"ckkk!" Mindarwati mengigit bibirnya yang menunjukkan dia sangat kesal. "hei nona, jangan cemberut begitu.. kami tidak akan menyakitimu kecuali kau berbuat hal bodoh" respon Mario setelah melihat gestur Mindarwati. "oiya.. kami sudah cukup mengawasi tindakan mu di Purajaya... dan aku rasa kau bukan orang yang bukan pertama kali untuk melakukan hal yang berbahaya seperti itu sendirian" senyuman itu semakin membuat Mindarwati jengkel dan ingin membungkam mulutnya selamanya.
"periksa mantelnya" perintah Mario kepada salah satu pengawalnya yang berambut cepak. Terlihat nama di dada kirinya adalah Asep. "wahh sepertinya kau membawakan ku hadiah yaa" setelah memeriksa berkas rampasan itu Mario melanjutkan perkataannya "well ini adalah sesuatu yang sudah lama kami incar.. dan kau mendapatkannya dengan mudah" lagi - lagi senyuman yang ia keluarkan membuat Mindarwati ingin muntah.
"heii kuharap kalian semua mati di sini" ketus Mindarwati dengan nada rendah.
"apa?? Hahahahahhaha" Mario tertawa terbahak - bahak sampai air matanya keluar. "hei nona! Kau tau apa yang barusan kau ucapkan?? Kuharap kau bertanggung jawab" langsung Mario memberikan isyarat kepada pengawalnya yang langsung membawa Mindarwati ke dalam sebuah ruangan gelap, hanya ada satu lampu yang menerangi ruangan itu. Bau sekali ruangan itu seperti habis dilakukan eksekusi massal di sana. "BUGGG" didudukannya Mindarwati dengan posisi masih diborgol di tengah ruangan tersebut. "tunggu sebentar nona.. sebentar lagi kami akan bersenang - senang denganmu" entah apa maksud ucapan itu, tapi pastinya itu adalah hal yang tidak mengenakan bagi Mindarwati.
Setelah menunggu beberapa jam di ruangan itu. Akhirnya Mario mengunjungi Mindarwati yang sedang berdiam berharap bantuan datang, atau mungkin dia harus melarikan diri dengan caranya sendiri. "kau! Sangat berbahaya juga yaa" ucap Mario melakukan sambutan kecil. "hahaahahah" tawa Mindarwati menutupi seluruh keheningan ruangan itu "kau belum tahu berhadapan dengan siapa tikus kecil!" lanjut Mindarwati dengan tatapan serius ke mata Mario. Kontak Mata yang dilakukan Mindarwati cukup untuk membuat Mario sedikit meringis ketakutan. "ohhh wahhh sungguh hebat!" ketakutan dalam dirinya dirubah menjadi guyonan agar tidak turun wibawanya. "tunggu dan lihat saja!" ancam Mindarwati itu merupakan ucapan terakhirnya dengan Mario karena setelah itu Mindarwati langsung diikat kedua lengannya di semacam rantai yang menjulang ke atas sehingga membuat posisinya berdiri bahkan sampai melayang di udara. Cukup sakit memang atau bahkan sangat sakit karena menopang tubuh dengan tangan yang dijulangkan ke atas. 'BUGGGGG!' "akhhhhh!!!!" teriak Mindarwati setelah mendapatkan hantaman pemukul baseball di perut kirinya. Tak henti di situ, hantaman - hantaman terus di berikan kepada Mindarwati tanpa belas kasihan. Tak sadar darah pun keluar dari mulutnya. Sepertinya siksaan itu diterimanya selama lima menit karena sang algojo kelelahan. Ditambah ruangan yang pengap menambah siksaan yang diterima Mindarwati karena oksigen yang diterima terbilang sedikit membuat Mindarwati sulit bernapas. "hmm sepertinya kau belum menyerah yang nona cantik.." ucap salah seorang yang mengawasinya di sudut ruangan itu. Sembari berjalan mendekati Mindarwati, pria itu mengeluarkan semacam alat dari sakunya. "bagaimana bila kubuat wajah cantikmu ini sedikit lecet?" ternyata itu adalah pisau lipat. 'SRETTTTT' perlahan pria itu menggoreskan pisaunya di pipi Mindarwati bunyi gesekan pisau membelah kulit manusia seakan ia sedang merobek kertas. "AKHHHHHHHH! ANJING!" ucap Mindarwati kesakitan. 'CESSSS' tak sampai di situ, ternyata rokok yang sedang pria itu hisap di tempelkan di luka yang baru terbelah di pipi Mindarwati. "huft! Huft! Huft! Aku janji kau akan merasakan kematian yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya" dengan nafas terengah - engah Mindarwati berucap sumpah itu. "dan tangan inilah yang akan membuat mu sulit membayangkannya" lanjut Mindarwati.
