Requestan Orang

294 8 15
                                    

request dari Aaaces





Kuroo Tetsuro x Asuma Rei

Mantan kapten klub voli putra SMA Metropolitan Nekoma itu bisa jadi orang paling mengesalkan. Apalagi kalau kepalanya yang berhiaskan rambut macam ayam itu sudah bertemu dengan bantal—sembarang bantal, deh—sebab abang-abang bersuara macam bapak-bapak ini pasti tidak mau bergerak ke mana-mana selepas itu.

Seperti saat ini.

Asuma Rei bingung sekali. Ia sangat butuh Kuroo untuk membantunya belajar kimia. Namun, si senpai malah sudah ambruk begitu tiba di rumah—tepar setelah lepas sepatu.

"Senpai, seriusan ini?" Rei membujuk lagi dengan sedikit tidak enak. Ia paham benar si tampan yang dulu jenius kimia ini sangat lelah dan tidak mau diganggu jika sudah rebahan, tapi ulangan koloid-nya besok lebih penting.

Kuroo melenguh sebagai balasan, wajahnya masih terbenam di bantal. "Aku juga serius," jawabnya kemudian, "capek banget ini."

Meletakkan setumpuk buku cetak dan buku tulisnya ke meja, Rei mengembuskan napas. "Pai-sen, ayo la bantuin," pintanya, kini tidak peduli dengan keadaan tubuh Kuroo.

Sekali lagi Kuroo menggerung pelan. "Di buku 'kan ada?" Ia menyahut malas-malasan, memiringkan tubuh ke sisi lain hingga Asuma Rei hanya bisa melihat punggung lebarnya yang masih terbalut kemeja yang dikenakannya ngampus tadi.

"Ada, sih!" balas Rei tanpa sadar menaikkan nada bicaranya. "Tapi tetap aja, aku butuh pertolongan dari Senpai!"

"Kalau butuh pertolongan coba telepon 911, jangan ke aku," balas Kuroo malas.

"Ih, Senpai mah!" seru Rei gemas. "Sebentar saja, nih!" bujuknya.

Ada keheningan lama yang menjengkelkan di antara bujukan Rei (yang kemudian dianggurkan begitu lama oleh Kuroo) dan embusan napas setengah mendengus lelaki itu. Akhirnya Kuroo mengalah, ia memandangi adik kelas sekaligus tetangganya yang masih duduk ngemper di dekat meja portabel tengah ruangan kamarnya dari balik bahu.

"Mending minta ajarin Kenma, dia 'kan kakak kelasmu," jawabnya masih mencoba berkelit.

"Tadi aku habis dari sana," jawab Rei, menggembungkan pipi, "tapi katanya dia lagi sibuk."

Kuroo terkekeh. Ia akhirnya bangkit dari rebahannya, duduk di tepi ranjang sambil menggaruk-garuk rambutnya. "Paling cuma sibuk nge-game dia."

"Makanya itu! Kuroo-senpai ajarin ya? Ya? Ya? Nanti kubayar, deh!"

"Apapun bayarannya?" anya Kuroo, menyeringai.

"Ho'oh!" Rei tanpa pikir panjang mengangguk.

Kuroo menyeringai lebih lepar. Si gadis tidak mempermasalahkan itu, ia merasa beban hidupnya berkurang satu ketika akhirnya lelaki jangkung itu meraih salah satu buku paketnya. "Ya udah, materi apa sih yang mau kamu pelajari?"

"Koloid."

"Ah, lumayan gampang itu mah." Kuroo mulai membuka-buka buku cetak di tangannya. Ketika masih melihat Rei memandanginya dengan manik berbinar-binar terharu, lelaki itu merasa bingung. "Jangan melamun, ei, ayo belajar?!"

"Anu, bayarannya apa?" tanya Rei hati-hati.

"Kamu jadi kanojo, aku yang jadi kareshi-mu," jawab Kuroo santai, tersenyum menyilaukan.

Rei diam sebentar. Ia kemudian mengangguk-angguk. "Oh, oke."

"Yak, sip, sekarang kita belajar," ajak Kuroo semangat.

ButterfliesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang