Alasan - Kiyoshi Teppei x Readers

641 70 6
                                    

“Kiyoshi-senpai!”

“Kiyoshi-senpai~!”

Setiap hari suaranya yang cempreng selalu mengisi hari-hariku, tapi itu lebih baik daripada tidak ada sama sekali.

Karena kini, aku benar-benar merindukan suara cemprengnya yang menyerukan namaku atau merengek manja padaku.

Kuroko no Basket Fanfiction Indonesia

Butterflies「Kuroko no Basket Chara x Readers」

Disclaimer as always

.
.
.

Alasan - Kiyoshi Teppei x Readers

Namaku Kiyoshi Teppei angkatan tahun kedua SMA Seirin, anggota reguler klub Basket yang lama vacuum karena alasan tertentu.

Teppei, begitu teman-teman memanggilku. Mereka menganggapku sebagai pribadi baik hati, murah senyum dan periang. Tapi sebenarnya jauh di lubuk hatiku, aku amat hancur. Rapuh dan siap remuk kapan saja.

Rapuhnya hatiku bukan tanpa alasan, pembaca sekalian, aku pernah membunuh seseorang dengan kedua tanganku sendiri.

Yeah, walau tidak secara langsung, tapi itu benar-benar membuatku menyesal dan memendam semua kesedihanku hingga kini.

Mungkin orang-orang memandangku sebagai sosok berhati tegar, iron heart, atau apalah itu. Tapi sebenarnya aku hanyalah raga tanpa jiwa yang menunggu kebaikan malaikat maut untuk menjemputku.

Karena... Kalian tahu mengapa?

Aku telah melenyapkan seluruh alasanku untuk hidup. Membunuhnya, mengabaikan dan menghancurkannya walau tak secara langsung.

Apa kalian mengerti?

Semacam tumpukan tissue bekas ingus kalian yang teronggok di pojok kamar. Sekiranya seperti itulah diriku, mereka kehilangan alasan mereka untuk terus menjadi tissue karena mereka telah kotor. Jadi mereka pasrah pasrah saja ditumpuk di pojokan dan disebut sampah.

Memangnya ada tissue yang mau protes saat dibuang ke tong sampah?

Tidak, 'kan?

Begitupula aku. Aku hanya bisa tersenyum dan membuat orang lain bahagia agar tak ada yang memperdulikan sosok rapuhku.

Kusembunyikan kerapuhan dan luka itu jauh-jauh dalam palung terdalam hati dan tidak kubiarkan menyembul keluar.

Setidaknya aku bisa menikmati kesunyian dan tenggelam dalam penyesalan juga kesedihanku di depan makamnya.

Ia, alasanku untuk hidup, yang selalu menyerukan namaku agar aku terus tegar. Hingga menjadi sosok iron heart yang dikenal di seluruh Jepang.

Ada kalanya aku mendengus saat deru angin membuatku teringat akan suara manisnya.

Dan juga saat menatap bayang wajahku di pantulan jendela.

Sosokku yang dulu, yang benar-benar payah dan terpuruk, yang selalu menyanggah keberadaannya dan berbuat buruk, menyeringai dan menguasai kesadaranku untuk sesaat.

ButterfliesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang