Yandhi duduk di kursi tunggu dalam diam. Meski sekarang hatinya berkecamuk karena gelisah. Mencoba untuk kesekian kali menghubungi nomor telpon seseorang.
Ditempat lain terdengar getar ponsel dari dalam tas seseorang di dalam kelas yang sedari tadi diperhatikan oleh Celly. Bertanya-tanya dalam hatinya, dimana sahabatnya yang satu ini malah membolos pada saat jam belajar dan membiarkan handphone-nya terus bergetar seolah ada panggilan masuk.
"Perhatian, para penumpang pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GAxxx tujuan California, Amerika Serikat. Dipersilakan naik ke pesawat udara melalui pintu A13. Terima kasih."
Yandhi bangkit dari kursinya dan berjalan mengikuti kedua orang tuanya serta Indri. Untuk terakhir kali Yandhi melihat ke belakang dan sekelilingnya lalu terus melangkah dengan mantap.
Ketika tiba giliran Yandhi untuk memberikan data pribadinya kepada petugas bandara agar diperiksa.
"Yandhi !" Wow ! Panggilan lantang tertuju kepadanya. Yandhi terkejut dan langsung berbalik untuk melihat orang yang memanggil dirinya itu.
Orang-orang yang berlalu lalang di Bandara tersebut pun melihat ke arah orang yang memanggil nama itu. Seorang perempuan yang memakai seragam sekolah tetapi disamarkan dengan sweater yang melekat di tubuhnya, menatap ke arah Yandhi dengan nafas yang tidak beraturan seperti keadaan lelah setelah berlari.
"Marsha ?" Yandhi menyebutkan nama gadis itu.
"Yand, aku....." Marsha masih mengatur nafasnya.
Dan langkah Yandhi terarah kepadanya. Berdiri di depan Marsha sambil tersenyum.
"Terima kasih, Sha, sudah datang. Kali ini aku akan katakan dengan jelas bahwa Yandhika Oktaviano Telavid telah memilih Anggelika Marsha Zaneta untuk menjadi kekasihnya. Maukah kita menjadi sepasang kekasih ?"
Marsha tersenyum tetapi matanya malah berkaca-kaca. Dengan yakin Marsha mengangguk. "Aku mau."
"Bisakah kita berhubungan meski terpisah oleh jarak dan waktu ?"
"Aku bisa." Airmata membasahi pipi Marsha.
"Bersediakah kamu menungguku ?" Tanya Yandhi dengan lembut, mengambil kedua tangan Marsha untuk ia genggam.
"Aku bersedia." Tangis Marsha pecah, tetapi ada senyum didalamnya. Ia mengangguk.
Merasa sangat bahagia, Yandhi seperti sedang melamarnya.
"Aku sayang kamu," Ungkap Yandhi.
Marsha mengangguk. "Aku juga sayang kamu, Yand."
Yandhi tersenyum mengusap lembut pipi Marsha yang basah karena airmata dengan ibu jarinya. Lalu kepalanya bergerak ke atas alis gadis itu menempelkan bibirnya dengan lembut disana menyalurkan kehangatan kasih sayang untuk gadis yang lebih pendek darinya karena hanya sebatas leher saja. Gadis yang sempat dia sakiti hatinya hanya karena tidak mengerti dengan hatinya sendiri. Namun saat ini, detik ini, Yandhi sungguh yakin bahwa ternyata hatinya sudah terpaut kepada Marsha sejak pertama kali keduanya bertemu di Bandara ini juga waktu itu.
Marsha menutup matanya, dan untuk terakhir kalinya airmata kebahagiaan itu turun dari pelipis matanya. Menatap penuh kasih kepada seorang cowok tinggi yang berdiri di hadapannya saat ini.
"Terima kasih cinta."
Uggghh... Marsha hampir menangis lagi dengan pipi yang merona karena malu.
Yandhi tertawa melihatnya dan membuat Marsha semakin salah tingkah.
Pernah lihat embun pagi mengembul di udara setelah semalaman turun hujan lebat ? Untuk keluar dari rumah saja terasa dingin apalagi berjalan. Namun terlihat sangat indah ketika berada di atas, lembut dan rasanya menyenangkan. Cinta itu indah, meski terkadang menyakitkan. Tapi cinta akan selalu hadir untuk menyejukkan setiap umat manusia, karena caranya yang datang dengan berbagai ekspetasi membuat cinta itu luar biasa unik. Tetaplah berjalan bersamanya, dan rasakan keindahannya.
SELESAI.
Salam,
Mayluv 🌹Sampai jumpa lagi. ✋
KAMU SEDANG MEMBACA
Setetes Embun Pagi
Teen FictionSemua orang pasti memiliki masalahnya masing-masing. Tapi yang membuat berbeda adalah cara kita menyingkapinya. Dan, bagaimana masalah itu menjadikan diri kita semakin dewasa. Salam, Mayluv 🌼