Bukan Penipu - DaIzu

140 7 0
                                    

Izusa melihatnya. Orang itu ada di sana lagi. Duduk meringkuk di antara mesin penjual otomatis dan bangku semen yang bergeming.

Kondisinya bahkan lebih mengenaskan daripada kemarin. Rambut birunya yang meriap kusut terkulai lemah di bahu yang telanjang. Bisa Izusa lihat lelaki itu gemetar ketika angin awal September bertiup keras menampar kulit.

Izusa yang berbalut pakaian hangat saja kedinginan, apalagi lelaki itu yang hanya mengenakan sehelai celana bokser pendek tipis berwarna merah muda dengan aksen bebek kuning bertebaran.

Pasti sangat dingin, pikir Izusa iba. Perempuan itu merapatkan jaketnya lalu berjalan mendekat ke arah si lelaki.

Namanya Daisu.

Hanya kebetulan saja Izusa kenal dengan pemuda berwajah melas itu ketika tanpa sengaja keduanya berpapasan di areal dekat perbatasan antara Shinjuku dengan Shibuya. Saat itu, Daisu masih berpakaian normal: jaket hijau tebal berbulu, celana jeans panjang warna terang, dan sepatu necis--sungguh berbeda dengan kondisi Arisugawa berambut biru yang meringkuk lemas kini.

"Makanya, udah kubilang berkali-kali," gerutu Izusa. Kelontang kaleng minuman menyela ucapannya. Perempuan itu menoleh. "Kamu harus berubah, Arisugawa-san!" katanya.

Angin semilir terasa menenangkan. Namun, tidak bagi Daisu yang nyaris telanjang. Lelaki itu mendongak lesu.

Izusa menyodorkan kaleng berisi kopi hangat.








.

"Mau bagaimana lagi, 'kan?"

Kaleng pull-top ditarik hingga terdengar bunyi kecipak air. Kini jaket Izusa beralih pada dua bahu Daisu, sementara sang empu jaket memandangi kenalannya yang dengan beringas menandaskan isi kaleng.

"Tanpa berjudi aku nggak bisa hidup!" Daisu berkata dengan wajah yang mulai kembali semula setelah menjauhkan kaleng dari jangkauan mulutnya. Lelaki itu tidak akan bilang sekaleng kopi membuatnya kenyang, tetapi sudah cukup ia merepotkan Izusa. Jadi, ia dengan tenang meneguk sisa kopi yang ada di dasar kaleng, lantas berterima kasih.

Izusa memandang sangsi pada lelaki itu. "Masih banyak pekerjaan lain?" gumamnya.

"Nggak ada yang cocok buatku," kata Daisu dengan santai. Ia bangkit. Jaket Izusa yang terlihat begitu kecil di tubuhnya terayun pelan. "Tapi aku pasti bakal berubah, kok!" seru Daisu, penuh tekad.

Izusa tersenyum masam. "Ha ha, begitukah?"

"Tentu saja!" jawab Daisu mantap. "Itu janjiku, tahu!" tandasnya.







Izusa hanya bisa tersenyum masam untuk kesekian kalinya.






"E tapi."

"Hm?"

"Boleh aku pinjam uang?" pinta Daisu polos. "Aku mau main sekali lagi, baru aku akan berubah!"







.




.




.



Daisu Arisugawa bukan seorang pembohong. Dia hanya orang yang belum mampu menepati janjinya.












7 September 2019

Wakz, apaan ini. Drabble ini, mah! Heuheu.

uhrhfm happy reading, ssu yo!

ButterfliesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang