Yandhi duduk di lapangan basket mini berada di belakang rumah keluarganya dengan deru nafas yang ngos-ngosan habis bermain basket.
Beginilah Yandhi, setiap kali ada sesuatu hal yang di pikirkannya ia selalu melampiaskan dengan bermain basket membiarkan setiap resah dan takutnya keluar lewat keringat yang bercucuran dan kaki yang berlari mengejar bola, melompat melemparkannya ke ring serta tangan yang terayun bebas.
Pantas saja Yandhi memiliki postur tubuh yang atletis, ketimbang bergalau ria dan mager tidak mau bergerak. Yandhi malah langsung mengalihkan kegalauan yang dirasakan dirinya dengan berolahraga. Sangat inspiratif ya, sodara. (Bukan galaunya lho ya, tapi olahraga saat galau. Eh ?!)
Ibu Liana menghampiri anak laki-lakinya itu dan menepuk bahunya pelan. "Sayang,"
Yandhi menoleh lalu tersenyum. "Hai, mom. Bawa adek jalan-jalan ?"
"Mommy mau ambil minum." Ucap Ibu Liana, perut beliau sudah besar karena telah memasuki usia 5 bulan.
Yandhi mengelus perut mommy yang berdiri di samping. "Hai dek, kamu lagi ngapain didalem ?"
Ibu Liana terkekeh pelan mendengar sapaan Yandhi kepada calon adiknya yang belum lahir itu.
"Aku pulang !" Seru Indri, menenteng ransel di tangan kanannya.
Ibu Liana dan Yandhi menoleh bersamaan saat mendengar suara menggelegar Indri.
"Halo adekku yang hansem." Ucap Indri mengacak rambut Yandhi dengan gemas.
"Kak Ind, woi !" Kesal Yandhi berusaha menepis tangan Indri di kepalanya.
Indri tertawa hendak memeluk mommy tetapi segera dihalangi oleh Yandhi.
"Jangan peluk mom, kakak belum mandi. Baru pulang jam 8 malam, kakak jorok bau !" Ucap Yandhi.
"Kamu, kakak pites kamu Yandhi !" Teriak Indri membuat gerakan ingin memukul adiknya itu.
Tetapi Yandhi segera berlindung dibalik punggung mommy sambil menjulurkan lidahnya mengejek. Indri mengejar disisi lainnya, dan Yandhi pun menghindar. Ibu Liana tertawa melihat tingkah kedua anaknya.
"Mommy, adek itu nah !" Rengek Indri. Memajukan bibirnya.
"Iya, iya, adek cuma bercanda kak." Sahut ibu Liana tersenyum lembut.
Melihat bagaimana ekspresi kakaknya Yandhi tertawa ngakak.
"Hishh !" Cetus Indri. Lalu beralih ke perut besar mommy sambil mengelusnya lembut. "Halo adek, kamu lagi tidur ya di dalem ?"
Dung.
Ibu Liana meringis pelan. Indri menatap mommy dengan mata yang berbinar-binar dan Yandhi mengernyitkan dahinya.
"Mom, barusan adek jawab aku." Ucap Indri, senang sekali.
Ibu Liana mengangguk dan menampilkan senyum.
"Masa sih ?! Aku juga mau coba dong," Yandhi memegang perut mommy.
Ibu Liana meringis kembali karena merasa ada gerakan dari dalam perutnya. Dan tangan Yandhi merasakannya meski tidak sekencang tadi.
"Woah~ Great !" Ucap Yandhi, merasa luar biasa.
"Sudah kak Ind, istirahat sana. Kamu pasti lelah kan baru pulang kuliah jam segini. Kamu sudah makan ?" Kata ibu Liana.
Indri mengangguk lemah. "Iya mom, lelah sekali. Aku udah makan, malah kayaknya aku makan terus sambil ngerjain tugas akhir dan skripsi."
"Semangat anakku." Ibu Liana mengelus lembut rambut panjang anak sulungnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setetes Embun Pagi
Teen FictionSemua orang pasti memiliki masalahnya masing-masing. Tapi yang membuat berbeda adalah cara kita menyingkapinya. Dan, bagaimana masalah itu menjadikan diri kita semakin dewasa. Salam, Mayluv 🌼