Sedetik terpana pria itu oleh sumpah Mindarwati, mungkin dengan tatapan yang sedikit takut oleh itu pria tersebut langsung meninggalkan Mindarwati keluar ruangan. Tak lama kemudian ia kembali dengan membawa sebilah pedang. Niatnya sudah bisa ditebak. "bagaimana bila tanganmu ini dulu yang kuhilangkan?" ucap pria itu dengan mendekatkan bibirnya di telinga Mindarwati. Respon Mindarwati hanya menengok pria itu perlahan dan tersenyum dan langsung 'BUGGGG!' hantaman keras diterima pria itu di hidungnya yang membuatnya mengeluarkan darah. "AKKHHH BRENGSEK! KU PASTIKAN KAU AKAN MENDAPATKAN GANJARANNYA PELACUR!!" ucap pria itu dengan nada tinggi.
Tanpa basa - basi pria itu langsung mengarahkan pedang yang ia ambil ke tangan kanan Mindarwati. Layaknya gaya algojo yang akan melakukan hukum pancung, pertama - tama ia dekatkan bagian tajam pedang ke pergelangan tangan Mindarwati dan mengambil nafas perlahan. Dan setelah adrenalin pria itu stabil "berisaplah nona!" ucap pria itu.
Saat pedang diangkat ke atas dan akan langsung menebas lengan Mindarwati 'WUSSHHHHH'
'DUARRRRR' terdengar ledakan dari luar ruangan yang menghentikan pengeksekusian lengan Mindarwati. "apa itu!??" ucap pria tersebut sembari menengok ke arah pintu. Algojo yang di sampingnya pun terdiam kaget setelah mendengar ledakan tersebut. "cepat periksa bodoh!" perintah pria itu kepada algojo. Berjalan lah algojo itu mendekati pintu dan saat akan membuka pintu 'DUARRRRR' dari luar melesat peluru yang sangat banyak yang dihempaskan oleh satu tembakan, memang itulah khasnya senapan 'shotgun'. Terpentalah si algojo dan langsung terkapar tepat di kaki si pria tersebut. Dengan kaki yang bergoyang dengan sendirinya, pria itu menjatuhkan pedangnya. 'BRAKKKKK' sesaat setelah tembakan dihempaskan pintu itu langsung didobrak.
Siluet orang muncul dari luar. Terlihat posisi bersiap dengan menodongkan laras senapan ke arah depan. Perlahan orang itu masuk ke dalam ruangan itu. Langkah demi langkah ia gunakan untuk memerhatikan isi ruangan itu, waspada apabila ada orang selain pria itu dan Mindarwati di dalam ruangan. "hmmm sepertinya aku terlambat Mindar" ucap orang itu yang suaranya terdengar suara seorang laki - laki. Setelah mulai nampak oleh cahaya siapa orang itu. Ternyata itu adalah Hatta. "hei! Cepat menjauh dari sana!" ucap Hatta. Setelah mereka berada pada posisi berhadapan 'DUARRRRRRR' Hatta menghempaskan 'shotgun' itu tepat di depan wajah pria tersebut yang membuat kepalanya pecah dan otaknya berceceran di lantai. "kau tak apa - apa Mindarwati?" sambut Hatta sembari melepaskan ikatan Mindarwati. "hufttt kalian telat" keluh Mindarwati dengan sedikit tersenyum. Setelah ikatan tersebut terlepas "kau bisa berjalan?" ucap Hatta menawarkan bantuan. "tidak aku tak apa - apa" balas Mindarwati yang langsung mengambil pistol dari pinggang Hatta. "sekarang ayoo kita keluar dari sini dan pulang" ucap Mindarwati yang langsung mengambil langkah menuju pintu keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nusan Tara ( Book 1)
Ação[R-BO] World has been divided into three parts of continent which is South Continent, Uni-North Continent, and Central Continent. In Central Continent has known a three big super power nations that is Naga Emas, Elang Hitam, and Teratai Putih. Elang...