Chapter 1 Back to Home

237 4 0
                                    

Sebuah pesawat Garuda mendarat di Bandara yang bertarap Internasional di Ibukota Indonesia.

Seorang anak muda terlihat keluar dari pesawat tersebut menuruni tangga bersama dengan para penumpang yang lain.

Anak muda itu memakai kaos T-shirt santai memakai kacamata hitam dengan celana jeans dan sepatu snikers, ia turun hingga kakinya menginjakkan kaki di tanah negara yang menjadi tempat kelahirannya. Nama anak muda itu, Yandhi. Sambil tersenyum simpul, ia berjalan menuju bangunan bandara tersebut.
Setelah mengambil koper dan diperiksa oleh seorang petugas Bandara, Yandhi berjalan menuju pintu keluar.

Tiba-tiba seorang gadis yang berjalan sambil memainkan Handphone di tangannya, menabrak lengan Yandhi yang hanya tersentak kaget.

"Hei !" Seru gadis itu, kesal. Benda yang sedari tadi dia perhatikan jatuh ke lantai. "Kalau berdiri jangan di jalan dong, gimana sih ? Awas aja kalau Hp gue rusak. Dasar, baru pertama ke Indonesia, huh ?!"
Gadis itu kemudian berjongkok mengambil Handphone-nya dan melangkah pergi.

Yandhi menatap gadis itu, "Bukannya minta maaf, malah... Apa-apaan nih cewek ?!"

Mobil SUV putih berhenti tepat didepan Yandhi, kaca mobil tersebut dibuka.

"Halo adekku yang tampan, nggak nunggu lama kan ?!" Tanya Indri, ternyum manis kepada adiknya itu.

"Not really." Yandhi memasukkan kopernya ke dalam bagasi mobil. Lalu masuk ke dalam mobil tersebut, duduk disebelah Indri yang duduk di kursi kemudi.

"Pakai seatbelt mu !" Kata Indri sambil menghidupkan mesin mobil.

"Iya." Sahut Yandhi, dan memasang sabuk pengaman di pinggangnya.

Mobil tersebut melaju meninggalkan sekitar area Bandara.

"Bagaimana sekolahmu ?" Tanya Indri, memecah keheningan.

Keduanya sekarang tengah berada di jalan tol, lalu lintas ibukota yang sudah sedikit terkontrol dari kemacetan setelah pak Jokowi menjabat menjadi presiden Indonesia dan telah berjasa membangun banyak jalan tol baru demi mengurangi kemacetan di Ibukota yang semakin tahun populasi dari negara ini semakin bertambah.

"Lancar kok, kak."

"Nggak pa-pa liburan summer disini ?"

"It's ok, after all I also miss home." Yandhi tersenyum menoleh ke arah kakaknya.

"Hmm... Ok !"

Indri terus menyetir. "Selesai liburanmu, kita sama-sama pindah ke California. Daddy sama Mommy sudah mengurus semuanya, dan juga tahun depan kakak akan ambil S1 di sana."

"Um, ok. Finally we really left this country." Yandhi menatap keluar jendela kaca mobil.

Setelah beberapa menit perjalanan dari Bandara menuju kerumah, akhirnya sampai.

Saat Indri menepikan mobilnya, Yandhi keluar dari mobil. Mengambil kopernya dari bagasi belakang mobil, kemudian masuk kedalam rumah disusul oleh Indri.

Terlihat disana kedua orang tua mereka sedang menunggu kedatangan anak mereka.

Ibu Liana tersenyum senang melihat anak laki-lakinya yang baru datang. Sambil merentangkan tangannya menunggu pelukan Yandhi yang sangat beliau rindukan.

"Oh, anakku !" Ucapnya.

"Mommy." Yandhi memeluk wanita itu yang juga sangat ia rindukan.

"Mami kangen sekali sama kamu, nak."

"Aku juga mom." Yandhi melepas pelukannya.

Pak Hermanta tersenyum, lalu memeluk Yandhi pula.

"I miss you Daddy."

"Dad juga rindu. Gimana kabar kamu, nak ?!" Kata Pak Hermanta lalu memegang kepala Yandhi.

"Aku sehat kok, Dad."

"Sekarang kamu bahkan sudah lebih tinggi dari Daddy yah, huh ?!"

Mereka semua tertawa.

***

Yandhi membuka pintu kamarnya lalu masuk sambil menarik koper yang berisikan sebagian barangnya yang ia bawa dari California.

Ia lalu merebahkan tubuhnya di tempat tidur sambil menatap langit-langit kamarnya. Yandhi menghela nafas pelan kemudian menengok ke arah jam dinding. Sudah pukul 20.09 malam waktu Indonesia. Dengan memaksakan diri, Yandhi pun masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu dan kemudian tidur.

Sinar Matahari pagi menyeruak masuk kedalam kamar yang lumayan besar itu. Yandhi melenguh saat berbalik kearah pintu kaca balkon yang tepat mengarah ke terbitnya matahari di pagi ini.

"Good morning Lord." Sapanya pada yang menciptakan Matahari serta yang membuatnya bersinar cerah, dan masih memejamkan matanya.
Ia tersenyum. Namun tiba-tiba senyumnya menghilang saat teringat kejadian di Bandara kemarin. Yandhi tersentak bangun menendang selimutnya.

"Dasar cewek nggak jelas, damm very annoying !" Gumamnya.

"Kenapa sih my little brother, huh ?!"

"Astaga !" Seru Yandhi. "Kakak ngapain sih disitu ? Bikin kaget aja."

Yandhi terkejut setengah hidup (What? Pikir Author heran) melihat kakaknya berdiri dipintu kamarnya sambil menaruh tangan didada.

"Kamu yang kenapa ? Cepat bangun, emang kau nggak lapar ?!"

"Nggak. Ini masih terlalu pagi, aku mau tidur lagi !" Sahut Yandhi, hendak berbaring lagi.

"Hei ! Matahari udah tinggi diatas sono, kau bilang masih pagi. Wat de... Sekarang udah jam 8. Ayo bangun !" Perintah Indri, tegas.

"Ok, fine." Yandhi keluar dari selimut kemudian mengambil handuknya dan melangkah ke arah kamar mandi. "Dasar kakak Cerewet !"

"What ? Kau sebut aku apa tadi, huh ?!" Indri segera menghampiri adiknya itu hendak menjitak atau memukul kepalanya.

Melihat itu Yandhi segera masuk ke kamar mandi dan menutup pintu menguncinya sambi tertawa mengejek menjulurkan lidahnya.

"Yandhiiiii !" Kesal Indri, tidak sempat.

Setetes Embun PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang