"Kakak duluan saja, aku ke toilet sebentar." Kata Yandhi.
"Ok, jangan lama-lama." Sahut Indri, setelah membayar makanan mereka.
Setelah dari Toilet, Yandhi mendapati ke-empat cewek tadi baru saja keluar dari Kafe tersebut.
Yandhi segera menghampiri mereka.
"Halo !" Sapanya dengan ramah.
Serempak, mereka melihat ke arah Yandhi yang tersenyum.
Celly melongo.
Ribka mengerjapkan mata lebih dari sekali.
Marsha terbelalak. Tangannya mulai berkeringat dingin.
Maria tersenyum. "Halo !"
"Apa sebelumnya kita pernah bertemu ?" Tanya Yandhi.
"Kita siapa ?!" Maria balik bertanya karna tidak mau dikira kepedean.
"Maksudku, dengannya." Yandhi menunjuk
Ke arah Marsha.Marsha semakin berdebar karenanya. Ternyata dia menyadarinya. Oh, no ! Dan lagi, dia bisa berbahasa Indonesia.
"Ku rasa tidak." Marsha menatap yakin, berusaha menyembunyikan kegelisahannya.
"Benarkah ? Tapi kenapa aku merasa pernah berjumpa denganmu sebelumnya ya, di Bandara mungkin ?!"
"Huh ?!" Marsha semakin salah tingkah.
Ketiga temannya menatap Marsha curiga.
"Oh, mungkin hanya perasaan ku saja. Maaf ya, sampai bertemu lagi." Tukas Yandhi, tersenyum manis kepada mereka kemudian berlalu pergi.
"Sha ?!" Tanya Maria, curiga.
"Apa ?!" Seru Marsha, lalu berjalan duluan meninggalkan teman-temannya.
"Kenapa lagi dia ?!" Tanya Ribka.
"Eh, say, aku balik duluan ya, aku ada janji kencan sore ini." Jelas Celly, tersenyum manis.
"Ya, pergilah dengan damai."
"Hei ! Kau sumpahin aku mati, ya ?!" Nada bicara Celly meninggi mendengar jawaban Maria barusan, meski dia tahu sebenarnya Maria cuma bercanda.
"Aku tidak bilang begitu, kau sendiri yang bilang."
Maria dan Ribka tertawa ngikik.
"Aku juga ya Mar, aku harus belajar." Tukas Ribka juga.
"Begitulah, siswi paling rajin di Group kita." Kata Maria.
Dan dijawab dengan senyum manis dari Ribka. "Thank you."
"Ya udah istri Ishak, ayo balik ! Dagh Maria, bilang sama Marsha ya kita duluan." Celly menarik pergelangan tangan Ribka.
Keduanya melambaikan tangannya kepada Maria yang juga membalas lambaian itu.
Maria teringat sahabatnya Marsha yang sudah jauh berjalan meninggalkan mereka tadi. Ia segera berlari menyusul Marsha sambi berteriak agar Marsha menunggunya, memang Marsha berjalan agak pelan agar bisa segera disusul oleh ketiga temannya, pikirnya.
Sial ! Dan apa katanya, sampai bertemu lagi ?! Batin Marsha.
Marsha berjalan sambil menghentak-hentakkan kakinya ke tanah dengan kesal.
"Siapa juga yang mau bertemu lagi dengannya !?" Gumamnya.
"Sha !" Maria sudah berjalan beriringan dengan Marsha.
Keduanya menaiki jembatan penyeberangan.
"Kenapa ?"
"Ada yang ingin kau ceritakan padaku ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Setetes Embun Pagi
Teen FictionSemua orang pasti memiliki masalahnya masing-masing. Tapi yang membuat berbeda adalah cara kita menyingkapinya. Dan, bagaimana masalah itu menjadikan diri kita semakin dewasa. Salam, Mayluv 🌼