Jika berada di perkotaan besar, tentu akan sangat jarang mendapati tetesan air embun. Kemungkinan bisa mendapatinya apabila sebuah rumah dihiasi banyak tanaman dihalaman yang terkena udara saat malam menjelang menghasilkan air embun direrumputan bahkan tanaman ketika pagi menyapa.
Itulah sedikit gambaran tentang suatu kediaman rumah yang sederhana namun dengan halaman rumah yang besar.
Jose membuka matanya perlahan, kemudian berkedip sebentar. Menghela nafas dan menguap lebar sambil merenggangkan badannya kebiasaan kecilnya saat bangun tidur.
Menengok ke arah jam dinding yang tertera pukul 06.05 pagi. Mengisyaratkan dirinya untuk segera bangkit dan mandi, mempersiapkan diri untuk masuk sekolah.
Selesai mempersiapkan diri, Jose keluar dari kamar lalu berjalan ke arah meja makan. Disana sudah menunggu Asher dengan sarapan roti bakar, beberapa potong sosis, telur mata sapi dan sayur brokoli. Serta segelas susu di samping piring tersebut yang disiapkannya. Jose duduk melepas tas punggungnya di kursi sebelahnya, menghadap kakaknya dan memperhatikan sarapan paginya kali ini.
"Wow ! Aku nggak tahu kalau kakak bisa masak ?" Ungkap Jose.
"Of course i can, i live alone. Remember ?" Kata Asher, sambil menyesap kopi lattenya.
"Ya, yah." Jose menikmati sarapan paginya dengan lahap. "Aku akan segera lulus dan tinggal di apart kakak."
"Bagus. Jadi belajarlah dengan giat, keh ?!" Asher tersenyum, mengacak rambut adik laki-lakinya itu.
"Hei, kakak memberantaki rambutku !" Seru Jose.
"Hahaha..." Asher malah tertawakan adiknya.
"Kapan papa dan mama pulang ?" Tanya Jose, disela acara sarapannya.
Kedua orang tua mereka sedang berada di luar kota. Mengurus cabang perusahaan keluarga.
"Satu minggu lagi." Jawab Asher.
"Huh, lamanya." Keluh Jose.
"Hehe, kenapa ?! Kamu kangen ?! Baru dua minggu ditinggal, gimana nanti kalau kamunya sudah ikut kakak ke Sidney. Huh ?!"
"Ishhh..." Jose cuma mendengus kesal, malas meladeni omongan kakaknya itu kalau terus diladeni oleh Jose keduanya mungkin tidak akan selesai makan.
Asher mengantar Jose tepat di depan gedung sekolah.
"Pulang sekolah nanti kakak jemput, jangan keluyuran kemana-mana." Pesan Asher.
"Hm." Jose mengangguk.
Kemudian berbalik dan berjalan masuk ke dalam halaman sekolah.Jose berjalan di koridor sekolah sampai tiba di kelasnya. Hanya ada beberapa siswa yang sudah datang dan duduk berkelompok sambil mengobrol ria dengan teman-teman mereka.
Jose melangkah melewati mereka menuju mejanya yang berada di sudut dekat jendela. Tanpa ia sadari seorang siswi memperhatikan dirinya saat tiba di kelas tadi. Siswi itu sedang duduk di bangku barisan tengah paling depan yang sesekali berbicara dengan teman-temannya.
"Icel, koq diam aja sih ?!" Sela Chacha, teman sebangku Giselle.
"Eh, iyah, apa ?" Giselle tersadar.
"Lho, pipi kamu koq bisa merah gitu ?!" Tukas salah satu temannya yang berdiri depan meja.
"Ah, ini... Blush on lah. Masa nggak tahu ?!" Jawab Giselle dengan cepat untuk menutupi rasa gugupnya.
"Perasaan tadi..." Temannya masih tidak mau percaya dengan jawaban Giselle yang terlihat gugup dan kaget seperti itu. Belum sempat menyelesaikan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setetes Embun Pagi
Teen FictionSemua orang pasti memiliki masalahnya masing-masing. Tapi yang membuat berbeda adalah cara kita menyingkapinya. Dan, bagaimana masalah itu menjadikan diri kita semakin dewasa. Salam, Mayluv 🌼