Chapter 8 Jose

16 1 0
                                    

Jose berjalan sambil memasukan tangannya ke dalam saku celana agar telapak tangannya terasa hangat. Mengangkat wajahnya menatap ke langit malam, begitu banyak bintang yang terlihat disana.

Kilasan masa lalu kembali terngiang di benaknya. Seorang gadis yang ia sukai sejak SMP. Ketika keduanya sering berjalan bersama di saat-saat seperti ini.

Flashback on...

"Aku suka berjalan sambil menatap bintang. Karena dari sini aku melihat seolah bintang juga sedang berjalan bersamaku." Ika tersenyum lembut.

Senyuman yang selalu di sukai oleh Jose dan tidak akan pernah di lupakannya.

Saat Jose mulai mengenal Yandhi dan berteman dengannya,  kedua anak muda itu selalu bercerita banyak hal ketika bersama dan tetap nyambung walau sering terlibat perdebatan kecil. Hal yang biasa terjadi dalam persahabatan bukan ?

Sampai suatu hari, 

"Bro, nanti aku kerumah kalau udah selesai bantuin kak Asher. Ok ?!"

"Jangan lama-lama." Sahut Yandhi dari telpon.

"Iyo, iyo." Jose menutup acara menelpon Yandhi, lalu melanjutkan membantu kak Asher mengerjakan beberapa laporan perusahaan.

Jose merenggangkan badannya ke belakang, melemaskan otot-otonya sambil menghela nafas lelah.

"Apaan sih ?! Baru segitu juga, nafasnya udah kayak habis ngangkat beban berat." Kata kak Asher, tersenyum mengejek.

"Mending aku masak seharian di dapur,  daripada ngadapin ginian kak." Sahut Jose.

"Iya, iya. Tahu aja yang mau jadi Chef.  Lebih suka masak kayak ibu-ibu." Ujar Kak Asher.

"Enak aja ! Memasak itu adalah seni, asal kakak tahu ?!" Cetus Jose.

Asher malah tertawa mengejek.

"Udah ah, aku mau ke rumah Yandhi dulu." Ucap Jose langsung berdiri dari duduknya dan melongos pergi meninggalkan kakaknya.

"Dasar anak itu !" Dengus Asher.

Jose berlari kecil menuju rumah Yandhi, namun kemudian langkahnya mulai melambat saat melihat Yandhi berbicara dengan seorang gadis di halaman rumah. Yandhi melihat Jose yang berjalan mendekati keduanya.

"Hei, Jose !" Sapa Yandhi.

Mendengar Yandhi berbicara ke arah belakangnya, gadis itu menoleh ke belakang.

"Eh, Jose ?!" Kata Gadis tersebut.

"Hai, Ika. Hai, Yand !" Jose menyapa balik keduanya.

"Kamu kenal Yandhi ?" Ika bertanya pada Jose.

"Kamu tahu Ika ?" Jose malah bertanya pada Yandhi.

"Kayaknya kita perlu ngobrol di dalam rumah deh, yuk !" Ajak Yandhi, akhirnya berjalan masuk ke dalam rumah.
Disusul Ika dan Jose.

Setelah mengobrol banyak hal, ternyata Yandhi mengenal Ika di toko buku yang sering Yandhi datangi. Yah, ketimbang Jose yang lebih suka dirumah bermain game dan sering belajar berbagai masakan nusantara sampai eropa.
Ketiganya menjadi teman baik setelahnya.

Ika dan Yandhi sedang asik mengobrol membahas tentang buku yang pernah keduanya baca. Sambil sesekali tertawa senang dan membuat lelucon. Jose berdiri di luar depan toko buku tersebut, dari kaca transparan dapat dilihatnya Ika yang tersenyum senang saat berbicara dengan Yandhi. Tadi di sekolah Yandhi mengajak Jose untuk menemaninya ke toko buku, namun karena Jose memiliki kelas tambahan maka Yandhi pun hanya menunggu di toko buku tersebut dan kebetulan bertemu dengan Ika.

"Jose lama yah ?!" Ujar Ika.

