang menembakinya tadi. Tak lama berselang, keluarlah lima orang dari balik bayang - bayang membawa senjata laras panjang otomatis. Mereka pun berjalan perlahan mendekati Mindarwati. "LETAKKAN SENJATAMU DI TANAH" ucap salah seorang dari mereka. "baik" balas Mindarwati dengan mimik takut. 'TEKKK' saat senjatanya baru menyentuh tanah, Mindarwati langsung mengambil posisi berlutut dan dengan cepat ia menembakkan pistolnya itu 'DOR! DOR! DOR! DOR! DOR!' mulai dari yang paling kanan sampai yang terakhir ia tembak dengan tepat dan cepat. 'huftttt... menyulitkan saja' pikir Mindarwati sembari menggelengkan kepala. Tak lama kemudian kereta yang ia akan tumpangi datang. "akhirnya, selamat tinggal Purajaya" gumamnya sembari naik Kereta dan pulang ke Pajajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nusan Tara ( Book 1)
Action[R-BO] World has been divided into three parts of continent which is South Continent, Uni-North Continent, and Central Continent. In Central Continent has known a three big super power nations that is Naga Emas, Elang Hitam, and Teratai Putih. Elang...