Chapter 5 Gadis di Lampu Merah

28 2 0
                                    

Di lapangan basket...
Nampak sangat ramai dan terdengar heboh di pinggir lapangan, karena hampir semua siswa SC berkumpul disitu. Walaupun sudah jam eskul tapi masih saja ada anak-anak sekolah yang belum pulang ke rumahnya karena masih ingin melihat team basket SC yang bermain basket.

Richard dan Christ sedang memperebutkan bola basket itu tanpa menanggapi teriakan siswa-siswi tersebut. Christ berhasil mengambil bolanya dan melempar ke ring dan masuk, yang menonton pun bertepuk tangan.

"Christ, kau yang terbaik !" Ucap seorang siswi perempuan.

"Hahah..." Christ tertawa refleks. Menampilkan deretan giginya yang putih dan rapi. Senyuman Christ sangat lepas, bahkan matanya pun ikut mengkerut dan tersenyum.

Teriakan histeris pun semakin menggelegar di kumpulan anak kelas 10, saat melihat tawa khas Christ.

"Populer sekali Anda yah ?!" Ucap Egil.

Christ mengangkat bahu sambil tersenyum penuh kemenangan.

Flashback on... 

Shireen berjalan santai keluar dari toko buku, berdiri disamping jalan menunggu lampu merah menyala. Seorang nenek separuh baya berjalan sangat pelan mendekati dirinya. Melihat lampu merah sudah menyala Shireen pun membantu nenek tersebut menyeberang jalan.

"Mari nenek saya bantu."

"Ah, terima kasih dik."

Shireen berjalan di zona penyeberangan beriringan dengan nenek tersebut sambil memegang tangannya. Setelah menyeberang dengan selamat, nenek tersebut berterima kasih lagi kemudian pergi.

Shireen tersenyum penuh arti.
Dari kejauhan Yandhi memperhatikan seorang gadis baik hati itu lalu tersenyum.

Flashback off. 

Yandhi tersenyum-senyum sendiri saat mengingat kejadian tempo hari yang dia lihat saat itu.

Gluk... Sebuah benda persegi bergetar di samping Yandhi, seperti nada air yang jatuh. Yandhi pun langsung meraihnya, dan menyentuh layar Hp itu. Sebuah chat dari Marsha. Yandhi tersenyum dan mulai mengetik pesan balasan. Cukup lama Yandhi berkutat dengan Hp-nya sedang chat dengan Marsha yang sekarang ada di rumahnya.

Saat Marsha sedang mengetikkan pesan untuk Yandhi dari aplikasi chat WhatsAap, tiba-tiba layar Hp-nya berubah menjadi sebuah panggilan vidio call.

Deg.. 

Astaga ! Koq dia malah VC sih ?! Marsha seperti sedang mengalami serangan jantung mendadak. Saat membalas chat dari Yandhi saja Marsha sudah deg-degan yang luar biasa malah ini cowok main vidio call lagi.

"Hai !" Ucap Marsha, mengarahkan layar Hp-nya didepan mukanya.

"Hola. What are you doing ?"  Tanya Yandhi dari seberang dengan menampilkan senyum tampannya.

"Chat sama kamu aja,"

"Oh, hei, aku cuma mau tanya. Apa ada tempat yang ingin kamu kunjungi weekend ini ?"

"Huh ?!" Marsha mengeryitkan dahinya dan berpikir cepat.

"Memang kenapa, Yand ?" Tanya Marsha lagi.

"Hm, mau aku jemput pulang sekolah ?  Soalnya aku lagi nyari buku nih, aku perlu rekomendasi toko buku yang komplit. Apa kamu bisa menemaniku ?"

"Hm, tentu. Nanti aku kirim foto maps sekolahnya ya !"

"Ok. Thank you, Sha. Kalau begitu, good night and sweet dream."

"Sama-sama, selamat malam dan mimpi indah juga, Yand."

Layar Hp Marsha kembali ke menu awal, tanda panggilan telah berakhir. Marsha tersenyum senang.

***

"Sha, kamu sehat ?" Tanya Celly, karena sejak tadi melihat sahabatnya itu tersenyum-senyum sendiri saat tiba di kelas XI IPA¹.

"Ah, sure. What's wrong ?" Marsha malah tanya balik, dengan senyum yang masih mengembang di bibir tipisnya.

"Iii... Jangan senyum-senyum sendiri begitu, aku jadi kuatir tahu nggak !" Seru Celly. "Kamu nggak gila kan ?"

"Enak aja !" Tukas Marsha, menyentil jidat Celly.

"Marsha !" Teriak Celly, mengelus pelan jidatnya sambil meringis.

"Hehe... Maaf sayang." Marsha tertawa.

"Kamu kenapa memang, kayak bahagia betul. Cerita dong cerita, hmm ?!"

"Rahasia."

"Ishhh..." Cibir Celly dan mengeluarkan buku mapel untuk hari ini dari tasnya.

Jam pelajaran dimulai. Seorang ibu guru masuk dan mempersiapkan materi bahasa Inggris untuk mengajar.

"Selamat pagi." Sapa Ibu Ima. Guru mata pelajaran bahasa Inggris, wanita cantik dan masih muda. Tentu saja, karena usianya baru 24 tahun sehingga membuat para siswa cowok yang menjadi muridnya dengan tidak tahu malunya menggoda bahkan ada yang sampai menyatakan perasaan pada guru yang paling muda di sekolah tersebut. Namun sayang, semua godaan para muridnya itu hanya dianggap sebagai angin lalu olehnya.

"Selamat pagi bu." Sahut semua orang di kelas tersebut.

"Ibu cantik banget deh hari ini !" Jurus gombal andalan para siswanya sudah dilancarkan.

"Iya nih, sepertinya kecantikan ibu bertambah setiap harinya deh..." Goda yang lain.

"Really ?" Tanya ibu Ima, tersenyum.

"Bu, boleh nggak chat WA ibu nanti malam ?!"

"For what ?!"  Tukas ibu Ima sambil membuka halaman buku paket Bahasa Inggris.

"Soalnya saya mau les bahasa inggris secara privat sama ibu. Hehe..." Nyengir salah satu siswa.

"Bu-..." Sahut siswa cowok lagi, namun belum sempat diselesaikan ucapannya. Ibu Ima sudah angkat bicara.

"Please open your book page 113." Sela Ibu Ima dengan cepat, dan langsung berjalan ke arah papan tulis dan menulis beberapa kata disana. Selesai memulis, ibu Ima berbalik menatap semua siswanya. "Follow this subjects calmly or get out."

"Ohohh... Ibu koq kejam banget sih ?!" Protes beberapa siswa cowok.

Ibu Ima mulai menjelaskan pelajaran hari ini dengan berbahasa inggris pula.

Setetes Embun PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang