uhukuhuk

235 16 13
                                    

Akashi Seijurou mengusap dahinya dengan gusar. Ia menggenggam kunci mobil di tangan kiri, matanya tak lepas dari istrinya, Akashi Adagaki Hime, yang menimang seorang bayi mungil yang memejamkan mata syahdu--bayi mereka. Wanita itu ikut membalas pandangan melas Seijuurou. Sekilas, air mata membuat mata biru yang menyejukkan itu mengkilat.

Dengan sulit Seijuurou membuka mulut. Napasnya terembus pelan. "Aku akan pergi, Hime-chan," kata lelaki itu dengan hati merana.

Hime menyesap udara dari hidungnya yang memerah. "Aku mengerti," lirihnya. Perlahan senyum lembut penuh pengertian terukir di wajahnya yang manis. "Bergegaslah, dan terus hidup demi anak kita--demi aku."

Tuan muda yang kini sudah menjadi Tuan Besar mengangguk dengan mantap. Samar bisa terlihat sebulir air mata mengendap di sudut matanya. Dia mengembuskan napas dengan keras. "Aku berangkat!" katanya mantap. Matanya sekali lagi menatap Hime dan dia nyengir tanpa peduli karakternya sebagai Tuan Besar tukang suruh yang bersenjatakan gunting.

Seolah mencegah kepergian Seijurou, bayi di pangkuan Hime tiba-tiba menangis. Kakinya menendang-nendang udara sambil tangannya menggapai-gapai ke atas. Suaranya yang keras bagai terompah.

Akashi Seijuurou kembali melayu. Wajahnya kuyu lagi mendengar putranya juga mencegah kepergiannya.

Hime menatap sedikit berjengit. Tersenyum meminta maaf pada Seijuurou lalu perempuan itu menepuk-nepuk pantat bayinya untuk menenangkan pangeran kecil itu. "Sudah, sudah, Ayahanda hanya pergi sebentar," hiburnya lembut.

Akashi menatap pemandangan itu dengan terharu. Senyum tampan merekah di wajahnya yang rupawan. Sejenak ia merasa siap meninggalkan istri dan anaknya ini.

Hime mendongak lagi saat tangis keras sang putra mereda dan tersisa isakan-isakan kecil saja. "Pergilah," pintanya lembut dan lirih.

"Aku akan kembali!" jawab Seijuurou penuh tekad, mengangguk mantap. "Meski aku tidak tahu kapan," tambah sang absolut pelan.

"Pergilah," kata Hime pelan, lembut.

"Aku akan dengan berani melewati pintu itu! Lalu menyalakan mobilku!" Suara Seijuurou naik beberapa oktaf, seolah dia sedang berpidato membangkitkan semangat para pemuda untuk melawan penjajah. "Ya, aku akan kembali!"


Laki-laki itu tertawa bak kaisar yang sudah menaklukkan wilayah jajahan. Seketika aura daddy penyayang anak istri lenyap ketika tawanya terus membahana seperti itu.
























[Syuuuuuuuu-Bugh!]

Tawa Seijuurou otomati terhenti saat botol minum plastik mengenai kepalanya dan jatuh dengan putus asa ke lantai. Ia menoleh ke Hime dan mendapati wanita itu menahan geram dengan sebuah senyum manis.

"Segera berangkat," desis Hime penuh penekanan.

"Siap, Sayang!" Seijuurou hormat sempurna, lalu ngacir dari ruangan.

Hime mengembuskan napas sepeninggal Seijuurou. Perempuan itu memijit pelipis.

"Heran, deh, sama Seijuurou. Cuma mau beli popok 'aja kudu ngedrama dulu," keluh Hime pelan, "emangnya dia mau pergi perang?"







.

Iya, sodara-sodara, Akashi Seijuurou cuma mau beli popok untuk anak bayinya. Maklum, baru pertama kali berangkat. Kadang, ketika berurusan dengan anak, pria seabsolut Akashi Seijuurou pun bisa OOC juga ternyata.

Hadeuh~








Uwuuuuuu, done, yah, Kak nandaahime

Yang versi ShinHime lagi dipikir 😂😂

Enjoy!

Oh ya, ini terinspirasi dari obrolan saya dengan Shiro_Crispy dan beberapa orang lain di grup flc_writers di whatsgroup 😂

Kalian bisa, loh, mampir ke sana. Cerita para member bagus-bagus!

26 Maret 2019

Rin

ButterfliesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang