Chapter 19 Moodbooster

15 1 0
                                    

"...Di sebuah desa kecil yang sangat jauh di pedalaman negara tersebut, terdapat salah satu tradisi yaitu membunyikan gong atau benda apapun yang menghasilkan suara keras dan ribut saat terjadi gerhana bulan. Masyarakat desa tersebut percaya bahwa..."

Seorang guru sejarah, Ibu Sukma mengajar di depan kelas XI IPA ¹.
Beberapa murid mendengarkan dengan penuh perhatian dan menulis setiap penjelasan yang dikatakan oleh gurunya, dan mereka tergolong anak-anak yang pintar di dalam kelas tersebut.

Marsha menghela nafas untuk kesekian kalinya, menatap papan tulis di depan kemudian menjatuhkan kepalanya diatas meja belajarnya hingga menimbulkan suara keras.

Semua siswa refleks menoleh ke arah meja Marsha. Celly mencolek lengan sahabatnya itu.

"Marsha Zaneta." Panggil Ibu Sukma.

Marsha tidak mengubris panggilan tersebut. Dan Celly memukul pelan lengan Marsha untuk kedua kalinya sambil berbisik pelan.

"Kenapa ?" Ucap Marsha menoleh ke samping masih dengan posisi tadi.

"Ibu Sukma panggilin kamu tu," Gumam Celly.

"Anggelika Marsha Zaneta." Panggil Ibu Sukma, lagi. Bahkan dengan nama lengkap.

Marsha mengangkat kepalanya melihat ke depan. "Iya bu ?"

"Apa tujuan dari membunyikan gong di desa X tersebut ?" Tanya Ibu Sukma.

Mati aku ! Tadi ibu Suk jelasinnya gimana ? Aku nggak terlalu dengar lagi. Batin Marsha meringis.

"Um.. Agar... Supaya desa, desa itu makmur dan terhindar dari mahkluk halus bu." Jawab Marsha, asmol (asal ngomong)

Terdengar kekehan dari siswa-siswi yang ada di kelas itu. Bahkan ada yang langsung tergelak, tetapi segera ditahan tertawaannya karena menyadari masih ada guru yang mengajar didepan.

Ibu Sukma hanya tersenyum lucu mendengar jawaban dari murid didiknya itu. Bel istirahat yang pertama sudah dibunyikan. Terlihat ekspresi lega dari raut wajah semua murid yang ada dikelas.

"Pelajari bab 13 ini, dan minggu depan ibu akan memberikan kuis." Kata Ibu Sukma.

"Kuis, bu ?!" Tanya salah satu siswa.

Ibu Sukma mengangguk.

"Yaah, ibu." Tukas yang lain.

Kelas mulai ribut karena mengetahui akan ada kuis untuk pelajaran Sejarah.
Seorang siswi berjilbab berdiri, yang adalah ketua kelas.

"Beri salam." Katanya. "Terima kasih bu guru." Ucap seluruh siswa di ruangan itu.

Ibu Sukma keluar dari kelas dan kelas itu kembali ricuh, beberapa siswa sudah keluar menuju kantin sekolah.

"Sha, jawaban lo gresek banget ! Hahaha." Ejek Rizky, salah satu cowok dikelas dan teman-temannya mengejek Marsha.

"Mukul gong guys, biar mahkluk halus kabor !" Tukas Alec, dan mereka kembali tertawa.

Celly mengepalkan tangannya hendak melabrak para cowok gresek itu, tetapi Marsha menahan tangan sahabatnya itu dan menggeleng pelan.

"Biarin aja ! Cuma sia-sia meladeni para mahkluk astral kayak mereka." Ucap Marsha, menatap Rizky, Alec dan Gebby serta Harchi dengan sinis.

"Cah, cari ribut nih sempol !" Seru Alec, menantang.

"Tersungging kau, tokek !?" Celetuk Celly, balik menantang.

"Sialan lo !" Alec hendak meninju Celly.

Tetapi lengannya segera di tahan oleh Rizky, Gebby dan Harchi.

Setetes Embun PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang