Chapter 13 Pendekatan

9 1 0
                                    

Yandhi duduk dibawah pohon yang dahan-dahannya cukup untuk melindungi tubuhnya dari sengatan panas Matahari. Menunggu dengan sabar, sampai seekor ikan bersedia memakan umpan dari pancingannya.

Tiba-tiba seseorang mengambil tempat dan duduk di sebelah Yandhi.

"Yandhi." Ucap Shireen, memulai pembicaraan.

"Ya, kenapa ?" Yandhi menyahut, menoleh ke arah Shireen yang duduk di sebelahnya dengan cukup ada jarak.

Shireen tersenyum. "Nggak koq, cuma mau panggil aja. Kamu nggak ganti nama kan ?! "

Yandhi kemudian terkekeh lucu. "Nggak koq, tapi siapa tahu nanti aku akan mengubah namaku menjadi Steve jobs mungkin,"

"Hei ?!" Keluh Shireen, melotot.

Yandhi tertawa. "Kamu lucu."

"Ishhh..." Dengus Shireen, tetapi senyum tipis terukir di bibir tipis itu.

Keduanya terdiam beberapa saat.

Shireen mengambil sesuatu dari tas kecil di sampingnya lalu memberikan itu kepada Yandhi.

Yandhi memandang sebuah tupperwear yang berisikan 2 potong roti lapis.

"Untukmu. Kamu belum sarapan kan ?"

Yandhi menerimanya. "Terima kasih."

"Hum." Shireen mengangguk.

Yandhi membuka tutup tupperwear tersebut mangambil sepotong roti dan memakannya.

Sambil mengunyah pelan. "Umm, ini enak. Kamu membuatnya ?"

"Iya, thanks." Ucap Shireen.

"Kamu sering ikut keluargamu memancing saat hari libur seperti ini ?" Tanya Yandhi.

"Nggak, sangat jarang. Karena papa lebih suka pergi dengan teman-teman rekan kerjanya."

"Oh, begitu."

Shireen mengangguk pelan. Pandangannya dia alihkan ke air danau.

Yandhi dan Shireen menoleh saat mendengar suara heboh Pak Hermanta yang mendapat Ikan besar hasil pancingannya. Pak Betrant segera menolong melepaskan Ikan itu dari kail.

"Dad, memang selalu heboh begitu." Ucap Yandhi.

Shireen melihat dengan tersenyum lucu.

"Sightly." Gumam Yandhi, memandang Shireen yang tersenyum.

Shireen menoleh ke arah Yandhi. "Huh ?!"

"Hehe... Nggak apa-apa."

Kemudian, dua anak muda tersebut hanya diam dan larut dalam pemikirannya masing-masing.

"Yandhi/Shireen." Keduanya saling bertatapan.

"Eh, kamu duluan deh !" Ucap Shireen, tiba-tiba gugup.

"Ladies first." Sahut Yandhi.

"Hm, ok. So, kamu sekolah dimana ?"

"Oakland, salah satu High School disana."

"California ?"

"Eh-um." Angguk Yandhi.

"Disana sedang musim panas ya ?"

"Iya. Dan sangat panas."

"Sepertinya bumi sudah sangat tua." Sahut Shireen.

"Yah, dan lapisan Ozon juga sudah mulai menipis."

"Tahu darimana ?"

"Buku dong,"

Shireen tersenyum. "Aku paling suka buku tentang sejarah."

Setetes Embun PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang