"Neng," panggil Chihiro pagi itu. Sebelum imsak, ia baru saja terpikirkan sebuah berita agak buruk yang akan diberitahukannya pada sang istri, Mayuzumi Risha.
"Iya?" Risha menyahut sembari mengeringkan tangan sehabis mencuci piring, ia membalikkan badan menghadap Chihiro dan memberikan pandangan bertanya pada sang suami.
Chihiro menggaruk tengkuk, mendadak gugup, "Aku ada panggilan seminar hari ini," ujarnya.
"Eh?!" seru Risha spontan, tanpa sadar menyuarakan keterkejutan.
Chihiro ingin nyengir tak berdosa, tapi itu bukan gayanya, jadi ia mengalihkan pandang ke sembarang sudut dapurnya yang bersih, "Maaf mendadak. Mereka mau ngadain meet and greet beberapa penulis novel romansa dan surel undangannya baru masuk semalam."
"Di mana?"
"Kota sebelah."
Risha mematung. Dan Mayuzumi Chihiro tahu apa yang membuat raut istrinya itu agak 'mendung'. Ia menunduk, melirihkan kata maaf sekali lagi.
"Kamu belum siap-siap," ujar Risha, berbalik hendak meninggalkan ruangan itu.
Chihiro cepat menahan tangan Risha, "Kamu... Marah?" tanyanya pelan.
Risha diam, "Enggak," jawabnya, kedengaran ragu.
Chihiro mengembuskan napas, "Kalau enggak, angkat wajahmu. Tatap mataku dan katakan sekali lagi kalau kamu nggak marah!" perintahnya.
Risha ragu-ragu mendongakkan wajahnya. Chihiro terkesiap menafap manik Risha yang penuh bakal air mata.
"Aku nggak marah, cuma sedih!" tandas Risha, kemudian cepat-cepat mengalihkan pandang, "cu-cuma itu," imbuhnya pelan, nyaris seperti bisikan.
"Aku bisa batalin kalau kamu nggak kasih izin," ujar Chihiro.
"Nggak usah! Kamu berangkat aja," ujarnya, "mereka 'kan mau ketemu idolanya," ia meyakinkan.
Chihiro tersenyum, "Kalau gitu mana hadiah penyemangatnya?"
"Eh?"
"Cium aku," ujar Chihiro, "di sini," tambahnya menunjuk bibirnya.
"Nggak," balas Risha cepat. Malu.
"Kok gitu?"
"Enggak. Pokoknya enggak!"
Mayuzumi mendecih. Nekat memajukan wajah untuk meraih bibir Risha. Tinggal sekali lagi merangsek maju maka bibir keduanya akan berpagut sempurna, Risha gemetaran. Ingin melawan, tapi rasanya tidak ingin.
Akhirnya wanita itu memejamkan mata rapat-rapat. Bersiap menerima ciuman dari sang suami.
Dekat...
... Dekat...
... Sangat dekat.
Tinggal sekali kecup, dan...
"Imsak!"
... Yak!
"Anjir, tanggung!" pekik Chihiro jengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterflies
FanfictionKami tak menyinggung cinta. . . . . . Kami tak pernah menyalahkan perasaan. . . . . . Bukan sebuah kesalahan jika ada banyak hal tak terduga dalam diri kami. . . . . . Hanya perasaan meluap yang butuh dilampiaskan. Dan saat kami melakukannya, seo...