Lebih Dulu Tiba

266 21 3
                                    



Anime Fanfiksi Indonesia

Butterflies
Oleh Rin

Haikyuu milik Haruichi Furudate

.
.
.

(Surname) tinggal di ujung jalan. Tiap pulang dan berangkat, Kageyama pasti menyamakan timing. Bagaimana pun caranya, ia harus bisa paling tidak ada 3 meter di belakang gadis pecinta kimia itu.

Kageyama merasa ini sulit, kehidupan cintanya sama beratnya saat ia baru belajar receive bola voli semasa kecil dulu. Mencari kesempatan pulang bersama (Surname), walau hanya berakhir berjalan di belakangnya, bagi Kageyama sesulit mengaplikasikan tempo pada setiap spike Hinata Shouyo dari kelas 3. Pokoknya sulit.

Alasan di balik greget pevoli yang suka minum susu itu mengutil (Surname) (Name) masih belum diketahui si pevoli sendiri. Mungkin perasaan nostalgia yang terasa tiap kali (Surname) tersenyum padanya, entahlah, seperti ketika Kageyama mencecap susu (bukan susu Ibu) pertama kalinya--manis-manis 'gimana gitu.

Kageyama, sih, sudah merasa begitu semenjak kecil. Ibunya, bagaimana pun, selalu mendorong agar Kageyama ikut bermain dengan anak-anak lain di lapangan alih-alih hanya mengurung diri dengan bola voli mikasa pemberian sang ayah. Dan di sana Kageyama Tobio kecil bertemu dengan (Surname). Kedua bocah seumuran itu tidak saling kenal, hanya tiba-tiba saja Kageyama sudah duduk di sebelahnya sambil mengamati pipi gembil macam bakpao yang di matanya selembut susu seduhan Ibu.

Tanpa ditahan saja sudah dijawil itu pipi.

Mereka berkenalan.

Kemudian saling lupa karena kesibukan sekolah masing-masing.

Kini, kala tahu (Surname) satu SMA dengannya di Karasuno, Kageyama bertekad terus mengawasi punggung (Surname).

Rasanya ingin melindungi gadis itu dari apapun.

Tahu-tahu saja Kageyama sudah kepergok. Dan (Surname), alih-alih marah, malahan tersenyum kelewat manis.

"Kageyama-san, 'kan?" Suara gadis itu mengalun lembut bagai pergerakan susu di kerongkongan: lembut dan nikmat.

Si emo terkesiap kaget. Mengangguk kaku karena ketahuan mengutil.

Gadis itu kembali tersenyum seiring mulutnya berujar lembut, "Daripada berjalan di belakang begitu, sebaiknya lebih dekat sini," dengan ramah.

Kemajuan besar!

Dengan wajah datar andalan, Kageyama berjingkat mendekat. Kini keduanya berjalan beriringan. Syahdu sekali Kageyama menikmati alunan jantung sendiri. Dug ... Dug ... Dug, macam suara pantulan bola voli pada keranjang basket.

"Kageyama-san, sepertinya kita selalu pulang bersama, ya?" kata (Surname) tiba-tiba, manis macam susu bergula. 

Yang ditanyai tidak mau menunjukkan wajah kepergok, jadi ia hanya menggumam membenarkan.

"Seharusnya kamu langsung saja menghampiriku," ujar (Surname) terdengar merajuk, "diam-diam begini 'kan tidak enak!" keluhnya.

ButterfliesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang