Chapter 23 | Memulai Serangan

1 0 0
                                    

Malam yang indah menyelimuti Benua utama malam ini. Suasana di langit memang sedikit mendung tertutup awan hitam tetapi tidak menyurutkan pantulan sinar bulan ke bumi. Angin segar berhembus dari arah barat membawa sedikit kesejukan. Suasana ini pun sedikit rusak karena amarah sang bos Pedang Kebenaran, Mario.

"Arggghhhhh!!! SIALAN!!!" di ruangan besar yang terlihat seperti strategy room Mario meluapkan kekesalannya di depan para patih - patihnya. Ruangan yang diterangi oleh lampu berwarna kekuningan dan berbentuk persegi panjang semuanya hening terdiam oleh teriakan Mario yang terdengar sampai keluar ruangan di mana para anggota yang lain ikut terdiam karena rasa takut yang menyelimuti pikiran mereka. "Kenapa ini semua bisa terjadi?!!!! Apa kalian tidak bisa hanya menjaga seorang wanita saja yang kondisinya terikat di sebuah ruangan kecil HAH?!!!!" terlihat pula urat - urat dari leher Mario yang timbul ke permukaan karena suaranya yang menggema di seluruh sudut ruangan. "siapa yang menjaga wanita itu!??" lanjutnya dengan pertanyaan tersebut tetapi suaranya yang sedikit dikecilkan volumenya. "aku tuan" dengan ragu - ragu seorang pria dari kerumunan para patih Mario mengacungkan tangannya. "sini!" perintah Mario. Pria itu pun mendekati Mario dengan perlahan dan gerak tubuh yang tampak ketakutan. Perasaan takut itu tercerminkan oleh caranya berjalan yaitu dengan menundukkan pandanngannya dan mengambil langkah sedikit demi sedikit. Sesampainya ia tepat di depan Mario. "kenapa wanita itu bisa kabur?"

"anu.. tuan... aku tak senga-" 'DORR!' Belum selesai pria itu menyatakan argumen nya sebutir peluru melesat dengan cepat membuat dahi pria itu bolong. Darah yang muncrat dari belakang kepala pria itu akibat tekanan yang dihasilkan pengeboran peluru kecil itu terciprat mengenai pakaian salah satu patih Mario yang sedang berdiri di belakang pria tersebut. Ternyata peluru itu melesat dari tangan Mario sendiri yang langsung mengeluarkan sebuah pistol kombat dari balik jas nya. "mati saja kau BAJINGAN!" sambil meludah ke arah mayat pria tersebut Mario mengucapkan kata - kata kasar. Paska kejadian tersebut sontak membuat para patih di ruangan tersebut tercengang bin ketakutan, ketakutan akan dijadikan sasaran selanjutnya bagi kemarahan bos mereka. Tetapi itu semua hanya ekspektasi mereka saja. Setelah tembakan tersebut dilakukan, Mario langsung memerintahkan salah satu bodyguardnya untuk membuang mayat pria tersebut. Dan dilanjutkan dengan pembahasan penyerangan Pedang Kebenaran atas kehancuran yang diakibatkan oleh Pasukan Slamet kemarin.

(karena ini rahasia maka jangan diceritain ya gimana strategi mereka)

"hei Slamet, apa kau yakin dengan Winardi?" bisik Mindarwati setelah penawaran yang diucapkan Winardi. "hmmm sepertinya kita harus mencobanya dulu" balas Slamet yang berbisik juga dengan Mindarwati.

"baiklah Winardi, kami terima tawaranmu" ucap Slamet yang menandakan ia setuju dengan keikutsertaan Winardi dalam kasus ini. "baiklah kalau begitu aku pulang dulu" balas Winardi sembari melambaikan tangan dan keluar pergi menuju kereta kudanya untuk perjalanan pulang kerumahnya.

'DUK! DUK! DUK!' dari kejauhan terdengar hentakan seseorang yang tampaknya sedang terburu - buru menghampiri kediaman Slamet dan kawan - kawan. Saat orang itu sampai di depan rumah, Slamet dan Mindarwati sontak berdiri menyambut kehadiran orang itu. Ternyata itu adalah Aris, salah satu anggota Sayap Kebebasan. "ada apa Aris? Mengapa kau terburu - buru gitu?" ucap Slamet. "di... depan sana.... sekitar dua kilo dari sini.... terdapat ratusan pasukan Pedang Kebenaran dengan persenjataan lengkap.... menuju kemari!" ucap Aris dengan terbata - bata karena mengatur nafasnya.

"APA!?" dengan ekspresi terkejut Mindarwati berucap.

"......" 'Ckkk!' dengan sedikit menggigit giginya Slamet hanya menggerutu.

Nusan Tara ( Book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang