Marsha mengetuk-ngetukkan jari-jarinya ke permukaan meja sehingga menimbulkan suara yang cukup keras sambil pandangannya fokus ke satu arah namun pikirannya jauh melayang dan mungkin telah melintasi jagat raya.
Celly tiba di kelas II IPA¹ sambil menyeruput segelas susu pink dengan Reno yang mengekorinya dari belakang.
"Ngapain kau kesini ? Pergi sono, hus..." Usir Celly pada Reno, yang sedari tadi menempel padanya dimulai dari kantin.
"Ya ampun Cel, galak amat. Aku kan cuma mau ngantar kamu ke kelas dengan selamat walafiat." Sahut Reno dengan senyum pepsodent.
"Up to you !" Celly memutar matanya jengah.
"Kalau gitu aku pergi dulu ya, Cel. Byee my love !" Reno melambaikan tangannya dan beranjak meninggalkan kelas tersebut.
Celly duduk di kursinya, namun pandangannya mengarah kepada Marsha yang seperti tidak menyadari kedatangan dirinya.
"Sha ?"
"Apa ?!" Marsha menoleh.
"Aku kira, kau sudah kehilangan dirimu."
"Maksud ?!" Sela Marsha.
"Nggak ada." Ucap Celly, sambil mengangkat bahu.
"Sha, kamu masih punya utang penjelasan denganku."
"Huh ?! Utang apaan ? Aku nggak pernah ngutang." Sela Marsha.
"Ya kalau nggak mau punya utang, silakan jelasin. Siapa cowok tan yang jemput kamu tempo hari ?"
"Namanya Yandhi."
Celly manggut-manggut. "Pacar kamu ya ?!"
"Sekarang sih belum, nggak tahu kalau besok."
Celly tertawa. "Ok, ok, jadi gebetan kamu nih ceritanya ?!"
Marsha menghela nafas.
"Koq jadi lunglai begitu ?! Doi punya cewek ? Or kamunya udah nembak trus ditolak ?!"
"Celly, berhenti berasumsi yang tidak-tidak."
"Hehe... I'm sorry, jadi kenapa ? Cerita dong ah !"
Marsha menatap Celly menggelikan.
"Hahaha."
"Dia anak teman kerjanya papa."
Celly mengangguk mengerti.
"Ada di Indo, karena lagi libur sekolah."
"Oh, sekolah dimana ?"
"Di California."
"Whatss ?! USA ?"
Marsha mengangguk.
"Wah, jauh juga ya..."
"Sangat."
Tiba-tiba dua orang siswi cewek menghampiri meja Marsha.
"Hai Sha," Sapa salah satu dari mereka.
Marsha menatap keduanya. "Hai !"
"Sha, boleh nggak kita minta nomor telpon cowok yang waktu itu pernah jemput kamu ke sekolah ?"
"Nggak."
"Iishh, koq nggak sih, Sha ?!" Tukas siswi cewek yang lainnya.
"Pertanyaan kamu aja 'boleh nggak' jelas aja aku jawab nggak."
"Kalau gitu, ID Line nya aja dong, Sha ?!"
"Nggak ada." Cetus Marsha.
"Ih, pelit banget. Dasar kepala batu !" Umpat salah satu dari keduanya dan langsung pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setetes Embun Pagi
Teen FictionSemua orang pasti memiliki masalahnya masing-masing. Tapi yang membuat berbeda adalah cara kita menyingkapinya. Dan, bagaimana masalah itu menjadikan diri kita semakin dewasa. Salam, Mayluv 🌼