Pada awalnya, orang-orang akan kesulitan membedakan Atsumu dan Osamu. Keduanya serupa ketika kecil. Dunia bekerja adil untuk keduanya yang terlahir dari keluarga Miya yang bersahaja. Ayah mereka, mari kita sebut dia Papa Miya—karena dia maunya begitu, sering kali tidak ada di rumah karena urusan pekerjaan. Ia selalu sibuk dengan banyak urusan, yang mana membuatnya mendapat julukan 'Papa Toyib' dari si bandel Atsumu. Sementara, ibu mereka—agar imbang dengan ayahnya akan kita panggil Mama Miya (bentar, malah kayak choco*****), adalah ibu rumah tangga yang baik dan menyayangi kedua putranya.
Tahu apa?
Ini drama. Sayang sekali keluarga Miya aman damai, tidak ada ibu yang meninggal sehingga Papa Miya harus mencari Mama Miya yang baru. Tidak ada saudara tiri yang jahat karena kurang kasih sayang. Semua berjalan lancar bagi Miya-tachi yang hidup di bumi ini.
Pada awalnya, sih, begitu—
Miya yang bersahaja. Miya yang berbahagia. Miya yang begini. Miya yang begitu.
Menginjak bangku SMA, Miya Atsumu mungkin sudah lelah hidup sebagai anak kembar yang sulit dibedakan—karena demi apapun, ia dan Osamu benar-benar kembar identik. Mereka dibuat dengan stickman yang sama, dengan bentuk dasar yang sama, dan bahkan fitur wajah mereka seratus persen sama. Bahkan Mama Miya terkadang tidak bisa membedakan dua anak ini ketika dua-duanya diam.
Atsumu tumbuh lebih liar daripada saudara kembarnya. Ia merasa menjadi kakak! Rubah liar yang bosan hidup dalam kerangkeng emas mengenal kehidupan remaja nakal yang menyenangkan baginya.
Suatu hari di pertengahan tahun kedua SMP, ia membawa pulang dua kaleng cat tembok berbeda warna.
—Atau setidaknya itu menurut Osamu.
Miya Osamu anak yang cerdas. Ia langsung tahu itu adalah cat rambut begitu melihat label dalam kaleng-kaleng itu.
"Jangan banyak bacot, Sam, aku bosan dikira kamu melulu! Kamu juga bosan, 'kan, kalau Budhe rumah sebelah ngira kalau yang suka enaena sama kucingnya itu kamu. Kita sekarang pakai ini, nih! Semir rambut!" Atsumu menyerocos cepat, seperti rapper sambil membujuk-bujuk Osamu.
Keesokan paginya, Atsumu jadi kuning dan Osamu jadi abu-abu.
—rambutnya maksudku.
Itu seperti jadi gerbang awal. Atsumu jadi makin liar. Mungkin jika ini serial Bawang Merah dan Bawang Putih, Miya Atsumu akan menempati posisi pertama untuk menjadi Bawang Merah untuk Miya Osamu.
Mereka tumbuh seperti dua sisi cermin. Yang satu petakilan dan semaunya sementara satunya lagi terlalu tenang dan teratur.
Makin lama Atsumu makin melunjak. Papa Toyib—eh, Papa Miya makin jarang di rumah. Si Miya pirang merasa tidak punya panutan, ia hidup seperti rubah—makan, jajan, kawin saja yang dia tahu. Jaringan pertemanannya luas, bahkan mungkin mengalahkan luas kepulauan Jepang sendiri. Berbeda dengan Osamu yang anti-sosial dan buruh ranking sejati. Lalu, Osamu ini lebih dekat dengan Mama Miya, dia nggak mau bergaul dan jauh dari Mama Miya. Pokoknya sama Mama!
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterflies
FanfictionKami tak menyinggung cinta. . . . . . Kami tak pernah menyalahkan perasaan. . . . . . Bukan sebuah kesalahan jika ada banyak hal tak terduga dalam diri kami. . . . . . Hanya perasaan meluap yang butuh dilampiaskan. Dan saat kami melakukannya, seo...