"Hmm." Yandhi hanya menggumam pelan. Dan Handphone-nya berdering.

"Halo, Jos. Kau dimana ?!"

Terdengar suara Jose dari telpon tersebut.

"O-oh, baiklah. Yo, bye." Yandhi melihat ke arah Ika yang juga melihatnya.

"Ada apa lagi dengan itu anak ?!" Sela Ika.

"Dia bilang capek dan langsung pulang."

"Oh, come on !" Kesal Ika.

"Ayo beli makan lalu pulang." Kata Yandhi bangkit mengambil tasnya.

Ika menyusul, "Padahal dari tadi udah nungguin. Dasar Jose nyebelin, awas aja nanti kalau ketemu."

"Hmph... Sabar." Yandhi tersenyum.

Keduanya berjalan beriringin keluar dari toko buku tersebut. Jose sudah pulang setelah menelpon Yandhi tadi, entah kenapa ada rasa aneh yang perih menjalar pada hatinya saat melihat kedekatan Yandhi dengan Ika.

Jose keluar dari rumah karena bosan terus berada di kamar, dan berjalan santai di sekitar komplek itu. Langkahnya terhenti saat melihat seseorang di jalan yang agak gelap dan kembali terlihat saat dibawah lampu jalanan.

"Ika ?" Panggil Jose.

"Jose." Ika segera menghampiri Jose.

"Kamu ngapain jalan pas lagi magrib gini ?!" Tanya Jose.

"Aku disuruh ibu beli sesuatu ke minimarket. Kebetulan ada kamu Jos, temani aku yuk !" Ika menarik pengelangan tangan Jose untuk berbalik mengikutinya ke arah minimarket yang harus keluar dari komplek perumahan itu ke arah jalan raya.

"Bodoh, kenapa nggak bawa motor ?" Tanya Jose.

"Malas." Ika menoleh tersenyum. "Kan ada kamu."

"Iya, ada aku." Sahut Jose, membalas senyum.

Setelah mendapatkan apa yang di belinya tadi, sekarang Ika dan Jose sedang berjalan bersama menuju rumah.

"Jo, kamu lanjut sekolah dimana ?" Tanya Ika, memecah keheningan yang sedari tadi tercipta.

"Aku belum menentukan. How about you ?"

"Well, sepertinya aku akan pindah."

"Pindah ? Kemana ?"

"Di tempat tinggal nenek ku." Ika menghela nafas. "Sepertinya aku akan sering merindukan komplek ini, teman-teman, ibu-ibu yang pada rempong itu."

"Termasuk kakak perempuanmu yang kau sebut rempong itu ?!" Ejek Jose.

"Hahaha... Iya, benar." Tawa Ika.

"Merindukan Yandhi ?"

"Benar." Ika tersenyum.

Jose tersenyum miris.

"Tapi tentu aku akan lebih merindukan dirimu, Jose." Ika melanjutkan.

"Yaa ?!" Jose bertanya untuk memastikan apa yang baru saja didengarnya.

Ika tergelak. "Ayo cepat, ibu ku pasti sudah lama menunggu."

Ika berjalan lebih cepat meninggalkan Jose yang masih berusaha memahami perkataan Ika yang tadi didengarnya sambil mengikuti  dari belakang.

Flashback off... 

"Jose !" Ucap Asher. Melihat adik laki-lakinya itu baru pulang setelah katanya olahraga dari sore ternyata pulang ke rumah selesai magrib.

"Kamu kenapa lama ? Ada sesuatu dijalan ?!" Tanya Asher.

"Nggak. Nothing !" Jawab Jose.

"Terus kenapa lama ?"

"Hell, kak. Plis deh, yang penting i'm fine, ok. Aku bukan anak kecil, bisa jaga diri."

"Kamu masih sekolah dan belum kerja, artinya kamu masih anak kecil." Kata Asher.

"Ishhh... Kak, i'm not a kid." Tekan Jose, kesal. Dan pergi masuk ke dalam kamar.

Asher memperhatikan adiknya itu sampai menghilang dari balik pintu kamar.

"What's wrong with him ?!" Gumam Asher.

Setetes Embun PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang