Chapter 24 I'm So Sorry

7 0 0
                                    


Yandhi menjemput Marsha di rumahnya dan tentu saja dengan izin kedua orang tua Marsha.

Berjalan-jalan di Mall, menonton film, mencoba berbagai dessert yang manis semanis langkah dua anak muda itu. Dan kini dengan semangat Marsha mencoba belajar ice skating.

Senyuman di bibir tipis Marsha sama sekali tidak pudar ketika di awal dia mencoba meluncur di es. Yandhi berusaha menolongnya tetapi dengan tegas Marsha menolak karena ingin mencoba meluncur sendirian.

Yandhi meluncur di arena ice skating tersebut sambil memandang Marsha dari jauh. Juga ada rasa nyeri di hatinya karena keputusan yang akan dia ambil malam ini.

Seperti kata Richard saat menghampiri Yandhi dan Christ yang berkelahi di taman rumah sakit tempo hari.

"Aku disini tidak membela siapapun, kalian berdua sudah dewasa. Pasti bisa menyelesaikan masalah kalian berdua sendiri, kalian berdua harus bicara dengan kepala dingin. Jangan bersikap kekanakan seperti ini, memalukan." 

Yandhi benar-benar merasa malu dengan dirinya sendiri. Harus memilih dari kedua gadis yang di sayangi dirinya, dan meninggalkan luka untuk yang lainnya. Kalau saja dari awal Yandhi pertegas akan hatinya sendiri, mungkin semua tidak akan terjadi sampai sejauh ini.

Saat ini kedua insan muda itu sedang duduk di sebuah kursi panjang depan danau, Marsha menyeruput minuman thai tea-nya sambil memperhatikan sekeliling. Meski terlihat biasa saja, namun siapa tahu Marsha tengah mati-matian menenangkan jantungnya yang berdebar-debar dari saat Yandhi duduk di sebelahnya.

"Tadi seru ya," Ucap Marsha, memulai pembicaraan untuk menghilangkan rasa gugupnya.

"Hm." Jawab Yandhi, memandangi danau.
Entah kemana pikirannya itu jalan-jalan ? Padahal tidak punya kaki. 😅

Marsha melirik Yandhi. "Kamu terlalu capek Yand, sampai nggak bisa ngomong. Hehe~"

"Kamu bisa kenal sama Jose darimana, Sha ?"

"Ouh, kak Jose ketua youth di gereja. Dia sering antar jemput aku kalau ada ibadah, jadi akhirnya kita temanan dan jadi akrab. Emang kenapa, Yand ?"

"Aku sama Jose udah bersahabat dari sekolah menengah. Sebenarnya bukan cuma kita berdua saja tapi juga sama Ika."

"Heh, Ika ? Teman satu kelompok kalian berdua juga ?" Marsha menguyah boba dari thai tea-nya.

"Iya, Ika itu cewek urakkan dan cerewet banget. Banyak teman-teman heran kenapa aku sama Jose mau berteman sama dia." Yandhi tertawa, mengingat tingkah laku Ika saat di sekolah menengah.

Marsha menelan boba dari thai tea dengan susah payah. Ada perasaan nyeri yang sedih saat Yandhi menceritakan nama orang lain sambil tersenyum senang.

"Karna terbiasa, aku jadi suka sama Ika. Dan nggak berani untuk bilang setelah tahu ternyata Jose juga suka Ika. Semakin hari aku semakin dekat dengan Ika, aku kira Ika punya perasaan yang sama padaku. Tapi ternyata aku salah, Ika menyukai Jose. Dan aku sadar ternyata, akulah disini yang cintanya bertepuk sebelah tangan. Berada diantara mereka agar tidak saling berdekatan. Aku egois, akhirnya aku putuskan untuk pergi setelah pengumuman lulus dan sekolah ke luar negeri.

Jose tetap di Indo dan masuk SMU tujuan awalnya. Aku baru tahu setelahnya ternyata Ika juga pergi ke luar kota melanjutkan sekolah disana tempat kakek dan neneknya.

Sejak pertama melihat Shireen, aku terpesona. Dan mengenalnya membuatku merindukan Ika."

Yandhi melirik Marsha, sedikit terkejut melihat ternyata Marsha menangis dalam diam.

"Tapi aku juga terpesona dengan cewek gembul di sebelahku ini,"

Marsha refleks menatap Yandhi. Agak kesal, apa maksudnya ?

Yandhi menarik senyum tipis. "Dia unik, percaya diri dan selalu menjadi diri sendiri. Sebenarnya aku cukup yakin, dia menyukaiku."

"Hishh !" Marsha melotot marah. Meskipun didalam hatinya juga merasa senang.

"Aku minta maaf Sha, aku minta maaf kalau ternyata aku nyakitin kamu dengan sikap tidak jelasku selama ini."

Marsha membuang mukanya ke samping sambil menghapus airmatanya. Padahal airmata itu tidak juga berhenti mengalir dari tadi.

"Aku bingung, aku sayang sama Shireen. Tapi aku merasa aku juga sayang sama kamu, Marsha. Aku... Aku nggak tahu,"

"Hiksss~" Isakan lolos dari bibir mungil yang beberapa jam lalu selalu tersenyum bahagia itu. Marsha menahannya dengan sekuat tenaga, airmatanya masih juga tidak mau berhenti.

"Kemarin Shireen bilang bahwa dia juga menyukaiku, Sha. Saat ini Shireen masih sakit, dan dia jelas butuh aku."

"Hiks~ hiks~" Rasanya Marsha ingin mengumpat dengan isakannya yang terus saja terdengar meski sudah ditahan mati-matian. Sialan ! Marsha benci terlihat lemah seperti sekarang ini, apalagi didepan laki-laki yang sudah membuat dirinya beberapa kali menangis. Memang ada ya cinta dua hati seperti itu ?! Itu bullshit !

"Aku akan kembali ke California. Aku tidak akan kembali ke Indonesia untuk waktu yang lama."

Yandhi melihat punggung Marsha sedikit menegang saat Yandhi mengatakan akan pulang ke California. Tetapi hanya sebentar, dan Marsha masih memalingkan muka.

Setetes Embun PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang